Sabtu, 04 Agustus 2012

Misteri Alam dan Manusia VI


Misteri Alam dan Manusia VI

BAB DUA : ALAM  MAKROKOSMOS
 ( JAGATRAYA)

1.     Bermacam-macam Pengertian Langit

Langit yang istilah Al-Qur’an: Samaa’ yang kata-katanya bervariasi sehingga didapati ada empat macam bentuk:
a.       As-Sama-u
      Dengan bentuk tunggal,disebut didalam Al-Qur’an sebanyak 120 kali.
b.      As-Sama-wa-tu
      Dalam bentuk jamak, didalam Al-Qur’an disebut sebanyak 184 kali
c.       (Sab’a) Sama-wa-tu
      Dalam bentuk jamak–terikat, disebut didalam Al-Qur’an sebanyak 4 kali.
d.      As-sama-watu’s (sab’u)
      Dalam bentuk jamak –tersifat, yang Al-Qur’an menyebutnya sebanyak 2 kali.

Sebenarnya kata-kata Samaa’ itu bukan hanya diartikan langit yang  maksudnya suatu ruang yang ada diatas kita, melainkan punya pengertian yang banyak. Untuk lebih mudah memahaminya sebaiknya kita mengartikannya berikut dengan contoh ayat-ayat Al-Qur’an atau hadist Nabi:
a.       Langit dengan artinya Awang-awang sebagaimana firman Allah:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
 “Tidaklah kau perhatikan betapa Allah telah membuat perumpamaan, “kalimah” yang baik adalah seperti sebatang pohon yang baik yang akarnya terhujam kokoh (ditanah) dan cabangnya berada di langit (awang)” (Q.S. 14. Ibrahim: 24)

b.      Langit dengan arti Angkasa, sebagaimana firman Allah:
وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” ( Q.S.6/ Al-An’am : 99 )

c.       Langit dengan arti Atmosfir, sebagaiman firman Allah:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ>
 “Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu apa saja yang ada dibumi, dan bahtera yang berlayar dilautan dengan perintah-Nya dan Dia yang menahan Cakrawala langit (Atmosfir ) jatuh kebumi melainkan dengan izin-Nya, sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang terhadap manusia” (Q.S. 22-Al-Hajj: 65).

Penulis perlu menjelaskan kenapa kata “samaa’ ” pada ayat diats diartikan dengan atmosfir? Lengkungan langit yang kita lihat berwarna biru sebenarnya adalah atmosfir pelindung bumi dari terpaan sinar mentari. Karena daya tarik bumi, semua apa yang ada diatmosfir itu mempunyai gaya berat. Ternyata berat atmosfir itu mencapai 1,0336 kg/cm2, namun kita tak merasa adanya tekanan itu. Sungkup langit yang demikian berat tidak jatuh ke bumi, ia terlihat melengkung membalut bumi. Udara yang demikian berat tidak jatuh karena ia ditahan dengan qodrat Allah (hukum Sunnatullah )

d.      Langit dengan arti solar-sistem, sebagaimana firman Allah:
أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا>وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجً >
 “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. Dan menciptakan padanya bulan yang bercahaya, dan menjadikan padanya Matahari sebagai alat penerang (lampu)”  (Q.S. 71. Nuh : 16)
                                              
            Kata Langit disini penulis artikan dengan Solar-sistem, sebab langit yang disebut dalam ayat ini adalah langit yang bertingkat-tingkat/ berlapis-lapis dan memiliki matahari dan bulan.
e.       Langit dengan arti Gugus-bintang, sebagaimana firman Allah:
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا.
 “Maha Suci Allah yang menjadikan dilangit  itu Gugus-bintang, dan dijadikan-Nya pada Gugus bintang  itu Matahari dan bulan yang bercahaya” (Q. S. 25-Al-Furqan : 61)

f.       Langit dengan arti Alam-jagat-raya, sebagaimana firman Allah:
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ.
“Dan langit jagat-raya telah ditinggikan dia dan diletakkan padanya hukum setimbang” (Q.S. 55. Ar-Rahman : 7)

g.      Langit dengan arti Zat-antar bintang (interstellar gas) seperti firman Allah:
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينََقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ.
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya meNUURut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S. 41-Fus-shilat:  11,12).

h.      Langit dengan arti alam-lingkungan, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Kami bukakan kepada mereka berkah dari langit-lingkungan (cakrawala lingkungan) dan bumi” (Q.S. 7 Al-A’raf : 96)
i.        Langit dengan arti Langit-alam-gaib.

     Sebelum penulis menukilkan ayat-ayat yang menerangkan adanya makna langit dengan arti Alam gaib, penulis mengemukakan terlebih dahulu dalil-dalil aqal sebelum dalil naqli-nya agar tidak menimbulkan salah faham.
Sekiranya kita bisa mengecilkan diri sebesar elektron, apakah anda tidak percaya bahwa didalam sebatang kapur tulis itu ada langit dan kita dapat melewatinya dengan pesawat. Kerena kalau kita hancurkan sampai menjadi atom dan diurai lagi maka kita akan temui disana proton, neutron dan elektron . Bila elektronnya kita misalkan sebesar kelereng maka ruang antara elektron dan proton menjadi sejauh 0,5 Km. Bukankah ruangan ini cukup luas dilewati Helikopter?
Didalam  Hadits Nabi pada peritiwa Israk dan Mi’raj, diriwayatkan bahwa : ketika Nabi Muhammad mi’raj kelangit, beliau tidak pernah menceritakan bahwa ia melihat bintang-bintang dan berhenti disalah satu planetnya. Tapi Nabi menceritakan bahwa yang dinaikinya adalah langit pertama kedua dan seterusnya sampai langit ketujuh. Langit tersebut adalah Alam yang memiliki pintu masuk yang dijaga Malaikat dimana ia bertemu dengan para arwah Nabi-nabi, yang tetap didampingi Malaikat Jibril. Malaikat dan para arwah adalah mahkluk gaib yang immateri dan para arwah itu yang sudah berpulang ke rahmatu’llah yang menurut ajaran Islam bahwa tempat orang yang sudah meninggal adalah alam Barzakh. Ini memperkuat hipotesa penulis, bahwa Nabi Muhammad mi’raj melewati Alam Gaib, bukan jagat raya yang dipenuhi tak terhitung banyaknya Galaksi, Matahari-matahari dengan solar sistimnya, pelanet-pelanet yang mengorbit pada setiap matahari, dan mateor-mateor serta bermacam-macam  benda langit lainnya...
Dari Kitab Shohih Bukhari (terjemahan) jilid II hal: 306, 307: Bahwa langit pertama itu adalah “samaa’ ud-dun-ya”  yaitu “langit-dunia” artinya langit Alam rendah, langit yang terdekat diukur dari jagat raya ini. Karena riwayat mengatakan Nabi Muhammad sampai dilangit ketujuh dan terus ke Mustawa bertemu dengan Allah. Dari langit pertama sampai Mustawa, itu bukan lagi alam jagat raya langit itu adalah “langit alam gaib” sebab kalau langit disini diartikan langit-jagat-raya juga berarti Nabi Muhammad bertemu dengan Allah didalam jagat raya, berarti Allah itu ditemui disuatu tempat , padahal Allah dekat (qarib), tak perlu jauh-jauh terbang kelangit mencari Allah dan Allah tidak bertempat, mustahil Ia ditemui didalam jagat, alam buatan-Nya sendiri, bukankah Allah berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.( Q.S.3/Al-Baqarah : 186 )

            Penulis menyimpulkan bahwa Langit adalah Ruang yang melingkupi, baik ruang itu berisi materi berdimensi 1,2,3   yang terus berproses dalam waktu, maupun ruang itu berisi energi,ruang berdimensi empat ( D-4 ) atau dimensi tinggi dan tak terhingga ( D-h, D~  ) yang hanya dihuni Malaikat dan Ruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar