5.
Proses adanya Makhluk Menurut Kajian Metafisika
Dalam
Metafisika istilah proton, netron dan elektron berubah menjadi
Bio-proton, Bio-netron dan Bio-elektron yang semuanya disingkat dengan kata Bion
= energi hidup. Untuk membedakan sifatnya proton atau netron maka
selanjutnaya disebut : Bion-p ( energi hidup yang positip).
Bion-n = energi hidup yang netral, Bion-e =
energi hidup yang negatif, secara umum disebut Bion saja
Dalam analisis ini makhluk yang ada dan kita kenal
dapat dibagi dalam dua bahagian yaitu: Makhluk berfisik dan makhluk Non-fisik (
Makhluk Ruhani )
1.
Benda mati, terbentuk dari Ruh-Jamadi dengan kandungan
energi positif (proton) merupakan kausa Moven dan Effisiens menyebabkan adanya
gerak untuk menjadi. Kandungan energi netral (netron) berfungsi sebagai sebab
(kausa) materialis sehingga dengan sebab itu sesuatu yang sedang / akan
menjadi, mewujud kedalam wujud materi. Materi
ini belum dikenal lagi karena belum ada bentuk.
Ada dua elektron pembawa kausa Formalis dan
Finalis yang berfungsi memberikan bentuk dengan aneka ragam bentuk dan
materi itupun mewujud dengan menempuh masa tertentu sampai final (batas akhir
keberadaannya).
2.
Tumbuh–tumbuhan, terbentuk oleh energi Ruh-Nabati yang mengandung energi positif (Bion-p)
yang bermuatan kausa moven dan effisiens dan energi netral (Bion-n) bermuatan kausa Materialis yang keduanya
kausa ini merupakan inti sehingga dengan Kausa Moven, Effisiens dan Materialis
itu meluaplah gerak untuk menjadi ada, lalu menjadi materi. Materi ini
belum dikenal. Dengan adanya jenis bion ketiga
( Biob-e ) sebagai Kausa Formalis, Finalis, dan Generis maka materi
tadi berbentuk menjadi tumbuhan yang beraneka macam, tumbuh dengan batas hidup
tertentu (final) dan dapat berkembang biak melalui penyerbukan.
3.
Hewan, terbentuk oleh Ruh-Hewani dengan kandungan energi positif (Bion-p)
yang bermuatan kausa Materialis ( ketiga-tiga kausa ini merupakan inti /
nukleus) sehingga dengan kausa-kausa ini
seperti keadaannya tumbuhan maka meluaplah gerak untuk menjadi ada lalu menjadi
materi yang belum berbentuk. Dengan empat bion yang bermuatan kausa Formalis,
Finalis, Generis / Voluntaris dan kausa Sosialis maka makhluk tadi mewujud
kedalam bentuk (form) dengan berbagai macam dengan hidup yang telah terprogram
dalam batas waktu, dapat membiak melalui perkawinan, punya keinginan-keinginan
biologis, dan dengan kausa sosialis tingkat rendah makhluk itu mengerti akan kelompok, maka kita kenal adanya kawanan semut,
lebah, serigala, kawanan ikan, burung dan lain lain.
4.
Manusia, memiliki dua jisim yaitu jisim yang kasar disebut badan jasmani,
menempati alam berdimensi tiga, setingkat dengan hewan; sementara badan halusnya
(jismu’llathifah) disebut Badan Ruhani menempati alam empat
dimensi, alam kehidupan jin. Sebagai makhluk berfisik manusia terbentuk dari
Ruh-Insani dengan energi positif (Bion-p) sebagai kausa Moven /
Effisiens dengan energi netral (bion-n) sebagai kausa Materialis,
maka muncullah gerak untuk menjadi makhluk materi sebagaimana kajadian pada
makhluk lain. Dengan bion-e bagai kausa Formalis, Finalis, Generis /
Voluntaris dan kausa Sosialis / Rasionalis, maka makhluk yang bakal menjadi itu
berbentuk dengan bentuk yang paling baik, sebagaimana firman Allah :
وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ
صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا
إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ>
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (manusia),
lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat ( ketika
Adam dijadikan ): "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka merekapun
bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk dari orang yang bersujud “(Q.S. 7/Al-A’raf
: 11.
Dalam
ayat diatas ditujukan kepada Adam kerena Adam
akan menurunkan jenis makhluk yang paling sempurna bernama manusia
sehingga Malaikatpun menghormat kepada Induk-Manusia itu..
Lalu hiduplah manusia dalam alam
kehidupan sampai pada finalnya :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي
رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ
ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ
لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى.......
“Hai manusia, jika
kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari ‘alaqah ( lintah-mikro ), kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan,………..”(Q.S.22/ Al-Hajj: 5).
Lalu manusiapun terdorong untuk melampiaskan keinginan-keinginannya,
berkembang biak, bermasyarakat dan
berkarya untuk kebutuhan hidupnya yang terus semakin melaju, berkembang
biak dan mengumpul harta dan perhiasan, butuh tranfortasi, mengembangkan
peternakan dan perladangan/perkebunan. (
Q.S.3/Ali-Imran : 14 ) Kenapa manusia dapat maju kearah kebudayaan dan
peradaban yang tinggi? Ini disebabkan kerena diantara manusia ada yang memiliki
bion-jiwa sebagai kausa Supra Rasionalis yang memiliki daya cipta yang
tinggi yang mampu menemukan penemuan baru. Dan setelah itu ada diantara manusia
yang memiliki bion jiwa sebagai kausa Supra Spritualis dan
mereka-merekalah yang mengenal alam spritual. Adapun yang mampu menerima wahyu
karena memiliki bion jiwa sebagai kausa
Supra Spritualis, ia muncul ditengah kehidupan manusia sebagai Nabi atau Rasul
membimbing manusia untuk mengenal Allah, Tuhan yang Maha Esa dan hidup dalam
bertingkah laku baik menutrut ajaran Allah.
5.
Jin, mewujud dari energi Ruh Hewani dan Insani dengan energi positif (bion-positip)
sebagai kausa Moven / Effisiens tanpa energi netral (bion-netral) karena jin
tidak butuh tubuh materi. Yang berasal dari Ruh Hewani dengan bion seperti yang
dimiliki hewan, mewujudlah Jin yang dapat menjelmakan dirinya dalam bentuk
hewan terutama hewan melata, paling tinggi tingkat Pitekantropus atau Homo
Neandertal, yang kalau muncul dibumi, atau kalau manusia dapat melihatnya
bentuknya mirip manusia monyet. Orang-orang menamakannya Gondoruwo. Yang
berasal dari Ruh Insani dan memiliki bion jiwa seperti yang dimiliki manusia bila
ia mewujudkan/ menampakkan diri kealam nyata dia seperti bentuk manusia biasa dengan
suku bangsa dan bahasa seperti manusia juga. Mereka juga ada yang memiliki bion
jiwa sebagai kausa Rasionalis dan Spritualis, karena itu mereka juga berbudaya
dan beragama, tapi tidak sampai memiliki Supra Spiritualis kerena itu Jin tidak mempunyai
peradaban yang lebih tinggi dari manusia dan tidak ada Nabi dari kalangan Jin.
Pada generasi Umat Manusia dan Umat Jin akhir zaman Bangsa Jin bernabikan Nabi Muhammad
saw, karena dari kalangan Jin dan Manusia hanya Muhammad yang memiliki bion
jiwa sebagai kausa Supra Spritualis sehingga beliaulah yang mampu
menerima getaran Wahyu Ilahi. Dalam pandangan Islam Jin dan manusia
adalah makhluk yang sama-sama mendapat amanah dan tanggung jawab dalam
mengamalkan Al-Qur’an , ( baca :(Q. S. 55/ Ar Rahman: 31s/d 45).
Ada
juga jenis Bangsa Jin yang hanya memiliki bion jiwa Rasionalis yang
melayang-layang yang mengisi alam empat dimensi tanpa punya bion-positip
sebagai sebab menjadi, maka jin ini hanya merupakan energi pikiran saja tanpa
tubuh halus Kadang-kadang energi ini bisa menyambar pikiran manusia yang sedang
kosong sehingga orang yang tersambar itu dianggap kesurupan Ruh orang yang
sudah mati, padahal orang mati sudah berada dialam Barzakh mana mungkin dapat bebas
kebumi walau di alam D4. Hal-hal yang misteri seperti ini akan
dibicarakan kemudian pada buku Misteri Manusia. Banyajk diantara Jin yang
memiliki energi Spritual sehingga dapat melakukan keajaiban-keajaiban
sebagaimana manusia juga punya kedikjayaan. Jin seperti inilah yang diperintah
oleh Nabi Sulaiman untuk membangun “pilar yang tinggi”, malah ada jenis Jin
yang memiliki energi Spritual yang sanggup memindahkan singgasana Ratu Balkis
hanya dengan waktu singkat, sesingkat berdirinya seseorang dari tempat duduknya,
namun kedikjayaan Jin seperti itu masih dikalahkan oleh Manusia. ( baca : Q.S.
27: 38–39). Al-Qur’an menjelaskan bahwa bangsa Jin jauh lebih dahulu menempati
bumi sebelum manusia tapi mereka tidak lebih pintar dan lebih mulia dari
manusia, mereka dibuat dari api yang panas sebagaimana yang tertera dalam ayat:
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ
مِنْ نَارِ السَّمُومِ
“Dan telah kami jadikan Jin sebelum manusia dari
api yang panas” (Q.S. 15 / Al-Hijir: 27).
Jin itu ada yang bermasyarakat seperti Manusia dan
dapat berhubungan dengan manusia sebagaimana yang dikisahkan oleh perawi hadist
Al-Baihaqy:
“Sesungguhnya seorang laki-laki dari Anshor pernah
keluar untuk sholat ‘isya, lalu ditawan oleh Jin dan hilanglah ia untuk
beberapa tahun, sementara istrinya sudahpun kawin lagi. Kemudian ia pulang ke
Madinah, lalu Saidina Umar bertanya tentang peristiwa kehilangan dirinya.Maka
ia menjawab: Saya pernah ditawan Jin, lalu aku tinggal bersama mereka dalam
waktu yang lama. Mereka kemuadian diperangi oleh kaum Jin yang beriman. Banyak
diantara mereka terbunuh dan sebagiannya yang hidup ditawan termasuklah aku.
Mereka berkata: Kami melihat engkau ini lelaki yang beriman, oleh karena itu
tidak halal bagi kami untuk menawanmu. Mereka memperkenankan aku untuk memilih
antara tinggal bersama mereka atau kembali ke keluargaku; maka akupun memilih
untuk pulang ke keluargaku. Lalu mereka mengantarkan aku ke Madinah. Maka
Saidina Umar berkata: “Apa yang menjadi makanan mereka?” Jawabnya: “Kacang pul
dan apa saja yang tidak disebut nama Allah”. Umar bertanya lagi: “Apa yang
menjadi minuman mereka?” Jawabnya: “Buih air”. (Hadist Riwayat Syafi’i dan
Baihaqy).
Dalam
Hadist yang lain dari Ibnu Mas’ud ada diriwayatkan bahwa pernah utusan Jin
datang menemui Nabi lalu berkata:
“Ya Muhammad cegahlah ummatmu dari beristinjak dengan tulang dan tahi unta kering, sesungguhya Allah ta’ala telah menjadikan bagi kami padanya itu Rizki”.
( Abdul Ghoni Asykur, Rahasia alam Jin; CV Bintang
Pelajar, 1987 hal. 28, 29)
Pada
riwayat yang lain dikatakan bahwa tulang itu merupakan salah satu dari makanan jin
dan tahi unta kering itu untuk makanan ternak mereka. (Allahu
A’lam).
6.
Malaikat mewujud dari energi Ruh-Ruhani dan dengan energi bion-positif ( Bion-p)
ia terdorong untuk menjadi tapi
tidak berwujud materi kerena atom jiwanya tidak memiliki bion-netral ( Bion-n
). Bion sebagai kausa Spritualis
dan Supra-spritualis, merupakan pembentukan kepribadian Malaikat yang mereka tidak
membiak, tapi mereka bertambah banyak hanya dengan persentuhan intelegensi dan
Ruh lalu menjadi, mereka tidak berbudaya tanpa kausa finalis maka mereka tak
pernah sakit dan pernah mati dia bagaikan cahaya yang tak pernah padam hidupnya
hanya berbakti kepada Allah dan menjalankan tugas sebagaimana yang ditentukan
Allah kepada mereka. Kalau
Malaikat tidak mati berarti dia serupa dengan Alah. Kenapa dikatakan serupa
dengan Allah ? Tidak serupa !, Allah tidak berawal dan tidak berakhir, Malaikat
berawal dan tidak berakhir, Malaikt dijadikan dari Nur, dia adalah makhluk. Yang mengatakan Malaikat serupa dengan
Allah hanya kerena dia tidak mati pastilah orang itu benar-benar Ahmaq ( bodoh
).Yang dikatakan mati ialah kalau Ruh keluar dari badan, Malaikat tak punya
badan maka ruhnya tak pernah keluar jadi tak pernah mati. Bukankah ada ayat
mengatakan : “ Setiap yang bernyawa akan mati ?”
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ
النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا
مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.( QS.3/ Ali-Imran : 185 )
Dalam ayat tersebut ada kata kata : كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ yang terjemahan harfiahnya adalah : “ Setiap Nafs ( Diri ) akan merasai mati. Nafs itu
adalah diri-peribadi atau batang tubuh halus yang dibungkus badan kasar ( fisik
) yang dalam kajian Metafisika Nafs itu adalah Tubuh Bio-plasmik yang dalam
Filsafat Islam disebut Jismu’l lathifah. Ayat diatas menjelaskan bahwa : “ hanya yang punya Nafs
yang bisa merasakan mati”, merasakan bagaimana rasa dialam Barzakh, bagaimana
rasanya dibangkitkan dialam akhirat. Adapun makhluk yang tidak punya Nafs
seperti hewan hewan meraka tidak merasakan bagaimana alam kematian itu mereka tidak
dibangkitkan lagi diakhirat. Kalaupun diakhirat ada tumbuh-tumbuhan dan
hewan-hewan, itu bukan tumbuhan dan hewan bumi yang dihidupkan lagi tapi adalah
tumbuhan dan hewan alam akhirat, yang keadaan dan bentuknya serupa dengan yang
kita kenal dibumi sebagaimana yang di isyaratkan Al-Quran :
وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا
الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا
أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka
yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap saat mereka diberi rezki buah-buahan
dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu, padahal mereka diberi buah-buahan yang serupa ( dengan
buah-buahan dibumi ) dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci
dan mereka kekal di dalamnya.” (
QS.2/ Al-Baqarahj :25 )
Dalam ayat diatas ada kata kata :
وَأُتُوا بِهِ
مُتَشَابِهًا yang bermakna : “dan
didatangkan kepada mereka itu yang sama seperti yang dikenalnya ketika hidup
dibumi”. Jadi buah buahan Surga adalah tanaman Surga bukan tumbuhan
bumi yang dibangkitkan lagi.
Kalau begitu apakah Jin juga tidak mati,
bukanlah mereka tidak punya fisik?. Jin itu punya fisik hanya fisiknya non-materi, kerena tubuh jin dibuat dari unsur api maka
fisiknya tak kelihatan dan umurnya panjang panjang, kalau manusia dari unsur tanah
( materi ), fisiknyapun dibangun dengan zat tanah maka umur manusiapun pendek-pendek,
Malaikat dari Nur hanya Ruh tak berbungkus tubuh materi ataupun tubuh yang
bersifat non-materi maka Malaikat umurnya abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar