Misteri Alam dan Manusia
VIII
2.
Bermacam-macam Pengertian Bumi (Ardh)
Perkataan Al-Ardh didalam Al Qur’an lebih 460 kali
disebut yang biasanya kita artikan bumi (pelanet kita). Akan tetapi
setelah ayat-ayat Al-Qur’an itu ditelusuri
ternyata ARDH punya arti yang bermacam-macam.
a.
ARDH dapat diartikan tempat/lapangan luas sebagaimana bunyi ayat:
وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ
رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ
بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan terang benderanglah bumi-mahsyar (Al- Ardh) dengan cahaya
Tuhannya dan diletakkanlah Kitab (himpunan fakta) lalu didatangkanlah para Nabi
dan saksi-saksi, dan diberi keputusan diantara mereka dengan adil, dan mereka
tidak akan dirugikan” (Q.S. 39. Az-Zumar: 69).
Perkataan Al-Ardh disini adalah (Bumi-mashyar)
menunjukkan suatu tempat atau lapangan yang amat luas di akhirat, bukan
dibumi-kita. Tetapi akibat adanya perkataan “ ardh diterjemahkan bumi” maka dari ayat ini timbul faham bahwa dikala
berbangkit itu orang keluar dari Kubur-nya ( dibumi ) dan berkumpul dibumi ini
juga yang sudah dirubah Allah menjadi sangat luas dan matahari begitu dekatnya dari
kepala seolah olah berada hanya sejengkal sehingga mereka tenggelam dalam lautan
keringat.( Ini hanya pendapat segelintir ‘Ulama )
b.
ARDH dapat diartikan: tanah / lahan, seperti bunyi ayat ini
وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ
وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا
“Dan dia mewariskan kepada kamu tanah /
lahan mereka (Ardhohum), tempat tinggal dan harta mereka, dan lahan yang belum
diolah dan adalah Allah Maha Berkuasa atas tiap sesuatu” (Q.S. 33. Al-Ahzab:
27)
c.
ARDH dapat juga diartikan: Negeri, seperti bunyi ayat:
يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ
فَمَاذَا تَأْمُرُونَ
“Yang
bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu (Ardhikum), maka sekarang apa yang kamu kerjakan?” (Q.S.7/
Al-A’raf: 110).
Kata Ardhikum disini bukan bermakna “Bumi- mu”.tapi
negeri-mu.
d. ARDH yang artinya Bumi-kita, Seperti bunyi
ayat ini:
وَهُوَ الَّذِي مَدَّ
الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi (Ardh) dan menjadikan
padanya “rawasia” (= pasak, batang magnet) dan sungai-sungai (dan menjadikan )
tiap tumbuhan berpasangan (jantan-betina) dan menutupkan malam kepada siang.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah ayat (pertanda) bagi kaum yang mau
berfikir” (Q.S. 13. Ar-Ra’du : 3)
Pengertian ARDH disini adalah bumi yang
kita tempati ini, begitu pula dengan arti yang sama juga tertera pada ayat
berikutnya. (Q.S. 13 Ar-Ra’du: 4)
a.
ARDH dapat diartikan dengan: bumi jagat
raya.
Karena umumnya kata Al-Ardh diartikan
dengan empat macam tersebut diatas kita
terlupa bahwa ada arti yang lain yaitu ARDH (bumi) dalam pengertian “BUMI-JAGAT-RAYA”
Bumi Jagat Raya yang berisi tak
terhitung banyaknya Galaksi yang dari bumi kita
hanya mengatakan : “ berjuta bintang dilangit “. Kalau dipadatkan hanya
berupa sebuah “Bumi Jagat Raya” kalau dilebur semua hanya berupa “energi”
(Q.S.
41 Fus-Shilat: 9 s/d 12 )
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي
خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ
الْعَالَمِينَ()وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا
وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ()
“Katakanlah,
sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada (Tuhan) yang mencipta bumi dalam dua
masa, lalu kamu adakan sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan semesta alam (9). Dan
Dia menjadikan padanya (bumi) rawasia (garvitasi / gaya bobot) dari atasnya (meliputi) dan
memberkahinya, menetapkan ketentuan-ketentuan, ukuran-ukuran kekuatannya dalam
empat masa. Sama waktunya bagi yang mau bertanya 10).
Bila
kita serap makna kandungan Q.S. 41 Fus-Shilat: 9 s/d 10,
Maksudnya kejadian Bumi
yang pertama kali dikatakan dua masa sebenarnya sama artinya dengan empat masa
karena setelah diciptakan tahap pertama dengan dua masa lalu berproses dalam
dua tahap lagi sehingga menjadi empat masa, sehingga ayat itu diakhiri dengan
penegasan: Kalau ada orang yang heran dan mau bertanya tentang hal tersebut, jawabnya
bahwa empat masa yang disebutkan kemudian adalah suatu proses dari dua masa
sebelumnya.
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ
دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا
أَتَيْنَا طَائِعِينَ()فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى
فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ()
“Kemudian Allah mengarah pada langit dan langit ketika itu hanya
berbentuk gas maka berfirman Allah kepada langit itu dan juga kepada Bumi (yang
sudah jadi) Datanglah kamu kedua duanya (bumi dan langit) dengan taat (patuh)
atau terpaksa, keduanya menjawab: “Kami berdua datang dengan taat” (11).
“Maka Dia menjadikan (gas) menjadi tujuh-langit dalam dua masa, dan
mewahyukan pada tiap lapis langit itu urusannya. Lalu langit yang rendah
(langit dunia) Kami hiasi dengan lampu-lampu (bintang) dan memeliharanya,
demikianlah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Mengetahui” (12).
Mari kita renungi secara mendalam ayat 11
dan 12 nya, mungkin akan timbul pertanyaan ilmiah yang menghendaki jawaban secara
ilmiah juga. Kalau kata-kata ARDH dalam ayat ini diartikan “planet-bumi-kita”,
berarti bumi kitalah yang lebih dahulu diciptakan Allah baru langit
(jagat-raya), padahal menurutut kajian ilmiah Alam-jagat-raya yang lebih dahulu
diciptakan, lalu galaksi-galaksi terbentuk, yang Galaksi itu merupakan kumpulan
matahari-matahari yang jarak antara satu matahari dengan matahari lain paling dekat
lebih 4 tahun cahaya sedang cahaya bergerak
dalam satu detik saja 300.000 km. Kalau satu tahun berapa Km, kalau empat
tahun berapa ? Suatu ketika terjadi
ledakan pada matahari-matahari itu menyebabkan ada bagian matahari yang
terpelanting menjadi satelit matahari Diantara tak hingga banyaknya matahari itu, satu diantaranya adalah matahari kita dan
diantara sepuluh satelit matahari itu satu diantaranya adalah Planet bumi
kita.apakah logis “pelanet bumi” yang
duluan dibuat ? Kalau terasa ada yang tidak sinkron berarti penafsiran yang
salah, bukan ayatnya yang tak logis.
Karena itulah diayat tadi,
kata Al-Ardh penulis artikan dengan: BUMI-JAGAT-RAYA, sebab dari sudut pandang
kesemestaan Jagat-raya ini, hanyalah sebuah bola-bumi yang besarnya tak
terbatas. Akan tetapi karena kita makhluk yang kecil kita lihat
bola-bumi-jagat-raya ini adalah kumpulan gugus-gugus bintang, dan galaksi-galaksi.
Satu diantara sekian
banyaknya Galaksi itu adalah Galaksi Bima Sakti. Galaksi Bima Sakti terdiri
dari trilliunan Matahari yang memiliki Solar-sistem, diantaranya yang terdekat
dengan Matahari kita adalah Bintang Alfa Centaurus, yang jarakanya lebih 4,3
tahun cahaya. Galaksi Bima Sakti itu bergaris tengah 100.000 tahun cahaya yang
Matahari kita mengedarinya selama 225 juta tahun. Itu satu Galaksi sedang alam
semesta Jagat-raya berisi tak terhingga banyaknya Galaksi. Berapa luasnya
Bumi-Jagat-Raya ini? Allahu A’lam.
Kalau kita dapat memperbesar diri
kita demikian besarnya sampai perbandingannya: Bumi hanya sebesar elektron,
maka Matahari-lah Protonnya, Solar-sistem menjadi Atom dan Galaksi seperti
sebutir pasir, maka ketika itu barulah dapat diperhitungkan bahwa Jagat Raya
ini hanyalah sebuah bola bumi, mungkin sebesar bumi kita. Akan tetapi bila kita
mengecilkan diri sebesar elektron maka atom akan menjadi ruang yang bergaris
tengah satu kilometer, maka kita akan bisa naik Helikopter pada ruang sebuah
Atom. Ketika itu tidak ada lagi bernama Bumi-Jagat-Raya maupun Galaksi atau Matahari
atau Bumi tapi semuanya hanyaLANGIT yang berisi energi.
Dari analisis
tersebut penulis mengambil esensi ayat diatas( data 4 :9 s/d 12 ), sebagai berikut:
1.
Allah menciptakan
“Alam materi yaitu BUMI-JAGAT–RAYA dalam dua periode.
a.
Periode Pusaran
Gas Hidrogen yang semakin lama semakin padat yang menimbulkan panas yang
tinggi, mengakibatkan terjadinya proses transmutasi atom-atom.
b.
Akibat adanya
tranmutasi ini maka keluarlah sinar dan panas yang bertambah tinggi. Maka
menjadilah Gas itu suatu massa
yang menggelegak-gelegak dan menyala dan dengan menempuh masa yang panjang alam
yang menggelegak itu menjadi padat dan terjadilah Letupan dahsyat ( Big Beng )
dan “Pusaran Galaksi”. bagaikan arus-badai semesta alam berputar mengelilingi
inti alam semesta kemudian mewujudlah Kelompok Galaksi ( Buruj ), Galaksi-galaksi
dengan matahari mataharinya dan seluruh isi jagat-raya
2.
Netrino dan anti
netrino saling menghancurkan sehingga didalam alam mewujud Gravitasi dan
Gaya-bobot , yang Al-Qur’an menamakannya “Rawasia” ( pasak ). Gaya Bobot ini
meliputi Alam semesta, sehingga proses pembentukan Galaksi dan
Matahari-mataharinya yang telah mempunyai satelit itu menjadi tetap dengan
ketentuan:satelit matahari mengorbit mengelilingi Matahari, sang Matahari juga
mengelilingi Galaksi dan galaksi juga beredar mengikuti arus pusaran Buruj
(kelompok Galaksi), Buruj inipun tasbih (berenang) mengikuti pusaran alam
semesta. Proses ini berlaku dalam empat periode (masa)
3.
Lalu Allah
mengarahkan kodratnya kelangit yang waktu itu berupa Dukhan (gas asal
jagat raya ). Kalau dalam penciptaan BUMI-JAGAT-RAYA Gas itu dipadatkan dengan
panas yang tinggi, tapi untuk penciptaan langit Gas itu tidak dipadatkan, melainkan
diurai sehingga menjadi unsur-unsur yang halus. Zat yang hanya berupa partikel
atom diurai menjadi ion-ion dan diurai lagi menjadi Alam Ruh, atau dengan
istilah Qur’annya, Allah merobah yang bersifat NUUR menjadi NAAR dan menjadikan
Alam semesta ( Bumi jagat raya ) dan mrubah NUUR jadi Alam Ruhani lalu menciptakan tujuh lapis
alam-gaib yang dalam Hadits disebut : Langit I , II , III, IV, V, VI, VII, atau
Alam Ruh Jamadi, Nabati, Hewani, Insani, Ruhani, Rahmani dan Rabbani ( nama-nama
menurutut istilah Metafisika/ Tasawwuf saja ). Lalu setiap tingkatan langit diberikan urusannya masing
masing sesuai dengan kekuatan dan wawasan lingkupannya. Ruh Jamadi menjadi
sebab adanya wujud Materi, Ruh Nabati menjadi sebab adanya kehidupan dibumi dan
tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dari bentuk lumut hingga hutan balantara, Ruh Hewani
sebagai sebab adanya Kemauan dan sebagai
sebab lahirnya hewan, maka bumipun penuh dengan binatang dari binatang satu sel,
berevolusi sampai ada binatang yang merayap, yang terbang yang berenang hingga
binatang buas, Ruh Insani sebagai sebab adanya Rasio/ kecerdasan maka
mewujudlah makhluk cerdas baik yang berfisik ( manusia ) maupun yang tidak (
Jin ) dan rasio /pikiran melekat pada manusia labih banyak daripada Jin (
kerena Adam di Jannah sudah diberi ilmu yang banyak maka keturunannya menjadi
makhluk cerdas ), Ruhani merupakan sebab makhluk memikliki Supra Rasional, Ruh
Rahmani sebagai sebab adanya daya spiritual, rasa cinta dan kasih sayang, Ruh
Rabbani sebagai sebab adanya daya supra spiritual rasa pengabdian kepada Tuhan
yang Maha Esa.
4.
Langit yang
paling rendah ( Sama’u’d-dunya ) adalah alam Jamadi, Langit ini berbatasan
dengan Langit-Jagat-Raya yang berisi energi dan materi (mulai dari sinar
kosmis, gelombang elektro magnetis, gaya
bobot, ion, atom, batu batuan (mateor), planet, matahari-matahari, Galaksi-Galaksi
dan kelompok Galaksi ( Buruj ) dan lain lain pengisi jagat. Dari bumi kita
hanya melihat bahwa dilangit ada bintang-bintang bagaikan lampu kemerlap dialam
semesta padahal itu adalah Galaksi
kumpulan trilliunan matahari. Makanya langit jagat raya yang berisi
lampu lampu itu merupakan hiasan langit dun-ya ( langit pertama )
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ
الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا
لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit-dunia
( langit yang dekat) dengan lampu-lampu ( bintang-bintang ) dan Kami jadikan
bintang-bintang itu sebagai pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka
siksa neraka yang menyala-nyala” ( Q.S 67Mulk: 5 )
Untuk mendukung hipotesis penulis tentang Al-ARDH
diartikan BUMI-JAGAT-RAYA marilah kita telusuri ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا
قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
a.
“Mereka
tidak memahakuasakan Allah dengan sebenar-benar kekuasaan-Nya, padahal Bumi
seluruhnya (Bumi-jagat-raya) dalam genggaman-Nya pada hari Qiamat dan Langit
digulung dengan tangan kanan-Nya, Maha Suci Dia yang Maha Tinggi dari apa yang mereka syarikatkan”
(Q.S. 39. Az-Zumar: 67)
Dalam ayat ini terdapat kata-kata: Wa’l Ardhu jami’a والارض جميعا = dan bumi seluruhnya. Kata-kata ini berarti bahwa bumi yang dimaksud adalah seluruh bumi dalam jagat = Bumi-jagat-raya. Perkataan Ardh dalam bentuk tunggal, karena memang jagat raya dihitung satu bumi. Perkataan Jami’a berarti banyak, karena jagat raya itu memang kumpulan bumi-bumi yang banyak, namun bagi Allah hanya segenggam saja. Langit yang bukan dalam bentuk materi dihari Qiamat akan digulung bagai menggulung lembaran tipis,digulung cukup dengan sebelah tangan saja. Dari ayat ini kita dapat menangkap makna tersirat bahwa Allah tidak ada didalam Alam, dan tidak juga diluar Alam, kerena alam tak ada bagian luarnya..
يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ
أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ
b.
“Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman,
sesungguhnya Bumi-Ku itu sangat luas
maka kepada-Ku-lah kamu mengabdi” (Q.S. 29 Al-Ankabut: 56).
Yang dimaksudkan bumi disini adalah bumi-jagat-raya,
sebab kata-kata Ardhy ارضي =
bumi-Ku, menunjukkan khusus, berarti yang ditunjuk adalah bumi-Nya ( Allah ).
Kalau yang dimaksud yang ditunjuk adalah bumi Allah, tentu dalam arti
keseluruhan yang ada dalam alam-jagat, bukan sekadar bumi yang kita tempati sekarang. Kalau
bumi yang kita tempati ini hanya merupakan tempat yang sangat sempit dan kecil
bagai sebutir pasir ditengah jagat. Maka kata Ardhy diayat ini lebih tepat
diterjemahkan dengan : Bumi jagat raya.
وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ
c.
“Dan
bumi yang mempunyai pecahan (Ash-shad’u=pecah)” (Q.S. 86. Ath-Thariq: 12).
Bumi yang dimaksud adalah Bumi jagat raya.
Bumi jagat raya itu memang terpecah-pecah, kerena didalam jagat raya ini tak
terhitung banyak pecahannya : galaksi, matahari dan bumi. Kalau bumi yang kita tempati ini bentuknya agak
bulat tidak mempunyai pecahan, karena itulah para Penafsir menterjemahkan kata:
Ash-shad’u itu dengan : tumbuh tumbuhan, kerena sulit memahami
kata: الصدع.
Penulis menterjemahkan kata Ash-shad’u dengan arti sesuai Kamus tidak arti kias
dan tidak ditakwil dan memang sebenarnyalah Bumi-jagat-raya itu mempunyai
pecahan-pecahan yaitu Galaksi.Galaksi, Galaksi mempunyai pecahan lagi yaitu
Matahari-matahari (Solar-sistem). Satu diantara solar sistim itu kita pilih
matahari kita, mempunyai pecahan juga yaitu planet-planet yang mengorbit
disekelilingnya. Satu diantara pelanet itu yang berada pada orbit ketiga, keadaannya tidak terlalu dekat kematahari (kepanasan)
dan tidak pula terlalu jauh (kedinginan) itulah bumi kita yang kita anggap
sebuah pelanet yang utama dijagat raya ini. Didalamnya ada
makhluk yang bernama manusia yang berpikir yang mendapat kedudukan sebagai
khalifah Allah dibumi, padahal belum tentu kita ini makhluk yang paling
tinggi diantara makhluk makhluk didalam jagat raya yang tak terhitung banyaknya
bumi yang lain, manusia yang lain yang mungkin lebih cerdas dari kita.
Penulis bukan mengatakan bahwa semua perkataan “Ardh”
dalam Al-Qur’an itu artinya adalah “bumi-jagat-raya”, tapi ada diantara
kata-kata “Ardh” dalam ayat itu yang bermakna “bumi–jagat–raya, kalau ayat
tersebut menyatakan tentang langit-alam-Ruhani yang berpasangan dengan
bumi-jagat-raya. Bumi jagat raya ini
suatu ketika akan disebut juga sebagai langit bila bumi kita dipisahkan
darinya sebagai objek pembicaraan. Bumi maksudnya pelanet yang kita tempati dan
langit artinya semua ruang ada diluar bumi ( jagat raya ).Bumi kita yang padat
inipun kalau sekiranya dilebur ia akan menjadi atom jadi semuanya hanya atom, maka
tak ada lagi yang disebut bumi, semuanya hanya langit.. Setelah kita
memahami proses kejadian alam ini, apa
kata Allah dalam Al-Qur’an dan bagaimana pula pencapaian logika dalam teori
fisika?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar