Sabtu, 25 Agustus 2012

Misteri Alam dan Manusia XVIII


5.             Proses adanya Makhluk Menurut Kajian Metafisika

Dalam  Metafisika istilah proton, netron dan elektron berubah menjadi Bio-proton, Bio-netron dan Bio-elektron yang semuanya disingkat dengan kata Bion = energi hidup. Untuk membedakan sifatnya proton atau netron maka selanjutnaya disebut : Bion-p ( energi hidup yang positip). Bion-n = energi hidup yang netral, Bion-e = energi hidup yang negatif, secara umum disebut Bion saja
Dalam analisis ini makhluk yang ada dan kita kenal dapat dibagi dalam dua bahagian yaitu: Makhluk berfisik dan makhluk Non-fisik ( Makhluk Ruhani )

1.      Benda mati, terbentuk dari Ruh-Jamadi dengan kandungan energi positif (proton) merupakan kausa Moven dan Effisiens menyebabkan adanya gerak untuk menjadi. Kandungan energi netral (netron) berfungsi sebagai sebab (kausa) materialis sehingga dengan sebab itu sesuatu yang sedang / akan menjadi, mewujud kedalam wujud materi. Materi ini belum dikenal lagi karena belum ada bentuk.
      Ada dua elektron pembawa kausa Formalis dan Finalis yang berfungsi memberikan bentuk dengan aneka ragam bentuk dan materi itupun mewujud dengan menempuh masa tertentu sampai final (batas akhir keberadaannya).

2.      Tumbuh–tumbuhan, terbentuk oleh energi Ruh-Nabati yang mengandung energi positif (Bion-p) yang bermuatan kausa moven dan effisiens dan energi netral (Bion-n)  bermuatan kausa Materialis yang keduanya kausa ini merupakan inti sehingga dengan Kausa Moven, Effisiens dan Materialis itu meluaplah gerak untuk menjadi ada, lalu menjadi materi. Materi ini belum dikenal. Dengan adanya  jenis bion ketiga ( Biob-e ) sebagai Kausa Formalis, Finalis, dan Generis maka materi tadi berbentuk menjadi tumbuhan yang beraneka macam, tumbuh dengan batas hidup tertentu (final) dan dapat berkembang biak melalui penyerbukan.

3.      Hewan, terbentuk oleh Ruh-Hewani dengan kandungan energi positif (Bion-p) yang bermuatan kausa Materialis ( ketiga-tiga kausa ini merupakan inti / nukleus)  sehingga dengan kausa-kausa ini seperti keadaannya tumbuhan maka meluaplah gerak untuk menjadi ada lalu menjadi materi yang belum berbentuk. Dengan empat bion yang bermuatan kausa Formalis, Finalis, Generis / Voluntaris dan kausa Sosialis maka makhluk tadi mewujud kedalam bentuk (form) dengan berbagai macam dengan hidup yang telah terprogram dalam batas waktu, dapat membiak melalui perkawinan, punya keinginan-keinginan biologis, dan dengan kausa sosialis tingkat rendah makhluk itu mengerti akan kelompok,  maka kita kenal adanya kawanan semut, lebah, serigala, kawanan ikan, burung dan lain lain.

4.      Manusia, memiliki dua jisim yaitu jisim yang kasar disebut badan jasmani, menempati alam berdimensi tiga, setingkat dengan hewan; sementara badan  halusnya   (jismu’llathifah) disebut Badan Ruhani menempati alam empat dimensi, alam kehidupan jin. Sebagai makhluk berfisik manusia terbentuk dari Ruh-Insani dengan energi positif (Bion-p) sebagai kausa Moven / Effisiens dengan energi netral (bion-n) sebagai kausa Materialis, maka muncullah gerak untuk menjadi makhluk materi sebagaimana kajadian pada makhluk lain. Dengan bion-e bagai kausa Formalis, Finalis, Generis / Voluntaris dan kausa Sosialis / Rasionalis, maka makhluk yang bakal menjadi itu berbentuk dengan bentuk yang paling baik, sebagaimana firman Allah :
وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ>
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (manusia), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat ( ketika Adam dijadikan ): "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk dari orang yang bersujud “(Q.S. 7/Al-A’raf : 11.

            Dalam ayat diatas ditujukan kepada Adam kerena Adam  akan menurunkan jenis makhluk yang paling sempurna bernama manusia sehingga Malaikatpun menghormat kepada Induk-Manusia itu..

            Lalu hiduplah manusia dalam alam kehidupan sampai pada finalnya :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى.......
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari ‘alaqah ( lintah-mikro ), kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,………..”(Q.S.22/ Al-Hajj: 5).

      Lalu manusiapun  terdorong untuk melampiaskan keinginan-keinginannya, berkembang biak, bermasyarakat dan  berkarya untuk kebutuhan hidupnya yang terus semakin melaju, berkembang biak dan mengumpul harta dan perhiasan, butuh tranfortasi, mengembangkan peternakan dan perladangan/perkebunan.  ( Q.S.3/Ali-Imran : 14 ) Kenapa manusia dapat maju kearah kebudayaan dan peradaban yang tinggi? Ini disebabkan kerena diantara manusia ada yang memiliki bion-jiwa sebagai kausa Supra Rasionalis yang memiliki daya cipta yang tinggi yang mampu menemukan penemuan baru. Dan setelah itu ada diantara manusia yang memiliki bion jiwa sebagai kausa Supra Spritualis dan mereka-merekalah yang mengenal alam spritual. Adapun yang mampu menerima wahyu karena  memiliki bion jiwa sebagai kausa Supra Spritualis, ia muncul ditengah kehidupan manusia sebagai Nabi atau Rasul membimbing manusia untuk mengenal Allah, Tuhan yang Maha Esa dan hidup dalam bertingkah laku baik menutrut ajaran Allah.

5.      Jin, mewujud dari energi Ruh Hewani dan Insani dengan energi positif (bion-positip) sebagai kausa Moven / Effisiens tanpa energi netral (bion-netral) karena jin tidak butuh tubuh materi. Yang berasal dari Ruh Hewani dengan bion seperti yang dimiliki hewan, mewujudlah Jin yang dapat menjelmakan dirinya dalam bentuk hewan terutama hewan melata, paling tinggi tingkat Pitekantropus atau Homo Neandertal, yang kalau muncul dibumi, atau kalau manusia dapat melihatnya bentuknya mirip manusia monyet. Orang-orang menamakannya Gondoruwo. Yang berasal dari Ruh Insani dan memiliki bion jiwa seperti yang dimiliki manusia bila ia mewujudkan/ menampakkan diri kealam nyata dia seperti bentuk manusia biasa dengan suku bangsa dan bahasa seperti manusia juga. Mereka juga ada yang memiliki bion jiwa sebagai kausa Rasionalis dan Spritualis, karena itu mereka juga berbudaya dan beragama, tapi tidak sampai memiliki Supra  Spiritualis kerena itu Jin tidak mempunyai peradaban yang lebih tinggi dari manusia dan tidak ada Nabi dari kalangan Jin. Pada generasi Umat Manusia dan Umat Jin akhir zaman Bangsa Jin bernabikan Nabi Muhammad saw, karena dari kalangan Jin dan Manusia hanya Muhammad yang memiliki bion jiwa sebagai kausa Supra Spritualis sehingga beliaulah yang mampu menerima getaran Wahyu Ilahi. Dalam pandangan Islam Jin dan manusia adalah makhluk yang sama-sama mendapat amanah dan tanggung jawab dalam mengamalkan Al-Qur’an , ( baca :(Q. S. 55/ Ar Rahman: 31s/d 45).
Ada juga jenis Bangsa Jin yang hanya memiliki bion jiwa Rasionalis yang melayang-layang yang mengisi alam empat dimensi tanpa punya bion-positip sebagai sebab menjadi, maka jin ini hanya merupakan energi pikiran saja tanpa tubuh halus Kadang-kadang energi ini bisa menyambar pikiran manusia yang sedang kosong sehingga orang yang tersambar itu dianggap kesurupan Ruh orang yang sudah mati, padahal orang mati sudah berada dialam Barzakh mana mungkin dapat bebas kebumi walau di alam D4. Hal-hal yang misteri seperti ini akan dibicarakan kemudian pada buku Misteri Manusia. Banyajk diantara Jin yang memiliki energi Spritual sehingga dapat melakukan keajaiban-keajaiban sebagaimana manusia juga punya kedikjayaan. Jin seperti inilah yang diperintah oleh Nabi Sulaiman untuk membangun “pilar yang tinggi”, malah ada jenis Jin yang memiliki energi Spritual yang sanggup memindahkan singgasana Ratu Balkis hanya dengan waktu singkat, sesingkat berdirinya seseorang dari tempat duduknya, namun kedikjayaan Jin seperti itu masih dikalahkan oleh Manusia. ( baca : Q.S. 27: 38–39). Al-Qur’an menjelaskan bahwa bangsa Jin jauh lebih dahulu menempati bumi sebelum manusia tapi mereka tidak lebih pintar dan lebih mulia dari manusia, mereka dibuat dari api yang panas sebagaimana yang tertera dalam ayat:
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ
“Dan telah kami jadikan Jin sebelum manusia dari api yang panas” (Q.S. 15 / Al-Hijir: 27).

Jin itu ada yang bermasyarakat seperti Manusia dan dapat berhubungan dengan manusia sebagaimana yang dikisahkan oleh perawi hadist Al-Baihaqy:

“Sesungguhnya seorang laki-laki dari Anshor pernah keluar untuk sholat ‘isya, lalu ditawan oleh Jin dan hilanglah ia untuk beberapa tahun, sementara istrinya sudahpun kawin lagi. Kemudian ia pulang ke Madinah, lalu Saidina Umar bertanya tentang peristiwa kehilangan dirinya.Maka ia menjawab: Saya pernah ditawan Jin, lalu aku tinggal bersama mereka dalam waktu yang lama. Mereka kemuadian diperangi oleh kaum Jin yang beriman. Banyak diantara mereka terbunuh dan sebagiannya yang hidup ditawan termasuklah aku. Mereka berkata: Kami melihat engkau ini lelaki yang beriman, oleh karena itu tidak halal bagi kami untuk menawanmu. Mereka memperkenankan aku untuk memilih antara tinggal bersama mereka atau kembali ke keluargaku; maka akupun memilih untuk pulang ke keluargaku. Lalu mereka mengantarkan aku ke Madinah. Maka Saidina Umar berkata: “Apa yang menjadi makanan mereka?” Jawabnya: “Kacang pul dan apa saja yang tidak disebut nama Allah”. Umar bertanya lagi: “Apa yang menjadi minuman mereka?” Jawabnya: “Buih air”. (Hadist Riwayat Syafi’i dan Baihaqy).

Dalam Hadist yang lain dari Ibnu Mas’ud ada diriwayatkan bahwa pernah utusan Jin datang menemui Nabi lalu berkata:

 “Ya Muhammad cegahlah ummatmu dari beristinjak dengan tulang dan tahi unta kering, sesungguhya  Allah ta’ala telah menjadikan bagi kami padanya itu Rizki”.
( Abdul Ghoni Asykur, Rahasia alam Jin; CV Bintang Pelajar, 1987 hal. 28, 29)

 Pada riwayat yang lain dikatakan bahwa tulang itu merupakan salah satu dari makanan jin dan tahi unta kering itu untuk makanan ternak mereka. (Allahu A’lam).

6.      Malaikat mewujud dari energi Ruh-Ruhani dan dengan energi bion-positif   ( Bion-p)  ia terdorong untuk menjadi tapi tidak berwujud materi kerena atom jiwanya tidak memiliki bion-netral ( Bion-n ).  Bion sebagai kausa Spritualis dan Supra-spritualis, merupakan pembentukan kepribadian Malaikat yang mereka tidak membiak, tapi mereka bertambah banyak hanya dengan persentuhan intelegensi dan Ruh lalu menjadi, mereka tidak berbudaya tanpa kausa finalis maka mereka tak pernah sakit dan pernah mati dia bagaikan cahaya yang tak pernah padam hidupnya hanya berbakti kepada Allah dan menjalankan tugas sebagaimana yang ditentukan Allah kepada mereka. Kalau Malaikat tidak mati berarti dia serupa dengan Alah. Kenapa dikatakan serupa dengan Allah ? Tidak serupa !, Allah tidak berawal dan tidak berakhir, Malaikat berawal dan tidak berakhir, Malaikt dijadikan dari Nur, dia adalah  makhluk. Yang mengatakan Malaikat serupa dengan Allah hanya kerena dia tidak mati pastilah orang itu benar-benar Ahmaq ( bodoh ).Yang dikatakan mati ialah kalau Ruh keluar dari badan, Malaikat tak punya badan maka ruhnya tak pernah keluar jadi tak pernah mati. Bukankah ada ayat mengatakan : “ Setiap yang bernyawa akan mati ?”

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.( QS.3/ Ali-Imran : 185 )
Dalam ayat tersebut ada kata kata : كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ yang terjemahan  harfiahnya adalah : “ Setiap Nafs ( Diri ) akan merasai mati. Nafs itu adalah diri-peribadi atau batang tubuh halus yang dibungkus badan kasar ( fisik ) yang dalam kajian Metafisika Nafs itu adalah Tubuh Bio-plasmik yang dalam Filsafat Islam disebut Jismu’l lathifah. Ayat diatas  menjelaskan bahwa : “ hanya yang punya Nafs yang bisa merasakan mati”, merasakan bagaimana rasa dialam Barzakh, bagaimana rasanya dibangkitkan dialam akhirat. Adapun makhluk yang tidak punya Nafs seperti hewan hewan meraka tidak merasakan bagaimana alam kematian itu mereka tidak dibangkitkan lagi diakhirat. Kalaupun diakhirat ada tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan, itu bukan tumbuhan dan hewan bumi yang dihidupkan lagi tapi adalah tumbuhan dan hewan alam akhirat, yang keadaan dan bentuknya serupa dengan yang kita kenal dibumi sebagaimana yang di isyaratkan Al-Quran :

وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap saat mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu, padahal mereka diberi buah-buahan yang serupa ( dengan buah-buahan dibumi ) dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.”          ( QS.2/ Al-Baqarahj :25 )

      Dalam ayat diatas ada kata kata :
 وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا  yang bermakna : “dan didatangkan kepada mereka itu yang sama seperti yang dikenalnya ketika hidup dibumi”. Jadi buah buahan Surga adalah tanaman Surga bukan tumbuhan bumi yang dibangkitkan lagi.
      Kalau begitu apakah Jin juga tidak mati, bukanlah mereka tidak punya fisik?. Jin itu punya fisik hanya fisiknya non-materi,  kerena tubuh jin dibuat dari unsur api maka fisiknya tak kelihatan dan umurnya panjang panjang, kalau manusia dari unsur tanah ( materi ), fisiknyapun dibangun dengan zat tanah maka umur manusiapun pendek-pendek, Malaikat dari Nur hanya Ruh tak berbungkus tubuh materi ataupun tubuh yang bersifat non-materi maka Malaikat umurnya abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar