4. Tentang Alam Semesta Menurut Al-Qur’an dan
Sains
Bermacam-macam teori dari pakar yang
menghipotesiskan tentang kejadian alam semesta. Dalam karya ini penulis mencoba
memberikan analisis menurut Al-qur’an dan Sains.
Menurut Fred Hoyle semesta ini pada
mulanya bukanlah kosong melompong melainkan berisi sejenis Gas yang disebut
Gas-antar-bintang (intersteller-gas) dimana pernyataan ini sesuai pula menurut
Al-Qur’an yang menyebutnya dengan istilah “Dukhan” yang artinya Gas panas (Q.S.
41: 11).
Gas
itu amat renggang, kerenggangannya sedemikian rupa sehingga kalau gas itu
dimuatkan kedalam kotak korek api hanya berisi 10.000 butir jika atom gas ini
memadat seperti telah menjadi matahari, bila dimuatkan kedalam kotak korek api
jumlahnya lebih kurang “Seratus-quardilliun
(100.000.000.000.000.000.000.000.000) angka satu dengan dua puluh enam angka
nol. Diantara zat yang mengisi intersteller gas itu adalah Hidrogen. Diduga
Hidrogen merupakan zat asal, dan dugaan ini juga relevan dengan konsep Qur’an
dimana alam semesta sebelum mewujud yang ada adalah ‘Arsy yang diatasnya adalah
Al-Maa’ (Hidrogen).
Rasulullah bersabda:
“Yang ada hanya Allah, dan belum ada sesuatu
apapun yang lain dari pada-Nya, dan ketika itu ‘Arsy-Nya diatas air, dan
ditulis-Nya pada zikri segala sesuatu dan dijadikan-Nya langit dan Bumi” (
Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءْ……….
“Dan Dia-lah yamg telah menjadikan langit dan bumijagat raya dalam
enam hari dan adalah ‘arsy-Nya diatas air…” (Q.S.11/ Hud : 7).
Perkataan ‘Arsy secara harfiah bermakna: singgasana, tapi jangan dianggap Allah itu punya tempat
bersemayam, berupa singgasana seperti Raja yang duduk diatas takhta
Kerajaannya, lalu persemayaman Allah itu terapung-apung diatas air, pemahaman
ini dapat membawa kita kepada kesyirikan. ‘Arsy disini bermakna poros-energi
kalau dalam dunia atom merupakan inti atom (nukleus). Ketika Allah melepaskan
qudratnya dengan KUN maka energi NUUR Ilahi itu berubah menjadi Hidrogen. Yang
merupakan zat asal. Karena itu dikatakan ‘Arsy Allah diatas air (Hidrogen), itu
bukan berarti Singgasana Allah terapung-apung diatas air tetapi hidrogen
itu pada mulanya meliputi semesta alam seolah olah ia membungkus ‘Arsy, karena
semua energi itu mengorbit, thawaf mengelilingi ‘Arsy, seperti elektron yang megorbit
mengelilingi proton (nukleus)nya. Pusaran Hidrogen yang amat dahsyat itu
menjadi pusaran Gas yang bergerak dalam arus pusaran alam semesta. Gas (Dukhon), itulah zat antar bintang (menurut
pakar astronomi). Zat antar bintanglah yang berpengaruh di ruang angkasa, ia
menguasai gerak bintang, menguasai kejadiannya dan pertumbuhannya. Maka hampir
semua pakar fisika menduga Hidrogen inilah menjadi bahan pokok kejadian
bintang-bintang.
Ketika peristiwa awal yang diceritakan itu sebutir
bintangpun belum ada didalam jagat , hanya Hidrogen ini. Gas ini tidaklah diam
begitu saja mengapung seperti awan tapi ia bergerak dan berputar dengan gerakan
yang amat dahsyat sehingga menimbulkan riak dan gelombang alam dalam satu
putaran gas yang maha luas daerahnya. Gas itu tidaklah begitu saja melaju berputar dengan tidak ada hambatan dan
tahanan-tahanan. Maka ketika arus gas tertahan dan tersekat lalu berubah arah,
ia berputar membentuk pusaran gas yang baru. Pusaran gas ini semakin lama
semakin besar dan semakin padat pula. Didalam pusaran ini sudah barang tentu
terjadi panas yang tinggi akibat adanya atom-atom yang terjepit dalam calon
bintang ini. Kian terjepit
kian kecil pula volumenya maka semakin tinggi temperaturnya. Setelah volumenya
itu menciut lebih kurang semiliar kali maka titik panasnyapun mencapai jutaan
derajat Celsius, sehingga terjadilah letupan api alam semesta yang dahsyat,
yaitu gumpalan raksasa yang menyala. Bila panas itu mencapai dua juta derajat
celsius maka mulailah berlangsung “transmutasi” atom-atom. Benteng Hidrogen ini
menjadi terbuka maka suatu proton bebas masuk kedalam inti Hidrogen dan
bersarang disana, maka mewujudlah atom baru yaitu Atom dengan dua proton yang
memiliki satu elektron, atom ini adalah suatu isotop dari Helium. Akibat adanya transmutasi ini maka keluar
sinar dan panas yang bertambah-tambah tingginya pada calon bintang tadi. Dengan
panas yang amat tinggi ini mengakibatkan semakin cepatnya proses transmutasi.
Maka menjadilah sinar panas kesekelilingnya. Melalui masa yang panjang
memadatlah pusaran itu menjadi padatan yang bernyala nyala yang kita
menamakannya ”matahari”. Pusaran gas ini bukan hanya satu malah
tak terhingga lalu mengelompok dalam satu arus pusaran yang amat besar
membentuk “Galaksi-galaksi”. Galaksi-galaksi mengelempok pula dalam satu
pusaran yang amat besar lagi, menjadi “rumpun galaksi”. Rumpun-rumpun galaksi
ini megelompok lagi dalam pusaran yang maha-besar menjadi “Alam-galaksi”, demikian
seterusnya dan alam berekspansi terus,tak akan berhenti ( Allahu Akbar ).
Kemudian
beberapa partikel matahari terpelanting dari porosnya dalam suatu ledakan,
partikel ini lama-lama mendingin lalu menjadi satelit matahari disebut: planet.
Diantara sekian banyak matahari dalam jagat ini , satu di antaranya adalah matahari
kita, dan diantara sekian banyak planet yang mengorbit mengelilingi
Matahari itu satu diantaranya adalah Bumi kita yang molek.
4.1.
Langit
Jagat Raya
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ .وَالْأَرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ
الْمَاهِدُونَ
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan
dan sesungguhnya Kamilah yang meluaskannya (47) Dan bumi itu Kami hamparkan
maka Kamilah sebaik baik yang
menghamparkan ( 48))” ( QS 51/ Adz-Dzariyat :47, 48 )
Kata Langit diayat ini menunjukkan Alam-Jagat-Raya, kalau
yang dimaksud Langit Alam Gaib, Al-Quran menyebutnya dengan kata : “ Sab’a-
Samawaat” kerena langit gaib itu tujuh
tingkat, langit yang dinaiki Nabi Muhammad ketika Mi’raj, langit itu ada penjaganya Malaikat dilangit itu Nabi Muhamad berjumpa dengan Nabi
nabi yang sudah wafat berarti langit itu adalah :“Alam-Barzakh”, kalau
Langit Jagat Raya ini isinya Bintang-bintang (galaksi ) tak terhitung
banyaknya, planet, mateor dan debu angkasa, yang tak terkatakan lagi. Pada ayat
tadi ada kata “Wassamaa’a” yang bermakna langit dalam bentuk tunggal, tidak dikatakan Sab’a Samawaat kerena yang
dimaksud adalah langit jagat raya yang tidak berlapis lapis. Memang ada
juga ayat yang menggunakan kata Samawaat bentuk jamak yang bermakna jagat raya,
tapi ayat tersebut punya ciri yang bersifat khusus yaitu ada diselipkan “ bahwa
dilangit itu ada matahari”.Lagi pula dalam ayat 48 itu ada kata “Al-Ardh”
(bumi) yang dimaksud adalah Bumi kita dimana dalam bumi itu ada Nabi Muhammad
yang diajak Allah berbicara. Kata Samawaat ( dalam bentuk jamak ) dipakai untuk
menjelaskan jagat raya, kerena langit jagat raya itu dari segi keluasannya ada
tujuh tingkatan, bukan berlapis lapis atau bertingkat-tingkat ( akan diuraikan dalam bab ini ).
Jadi istilah “ Tujuh petala langit” didalam Al-Quran,
adalah untuk menjelaskan bahwa Langit Alam Gaib tujuh lapis, bukan Langit Jagat
Raya yang tak ada tepinya yang tujuh lapis. Menurut kajian Astronomi Langit
Jagat Raya tidak ada dinding pembatas, tembus kemana saja sampai keujung yang
tak ada ujungnya. Hanya saja kalau dibagi menuirut keluasannya dari langit yang membungkus bumi,
langit yang dilewati Solar Sistem, langit yang ditempuh Galaksi dalam perjalanan
mengelilingi porosnya dan seterusnya Langit Jagat Raya itu dikenal juga dalam
tujuh tingkatan keluasannya dapat juga disebut dengan istilah “ Langit jagat
raya tujuh lapis “ ( akan dijelaskan berikut )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar