Selasa, 07 Agustus 2012

Misteri Alam dan Manusia VIII


Misteri Alam dan Manusia VIII

2. Bermacam-macam Pengertian Bumi (Ardh)

            Perkataan Al-Ardh didalam Al Qur’an lebih 460 kali disebut yang biasanya kita artikan bumi (pelanet kita). Akan tetapi setelah  ayat-ayat Al-Qur’an itu ditelusuri ternyata ARDH punya arti yang bermacam-macam.

a.       ARDH dapat diartikan tempat/lapangan luas sebagaimana bunyi ayat:

وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan terang benderanglah bumi-mahsyar (Al- Ardh) dengan cahaya Tuhannya dan diletakkanlah Kitab (himpunan fakta) lalu didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi, dan diberi keputusan diantara mereka dengan adil, dan mereka tidak akan dirugikan” (Q.S. 39. Az-Zumar: 69).

   Perkataan Al-Ardh disini adalah (Bumi-mashyar) menunjukkan suatu tempat atau lapangan yang amat luas di akhirat, bukan dibumi-kita. Tetapi akibat adanya perkataan “ ardh diterjemahkan bumi”  maka dari ayat ini timbul faham bahwa dikala berbangkit itu orang keluar dari Kubur-nya ( dibumi ) dan berkumpul dibumi ini juga yang sudah dirubah Allah menjadi sangat luas dan matahari begitu dekatnya dari kepala seolah olah berada  hanya sejengkal  sehingga mereka tenggelam dalam lautan keringat.( Ini hanya pendapat segelintir ‘Ulama )

b.      ARDH dapat diartikan: tanah / lahan, seperti bunyi ayat ini
وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا
 “Dan dia mewariskan kepada kamu tanah / lahan mereka (Ardhohum), tempat tinggal dan harta mereka, dan lahan yang belum diolah dan adalah Allah Maha Berkuasa atas tiap sesuatu” (Q.S. 33. Al-Ahzab: 27)

c.             ARDH dapat juga diartikan: Negeri, seperti bunyi ayat:
يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ
 “Yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu (Ardhikum), maka     sekarang apa yang kamu kerjakan?” (Q.S.7/ Al-A’raf: 110).

Kata Ardhikum disini bukan bermakna “Bumi- mu”.tapi negeri-mu.

d.    ARDH yang artinya Bumi-kita, Seperti bunyi ayat ini:
وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi (Ardh) dan menjadikan padanya “rawasia” (= pasak, batang magnet) dan sungai-sungai (dan menjadikan ) tiap tumbuhan berpasangan (jantan-betina) dan menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya yang demikian itu adalah ayat (pertanda) bagi kaum yang mau berfikir” (Q.S. 13. Ar-Ra’du : 3) 
       
 Pengertian ARDH disini adalah bumi yang kita tempati ini, begitu pula dengan arti yang sama juga tertera pada ayat berikutnya. (Q.S. 13 Ar-Ra’du: 4)

a.        ARDH dapat diartikan dengan: bumi jagat raya.

          Karena umumnya kata Al-Ardh diartikan dengan empat macam  tersebut diatas kita terlupa bahwa ada arti yang lain yaitu  ARDH (bumi) dalam pengertian “BUMI-JAGAT-RAYA”  Bumi Jagat Raya yang berisi tak terhitung banyaknya Galaksi yang dari bumi kita  hanya mengatakan : “ berjuta bintang dilangit “. Kalau dipadatkan hanya berupa sebuah “Bumi Jagat Raya” kalau dilebur semua hanya berupa “energi”
                          

(Q.S. 41 Fus-Shilat: 9 s/d 12 )
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ()وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ()

“Katakanlah, sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada (Tuhan) yang mencipta bumi dalam dua masa, lalu kamu adakan sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan semesta alam (9). Dan Dia menjadikan padanya (bumi) rawasia (garvitasi / gaya bobot) dari atasnya (meliputi) dan memberkahinya, menetapkan ketentuan-ketentuan, ukuran-ukuran kekuatannya dalam empat masa. Sama waktunya bagi yang mau bertanya 10).

Bila kita serap makna kandungan Q.S. 41 Fus-Shilat: 9 s/d 10,

Maksudnya kejadian Bumi yang pertama kali dikatakan dua masa sebenarnya sama artinya dengan empat masa karena setelah diciptakan tahap pertama dengan dua masa lalu berproses dalam dua tahap lagi sehingga menjadi empat masa, sehingga ayat itu diakhiri dengan penegasan: Kalau ada orang yang heran dan mau bertanya tentang hal tersebut, jawabnya bahwa empat masa yang disebutkan kemudian adalah suatu proses dari dua masa sebelumnya.

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ()فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ()

“Kemudian Allah mengarah pada langit dan langit ketika itu hanya berbentuk gas maka berfirman Allah kepada langit itu dan juga kepada Bumi (yang sudah jadi) Datanglah kamu kedua duanya (bumi dan langit) dengan taat (patuh) atau terpaksa, keduanya menjawab: “Kami berdua datang dengan taat” (11).
“Maka Dia menjadikan (gas) menjadi tujuh-langit dalam dua masa, dan mewahyukan pada tiap lapis langit itu urusannya. Lalu langit yang rendah (langit dunia) Kami hiasi dengan lampu-lampu (bintang) dan memeliharanya, demikianlah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Mengetahui”  (12).

      Mari kita renungi secara mendalam ayat 11 dan 12 nya, mungkin akan timbul pertanyaan ilmiah yang menghendaki jawaban secara ilmiah juga. Kalau kata-kata ARDH dalam ayat ini diartikan “planet-bumi-kita”, berarti bumi kitalah yang lebih dahulu diciptakan Allah baru langit (jagat-raya), padahal menurutut kajian ilmiah Alam-jagat-raya yang lebih dahulu diciptakan, lalu galaksi-galaksi terbentuk, yang Galaksi itu merupakan kumpulan matahari-matahari yang jarak antara satu matahari dengan matahari lain paling dekat lebih  4 tahun cahaya sedang cahaya bergerak dalam satu detik saja 300.000 km. Kalau satu tahun berapa Km, kalau empat tahun  berapa ? Suatu ketika terjadi ledakan pada matahari-matahari itu menyebabkan ada bagian matahari yang terpelanting menjadi satelit matahari Diantara tak hingga  banyaknya matahari itu,  satu diantaranya adalah matahari kita dan diantara sepuluh satelit matahari itu satu diantaranya adalah Planet bumi kita.apakah logis “pelanet bumi”  yang duluan dibuat ? Kalau terasa ada yang tidak sinkron berarti penafsiran yang salah, bukan ayatnya yang tak logis.

Karena itulah diayat tadi, kata Al-Ardh penulis artikan dengan: BUMI-JAGAT-RAYA, sebab dari sudut pandang kesemestaan Jagat-raya ini, hanyalah sebuah bola-bumi yang besarnya tak terbatas. Akan tetapi karena kita makhluk yang kecil kita lihat bola-bumi-jagat-raya ini adalah kumpulan gugus-gugus bintang, dan galaksi-galaksi. Satu diantara sekian banyaknya Galaksi itu adalah Galaksi Bima Sakti. Galaksi Bima Sakti terdiri dari trilliunan Matahari yang memiliki Solar-sistem, diantaranya yang terdekat dengan Matahari kita adalah Bintang Alfa Centaurus, yang jarakanya lebih 4,3 tahun cahaya. Galaksi Bima Sakti itu bergaris tengah 100.000 tahun cahaya yang Matahari kita mengedarinya selama 225 juta tahun. Itu satu Galaksi sedang alam semesta Jagat-raya berisi tak terhingga banyaknya Galaksi. Berapa luasnya Bumi-Jagat-Raya ini? Allahu A’lam.

            Kalau kita dapat memperbesar diri kita demikian besarnya sampai perbandingannya: Bumi hanya sebesar elektron, maka Matahari-lah Protonnya, Solar-sistem menjadi Atom dan Galaksi seperti sebutir pasir, maka ketika itu barulah dapat diperhitungkan bahwa Jagat Raya ini hanyalah sebuah bola bumi, mungkin sebesar bumi kita. Akan tetapi bila kita mengecilkan diri sebesar elektron maka atom akan menjadi ruang yang bergaris tengah satu kilometer, maka kita akan bisa naik Helikopter pada ruang sebuah Atom. Ketika itu tidak ada lagi bernama Bumi-Jagat-Raya maupun Galaksi atau Matahari atau Bumi tapi semuanya hanyaLANGIT yang berisi energi.

            Dari analisis tersebut penulis mengambil esensi ayat  diatas( data 4 :9 s/d 12 ), sebagai berikut:
1.      Allah menciptakan “Alam materi yaitu BUMI-JAGAT–RAYA dalam dua periode.
a.       Periode Pusaran Gas Hidrogen yang semakin lama semakin padat yang menimbulkan panas yang tinggi, mengakibatkan terjadinya proses transmutasi atom-atom.
b.      Akibat adanya tranmutasi ini maka keluarlah sinar dan panas yang bertambah tinggi. Maka menjadilah Gas itu suatu massa yang menggelegak-gelegak dan menyala dan dengan menempuh masa yang panjang alam yang menggelegak itu menjadi padat dan terjadilah Letupan dahsyat ( Big Beng ) dan “Pusaran Galaksi”. bagaikan arus-badai semesta alam berputar mengelilingi inti alam semesta kemudian mewujudlah Kelompok Galaksi ( Buruj ), Galaksi-galaksi dengan matahari mataharinya dan seluruh isi jagat-raya

2.      Netrino dan anti netrino saling menghancurkan sehingga didalam alam mewujud Gravitasi dan Gaya-bobot , yang Al-Qur’an menamakannya “Rawasia” ( pasak ). Gaya Bobot ini meliputi Alam semesta, sehingga proses pembentukan Galaksi dan Matahari-mataharinya yang telah mempunyai satelit itu menjadi tetap dengan ketentuan:satelit matahari mengorbit mengelilingi Matahari, sang Matahari juga mengelilingi Galaksi dan galaksi juga beredar mengikuti arus pusaran Buruj (kelompok Galaksi), Buruj inipun tasbih (berenang) mengikuti pusaran alam semesta. Proses ini berlaku dalam empat periode (masa)

3.      Lalu Allah mengarahkan kodratnya kelangit yang waktu itu berupa Dukhan (gas asal jagat raya ). Kalau dalam penciptaan BUMI-JAGAT-RAYA Gas itu dipadatkan dengan panas yang tinggi, tapi untuk penciptaan langit Gas itu tidak dipadatkan, melainkan diurai sehingga menjadi unsur-unsur yang halus. Zat yang hanya berupa partikel atom diurai menjadi ion-ion dan diurai lagi menjadi Alam Ruh, atau dengan istilah Qur’annya, Allah merobah yang bersifat NUUR menjadi NAAR dan menjadikan Alam semesta ( Bumi jagat raya ) dan mrubah NUUR  jadi Alam Ruhani lalu menciptakan tujuh lapis alam-gaib yang dalam Hadits disebut : Langit I , II , III, IV, V, VI, VII, atau Alam Ruh Jamadi, Nabati, Hewani, Insani, Ruhani, Rahmani dan Rabbani ( nama-nama menurutut istilah Metafisika/ Tasawwuf saja ). Lalu setiap  tingkatan langit diberikan urusannya masing masing sesuai dengan kekuatan dan wawasan lingkupannya. Ruh Jamadi menjadi sebab adanya wujud Materi, Ruh Nabati menjadi sebab adanya kehidupan dibumi dan tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dari bentuk lumut hingga hutan balantara, Ruh Hewani sebagai sebab adanya Kemauan  dan sebagai sebab lahirnya hewan, maka bumipun penuh dengan binatang dari binatang satu sel, berevolusi sampai ada binatang yang merayap, yang terbang yang berenang hingga binatang buas, Ruh Insani sebagai sebab adanya Rasio/ kecerdasan maka mewujudlah makhluk cerdas baik yang berfisik ( manusia ) maupun yang tidak ( Jin ) dan rasio /pikiran melekat pada manusia labih banyak daripada Jin ( kerena Adam di Jannah sudah diberi ilmu yang banyak maka keturunannya menjadi makhluk cerdas ), Ruhani merupakan sebab makhluk memikliki Supra Rasional, Ruh Rahmani sebagai sebab adanya daya spiritual, rasa cinta dan kasih sayang, Ruh Rabbani sebagai sebab adanya daya supra spiritual rasa pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa.

4.      Langit yang paling rendah ( Sama’u’d-dunya ) adalah alam Jamadi, Langit ini berbatasan dengan Langit-Jagat-Raya yang berisi energi dan materi (mulai dari sinar kosmis, gelombang elektro magnetis, gaya bobot, ion, atom, batu batuan (mateor), planet, matahari-matahari, Galaksi-Galaksi dan kelompok Galaksi ( Buruj ) dan lain lain pengisi jagat. Dari bumi kita hanya melihat bahwa dilangit ada bintang-bintang bagaikan lampu kemerlap dialam semesta  padahal itu adalah Galaksi kumpulan  trilliunan matahari. Makanya langit jagat raya yang berisi lampu lampu itu merupakan hiasan langit dun-ya ( langit pertama )
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit-dunia ( langit yang dekat) dengan lampu-lampu ( bintang-bintang ) dan Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala” ( Q.S 67Mulk: 5 )

            Untuk mendukung hipotesis penulis tentang Al-ARDH diartikan  BUMI-JAGAT-RAYA marilah kita telusuri  ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an:

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
a.      “Mereka tidak memahakuasakan Allah dengan sebenar-benar kekuasaan-Nya, padahal Bumi seluruhnya (Bumi-jagat-raya) dalam genggaman-Nya pada hari Qiamat dan Langit digulung dengan tangan kanan-Nya, Maha Suci  Dia yang Maha Tinggi dari apa yang mereka syarikatkan” (Q.S. 39. Az-Zumar: 67)
 
          Dalam ayat ini terdapat kata-kata: Wa’l Ardhu jami’a والارض جميعا = dan bumi seluruhnya. Kata-kata ini berarti bahwa bumi yang dimaksud adalah seluruh bumi dalam jagat = Bumi-jagat-raya. Perkataan Ardh dalam bentuk tunggal, karena memang jagat raya dihitung satu bumi. Perkataan Jami’a berarti banyak, karena jagat raya itu memang kumpulan bumi-bumi yang  banyak, namun bagi Allah hanya segenggam saja. Langit yang bukan dalam bentuk materi dihari Qiamat akan digulung bagai menggulung lembaran tipis,digulung cukup dengan sebelah tangan saja. Dari ayat ini kita dapat menangkap makna tersirat bahwa Allah tidak ada didalam Alam, dan tidak juga diluar Alam, kerena alam tak ada bagian luarnya..
يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ
b.      “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya Bumi-Ku itu   sangat luas maka kepada-Ku-lah kamu mengabdi” (Q.S. 29 Al-Ankabut: 56).

      Yang dimaksudkan bumi disini adalah bumi-jagat-raya, sebab kata-kata Ardhy ارضي = bumi-Ku, menunjukkan khusus, berarti yang ditunjuk adalah bumi-Nya ( Allah ). Kalau yang dimaksud yang ditunjuk adalah bumi Allah, tentu dalam arti keseluruhan yang ada dalam alam-jagat, bukan  sekadar bumi yang kita tempati sekarang. Kalau bumi yang kita tempati ini hanya merupakan tempat yang sangat sempit dan kecil bagai sebutir pasir ditengah jagat. Maka kata Ardhy diayat ini lebih tepat diterjemahkan dengan : Bumi jagat raya.
وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ
c.       “Dan bumi yang mempunyai pecahan (Ash-shad’u=pecah)” (Q.S. 86. Ath-Thariq: 12).

      Bumi yang dimaksud adalah Bumi jagat raya. Bumi jagat raya itu memang terpecah-pecah, kerena didalam jagat raya ini tak terhitung banyak pecahannya : galaksi, matahari dan bumi. Kalau  bumi yang kita tempati ini bentuknya agak bulat tidak mempunyai pecahan, karena itulah para Penafsir menterjemahkan kata: Ash-shad’u itu dengan : tumbuh tumbuhan, kerena sulit memahami kata:  الصدع. Penulis menterjemahkan kata Ash-shad’u dengan arti sesuai Kamus tidak arti kias dan tidak ditakwil dan memang sebenarnyalah Bumi-jagat-raya itu mempunyai pecahan-pecahan yaitu Galaksi.Galaksi, Galaksi mempunyai pecahan lagi yaitu Matahari-matahari (Solar-sistem). Satu diantara solar sistim itu kita pilih matahari kita, mempunyai pecahan juga yaitu planet-planet yang mengorbit disekelilingnya. Satu diantara pelanet itu yang berada pada orbit ketiga,  keadaannya tidak terlalu dekat kematahari (kepanasan) dan tidak pula terlalu jauh (kedinginan) itulah bumi kita yang kita anggap sebuah pelanet yang utama dijagat raya ini. Didalamnya ada makhluk yang bernama manusia yang berpikir yang mendapat kedudukan sebagai khalifah Allah dibumi, padahal belum tentu kita ini makhluk yang paling tinggi diantara makhluk makhluk didalam jagat raya yang tak terhitung banyaknya bumi yang lain, manusia yang lain yang mungkin lebih cerdas dari kita.
            Penulis bukan mengatakan bahwa semua perkataan “Ardh” dalam Al-Qur’an itu artinya adalah “bumi-jagat-raya”, tapi ada diantara kata-kata “Ardh” dalam ayat itu yang bermakna “bumi–jagat–raya, kalau ayat tersebut menyatakan tentang langit-alam-Ruhani yang berpasangan dengan bumi-jagat-raya.  Bumi jagat raya ini suatu ketika akan disebut juga sebagai langit bila bumi kita dipisahkan darinya sebagai objek pembicaraan. Bumi maksudnya pelanet yang kita tempati dan langit artinya semua ruang ada diluar bumi ( jagat raya ).Bumi kita yang padat inipun kalau sekiranya dilebur ia akan menjadi atom jadi semuanya hanya atom, maka tak ada lagi yang disebut bumi, semuanya hanya langit.. Setelah kita memahami  proses kejadian alam ini, apa kata Allah dalam Al-Qur’an dan bagaimana pula pencapaian logika dalam teori fisika?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar