Misteri Alam dan Manusia
VI
BAB DUA : ALAM MAKROKOSMOS
( JAGATRAYA)
1. Bermacam-macam Pengertian
Langit
Langit yang istilah
Al-Qur’an: Samaa’ yang kata-katanya bervariasi sehingga didapati ada empat
macam bentuk:
a.
As-Sama-u
Dengan bentuk
tunggal,disebut didalam Al-Qur’an sebanyak 120 kali.
b.
As-Sama-wa-tu
Dalam bentuk jamak,
didalam Al-Qur’an disebut sebanyak 184 kali
c.
(Sab’a)
Sama-wa-tu
Dalam bentuk
jamak–terikat, disebut didalam Al-Qur’an sebanyak 4 kali.
d.
As-sama-watu’s
(sab’u)
Dalam bentuk jamak
–tersifat, yang Al-Qur’an menyebutnya sebanyak 2 kali.
Sebenarnya
kata-kata Samaa’ itu bukan hanya diartikan langit yang maksudnya suatu ruang yang ada diatas kita,
melainkan punya pengertian yang banyak. Untuk lebih mudah memahaminya sebaiknya
kita mengartikannya berikut dengan contoh ayat-ayat Al-Qur’an atau hadist Nabi:
a.
Langit dengan
artinya Awang-awang sebagaimana firman Allah:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
“Tidaklah kau perhatikan
betapa Allah telah membuat perumpamaan, “kalimah” yang baik adalah seperti
sebatang pohon yang baik yang akarnya terhujam kokoh (ditanah) dan cabangnya
berada di langit (awang)” (Q.S. 14. Ibrahim: 24)
b.
Langit dengan
arti Angkasa, sebagaimana firman Allah:
وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ
خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا
قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ
مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ
وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari
langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan,
maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami
keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang
kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami
keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang beriman.” ( Q.S.6/ Al-An’am : 99 )
c.
Langit dengan
arti Atmosfir, sebagaiman firman Allah:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ
وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ
عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ>
“Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa
Allah menundukkan bagimu apa saja yang ada dibumi, dan bahtera yang berlayar
dilautan dengan perintah-Nya dan Dia yang menahan Cakrawala langit (Atmosfir
) jatuh kebumi melainkan dengan izin-Nya, sesungguhnya Allah Maha Pengasih
dan Maha Penyayang terhadap manusia” (Q.S. 22-Al-Hajj: 65).
Penulis perlu menjelaskan kenapa kata “samaa’ ” pada
ayat diats diartikan dengan atmosfir? Lengkungan langit yang kita lihat
berwarna biru sebenarnya adalah atmosfir pelindung bumi dari terpaan sinar
mentari. Karena daya tarik
bumi, semua apa yang ada diatmosfir itu mempunyai gaya berat. Ternyata berat atmosfir itu mencapai
1,0336 kg/cm2, namun kita tak merasa adanya tekanan itu. Sungkup
langit yang demikian berat tidak jatuh ke bumi, ia terlihat melengkung membalut
bumi. Udara yang demikian berat tidak jatuh karena ia ditahan dengan qodrat
Allah (hukum Sunnatullah )
d.
Langit dengan
arti solar-sistem, sebagaimana firman Allah:
أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا>وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ
نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجً >
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh
langit bertingkat-tingkat. Dan menciptakan padanya bulan yang bercahaya, dan
menjadikan padanya Matahari sebagai alat penerang (lampu)” (Q.S. 71. Nuh : 16)
Kata Langit disini penulis artikan
dengan Solar-sistem, sebab langit yang disebut dalam ayat ini adalah langit
yang bertingkat-tingkat/ berlapis-lapis dan memiliki matahari dan bulan.
e.
Langit dengan arti Gugus-bintang, sebagaimana firman Allah:
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي
السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا.
“Maha Suci Allah yang
menjadikan dilangit itu
Gugus-bintang, dan dijadikan-Nya pada Gugus bintang itu Matahari dan bulan yang bercahaya” (Q. S.
25-Al-Furqan : 61)
f.
Langit dengan arti Alam-jagat-raya, sebagaimana firman Allah:
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ
الْمِيزَانَ.
“Dan langit jagat-raya telah ditinggikan dia dan diletakkan padanya
hukum setimbang” (Q.S. 55. Ar-Rahman : 7)
g.
Langit dengan arti Zat-antar bintang (interstellar gas) seperti firman
Allah:
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ
دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا
أَتَيْنَا طَائِعِينََقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ
وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ.
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap,
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya meNUURut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati".Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S.
41-Fus-shilat: 11,12).
h.
Langit dengan arti alam-lingkungan, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا
وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri itu beriman
dan bertaqwa, pastilah Kami bukakan kepada mereka berkah dari langit-lingkungan
(cakrawala lingkungan) dan bumi” (Q.S. 7 Al-A’raf : 96)
i.
Langit dengan arti Langit-alam-gaib.
Sebelum penulis menukilkan
ayat-ayat yang menerangkan adanya makna langit dengan arti Alam gaib, penulis
mengemukakan terlebih dahulu dalil-dalil aqal sebelum dalil naqli-nya agar
tidak menimbulkan salah faham.
Sekiranya kita bisa mengecilkan diri sebesar
elektron, apakah anda tidak percaya bahwa didalam sebatang kapur tulis itu ada
langit dan kita dapat melewatinya dengan pesawat. Kerena kalau kita hancurkan sampai menjadi atom
dan diurai lagi maka kita akan temui disana proton, neutron dan elektron . Bila
elektronnya kita misalkan sebesar kelereng maka ruang antara elektron dan
proton menjadi sejauh 0,5 Km. Bukankah ruangan ini cukup luas dilewati
Helikopter?
Didalam Hadits Nabi pada peritiwa
Israk dan Mi’raj, diriwayatkan
bahwa : ketika Nabi Muhammad mi’raj kelangit, beliau tidak pernah menceritakan
bahwa ia melihat bintang-bintang dan berhenti disalah satu planetnya. Tapi Nabi
menceritakan bahwa yang dinaikinya adalah langit pertama kedua dan seterusnya
sampai langit ketujuh. Langit tersebut adalah Alam yang memiliki pintu masuk
yang dijaga Malaikat dimana ia bertemu dengan para arwah Nabi-nabi, yang tetap
didampingi Malaikat Jibril. Malaikat dan para arwah adalah mahkluk gaib yang
immateri dan para arwah itu yang sudah berpulang ke rahmatu’llah yang menurut
ajaran Islam bahwa tempat orang yang sudah meninggal adalah alam Barzakh. Ini
memperkuat hipotesa penulis, bahwa Nabi Muhammad mi’raj melewati Alam Gaib,
bukan jagat raya yang dipenuhi tak terhitung banyaknya Galaksi,
Matahari-matahari dengan solar sistimnya, pelanet-pelanet yang mengorbit pada
setiap matahari, dan mateor-mateor serta bermacam-macam benda langit lainnya...
Dari Kitab Shohih Bukhari (terjemahan) jilid II hal: 306, 307: Bahwa langit
pertama itu adalah “samaa’ ud-dun-ya”
yaitu “langit-dunia” artinya langit Alam rendah, langit yang terdekat diukur
dari jagat raya ini. Karena riwayat mengatakan Nabi Muhammad sampai dilangit
ketujuh dan terus ke Mustawa bertemu dengan Allah. Dari langit pertama sampai
Mustawa, itu bukan lagi alam jagat raya langit itu adalah “langit alam gaib”
sebab kalau langit disini diartikan langit-jagat-raya juga berarti Nabi Muhammad
bertemu dengan Allah didalam jagat raya, berarti Allah itu ditemui disuatu
tempat , padahal Allah dekat (qarib), tak perlu jauh-jauh terbang kelangit mencari
Allah dan Allah tidak bertempat, mustahil Ia ditemui didalam jagat, alam
buatan-Nya sendiri, bukankah Allah berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.( Q.S.3/Al-Baqarah : 186 )
Penulis menyimpulkan bahwa Langit adalah Ruang
yang melingkupi, baik ruang itu berisi materi berdimensi 1,2,3 yang terus berproses dalam waktu, maupun
ruang itu berisi energi,ruang berdimensi empat ( D-4 ) atau dimensi
tinggi dan tak terhingga ( D-h, D~ ) yang hanya dihuni Malaikat dan Ruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar