Minggu, 05 Agustus 2012

Misteri Alam dan Manusia VII



Ada tiga macam pengertian Langit

      Dari pokok bahasan yang telah dibicarakan jelaslah bahwa ada tiga macam pengertian langit.
a.      Langit Alam-mikrocosmos
      Yang dimaksud dengan langit-mikro-kosmos adalah langit yang ada dalam dunia atom. Inti atom merupakan mataharinya dan elektron yang mengorbit mengelilingi inti itu se-olah-olah planetnya, itulah sebabnya maka dalam istilah atom fisika dikatakan “elektron-planet”. Garis orbit elektron planet ini dari satu sampai  tujuh orbit, jadi langit alam mikro atau langit dunia-atom itu memiliki tujuh lapis langit juga.

b.      Langit Alam-jagat-raya/ alam Makrocosmos

      Alam jagat-raya adalah Alam materi yang berisi Gas intersteller, gas antar bintang yang melalui peroses yang panjang mewujud menjadi tak-terhingga banyaknya Galaksi, dimana Galaksi itu adalah kumpulan trilliunan matahari-matahari, dan matahari-matahari  (bintang) itu adalah merupakan Solar-sistem. Solar sistem ini memiliki satelit-satelit yaitu Planet-planet yang mengitarinya (mengorbit). Diantara miliunan Galaksi terdapatlah satu diantaranya galaksi kita yang dinamai Galaksi Bima Sakti dan diantara trilliunan matahari dalam Galaksi Bima-Sakti itu terdapatlah matahari kita, diantara satelit matahari kita, ditemukanlah bumi kita seperti sebutir pasir ditengah padang pasir bila dibandingkan keadaan bumi kita ditengah-tengah sebuah galaksi. Jadi bumi kita adalah bahagian terkecil dari sebuah Galaksi kalau didalam jagat bumi kita hanya merupan sebutir debu. Kalau alam raya ini juga disebut langit, berarti Bumi kita adalah bahagian dari langit. Kalau begitu bagaimana memahami ayat : “Allah menciptakan langit dan bumi?” Menurut berita Al- Qur’an Alam raya ini yang dalam satu wawasan disebut juga langit, memiliki juga lapisan-lapisan sebanyak tujuh lapis.     ( Akan dijelaskan kemudian di fasal lain).

c.       Langit Alam Gaib (Alam Ruh).

      Langit yang dalam pengertian Alam Ruh, Al-Quran menyatakan ada  berlapis-lapis, tapi lapisan itu bukan seperti kue lapis, kalaupun dikatakan bertingkat-tingkat bukan seperti gedung yang bertingkat tapi  tingkatan itu hanya berupa nilai ketinggian. Sepanjang jangkauan pandangan cerah para waskita dalam Filsafat- Islam atau ilmu Tasawwuf, langit Alam Ruh itu meliputi tujuh lapisan Alam Ruhani, sesuai dengan firman Allah:

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ>ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ
      “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, tidak akan kau lihat pada penciptaan Tuhan Yang Maha Penyayang itu sesuatu yang tidak sesuai, karena itu lihatlah kembali, adakah kau lihat (yang tak seimbang) dari ciptaannya?”
     Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.(Q.S.67 Al-Muluk: 3,4).

      Ayat ini menerangkan bahwa langit itu berlapis-lapis sebanyak tujuh lapis. Kalau langit yang dalam ayat ini diartikan Alam jagat raya, apakah Alam semesta itu berlapis-lapis?Alam semesta merupakan ruang yang tak bertepi kemana saja arah akan tembus tak ada dinding yang membatas. Maka langit dalam ayat ini adalah  langit yang immateri merupakan alam Ruhani  yang nilai  Ruhnya yang betingkat, yaitu:  Alam Ruh tingkat materi/benda disebut dengan istilah Ruh Jamadi,  alam ruh tingkat daya bertumbuh disebut Ruh Nabati, tingkat daya hewan/ daya hawa nafsu disebut Ruh-Hewani, tingkat daya  Intelegensi disebut Ruh Insani, tingkat daya Mental disebut Ruhani, tingkat daya Spiritual disebut Ruh Rahmani dan tingkat daya Supra Spiritual disebut Ruh Rabbani ( Nama-nama langit ini hanya di dapat dalam kajian Filsafat-Islam dan Tasawuf , tidak ada istilah tersebut dalam Al-Qur’an atau Hadist).
               Di langit Solar-Sistim memang ada langit yang bertingkat-tingkat (Q.S. 71 Nuh: 15),  dikatakan bertingkat bukan berlapis/bertingkat keatas tapi kerena jalur orbit planetnya yang jaraknya semakin jauh dalam tujuh orbit  Ayat ini dijadikan dalil kerena ada ayat berikutnya yang menerangkan bahwa dalam langit itu ada matahari dan bulan. Sedang dalam ayat 3 surat Al-Muluk tadi ayat sebelumnya Allah bercerita tentang masalah hidup dan mati. Mati adalah masalah gaib, maka pada ayat 4-nya Allah menyuruh merenungkan sekali lagi, jadi tiga kali renungan, berarti masalah langit yang berlapis ini bukan lagi masalah Alam jagat-raya tapi masalah alam gaib,  yang pengetahuan manusia tentang yang gaib ini sangat minim. Selanjutnya dalam ayat 5 surat Sajadah ada difirmankan Allah :

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
      “Dia yang mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian naik lagi kepada-Nya dalam sehari yang ukurannya adalah “seribu” tahun dengan hitungan kamu” (Q.S. 32. As-Sajadah : 5).

            Kalau langit dalam ayat ini diartikan ruang jagat-raya maka Amar Allah diatur dari pusat pusaran langit jagat raya turun kebumi kita dan naik lagi kelangit. Berarti Allah bersemayam dipusat langit ruang jagat yang tak bertepi yang berisi tak terhingga banyaknya galaksi-galaksi dan benda langit lainnya, lalu mengatur urusan-Nya kebumi-kita salah satu pelanet kecil diantara tak terhingga banyaknya bumi bumi yang lain dijagat raya, lalu naik lagi.kelangit tempat bersemayamnya Allah ( Apakah bumi kita saja yang diperhatikan Allah sedang bumi-bumi yang lain tidak disebut sebut ?), tentu hal ini suatu hal yang mustahil.
            Kalau jawabannya tidak mungkin, berarti kata “langit” diayat tadi bukan bermakna alam semesta atau jagat raya melainkan “ langit  alam gaib” yang diliputi qudrat iradat Allah, yang merupakan aktivitas amar Allah. Dengan dalil-dalil logika yang penulis kemukakan ini  merupakan landasan berpikir penulis dalam menetapkan hipotesa bahwa ada “langit” yang bermakna “langit-alam-gaib”, yaitu langit yang dilewati Nabi ketika Mi’raj.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar