KEMAMPUAN MANUSIA MENGUAK TAKDIRNYA
Dari ayat - ayat takdir yang sudah
dikumpulkan, rasanya kita akan tertegun diantara dua alternatif, tunduk kepada
hukum takdir atau dengan qadha dan qadar yang ada didalam diri kita berusaha menguak
takdir.
Karena itu dibutuhkan penalaran yang
sungguh-sungguh agar kita tidak tersandar pada salah satu dinding dalam
keraguan, sehingga menggoyahkan iman dengan meneliti ayat-ayat tersebut dan
memahaminya bahwa kekuatan qadha dan qadar itu bertingkat-tingkat.
Hukum qadha / qadar
itu ada yang mengisi alam benda, qadha / qadar yang mengisi alam nabati, hewani, insani dan qadha / qadar yang mengisi alam
yang diatas manusia.Tumbuhan dapat menguasai alam benda, dan hewan dapat
menguasai alam benda dan tumbuhan. Manusia
dapat menguasai qadha / qadar yang ada dalam tiga alam yang dibawahnya dan
dirinya serta dapat mengatasi sebagian kecil qadha / qadar yang diatasnya
dengan kadar dan kodrat yang menjadi miliknya kalau ia menguasai rahasianya.
Kekuatan yang diatas manusia tentu dapat ditaklukkan dengan kekuatan yang lebih
tinggi bila Allah memberi energi lebih berupa mukjizat, karena itulah maka
manusia memohon kekuatan itu. Rasulullah
bersabda :
قال رسول الله صلعم : لا يرد القضاء الا الدعاء ولا
يزيد العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه
(رواه الترمذي وبن حبان )
“Tidak ada yang mampu menolak ketentuannya (
Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan
baik , dan sesungguhnya seseorang manusia diharamkan baginya rizki dengan dosa
yang menimpanya”. ( H.R Tarmizi dan Ibnu Hibban ).
Untuk menguasai
alam benda, alam tumbuhan dan alam hewan, manusia diharuskan menggali dan
mencari ilmu yang berhubungan dengan hal tersebut. Terbukti dengan ilmu fisika,
kimia, biologi geografi dan ilmu-ilmu lain yang berfungsi sebagai pendukung,
maka manusia telah menemukan cara merubah nasib, dengan memanfaatkan sumber
daya alam berupa anugerah Allah yang berlimpah ruah.
Memang alam telah
dibentuk dengan kekuatan hukum (sunnatullah) karena itu alam terus berkembang
secara otomatis berekspansi dengan kekuatan sunnatullah yang menggerakkannya. Para
pakar astronomi mengatakan bahwa alam terus berkembang, langit tidak ada batasnya
dan galaksi terus lahir, sementara yang lama sudah ada yang punah, begitu silih
berganti dan tak pernah berhenti. Analisis pakar astronomi ini tidak bertentangan dengan konsep ajaran
Al-qur’an..
Demikian juga tumbuh-tumbuhan juga digerakkan
oleh kekuatan qadha, qadar dan qodrat, akan tetapi yang dimiliki tumbuhan hanya
dapat menguasai dan mempengaruhi alam benda (Tanah ) dan merobah nasib sang
tanah. Tanah yang memiliki kesuburan yang cukup lalu dihisap tanam-tanaman
akhirnya tanah kehilangan zat-zat dirinya, lalu menjadi gersang, si tanah tidak
mempu mengubah nasib malangnya itu.. Binatang memiliki qodrat/ qodar yang lebih
tinggi dari tumbuhan maka binatang mampu menguasai dunia tumbuhan dan
mempengaruhi nasib tumbuhan menjadi Madang padahal tanah tempatnya tumbuh sangat subur tapi nasib
tumbuhan itu menjadi malang karena
daunnya dimakan binatang. Tapi manusia dijadikan sebagai makhluk yang lebih
baik dari binatang maka manusia dapat menguasai alam benda, tumbuhan dan hewan
dapat mempengaruhi nasib dan takdir semua makhluk yang dibawahnya. Batu yang
terbenam dalam tanah, diolah oleh manusia menjadi batu berharga, maka
terangkatlah nasib dan takdir sang batu karena manusia. Anggrek yang tumbuh
dihutan dengan bunganya yang cantik kini dibiakkan didalam taman, namun yang
bernasib malang lebih banyak seperti pohon jati, pohon meranti yang menyangga
bumi kini telah ditebang dijadikan papan dan beroti. Walaupun qadar dan qodrat
yang mengisi tumbuhan itu sama (seperti padi) namun nasibnya tidak sama. Perhatikanlah
padi yang terkena hama wreng tidak akan menghasilkan buah yang sama dengan padi
yang selamat dari hama wreng dan mendapat pupuk.
Begitu juga tentang nasib dan takdir binatang.
Dulu kuda adalah binatang liar, kini kuda adalah binatang ternak yang jinak. Malah
singa, harimau, gajah dapat diajak bermain dengan manusia, ( permainan sirkus ) mereka adalah binatang
yang bernasib baik, sementara yang lain berapa banyak binatang yang mati
disembelih manusia untuk kesenangan hidup, berapa banyak binatang yang diburu
hanya untuk diambil gadingnya, diambil culanya atau kulitnya untuk kesenangan.
Takdir binatang ini telah dikuakkan oleh manusia, lalu alam dan masa memberi
kesempatan kepada generasi manusia untuk bertumbuh dan berkembang sehingga
manusia dapat menguakkan takdirnya sendiri.
Agar manusia mampu menguakkan takdir dan
mengubah nasibnya agar menjadi baik haruslah ia mampu memperbesar qodrat/
iradat dalam dirinya dengan cara :
Pertama
Mereaksikan :
a. Kekuatan iman dan yakin,
yaitu percaya diri yang terikat dengan kepercayaan kepada Allah.
b.
Kekuatan ilmu / pengetahuan / keterampilan.
c.
Memperbesar aktivitas dan kreativitas diri. Ketiga faktor tersebut diatas
direaksikan sehingga menjadi “daya upaya”
Kedua
Memperbesar “energi diri” dengan cara
banyak beribadah dan “latihan spiritual
“.
Allah berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى
اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ(1)
“Hai orang-orang beriman, dirimu adalah untuk kamu tidak akan mendatangkan mudarat orang
yang sesat apabila kamu mendapat petunjuk.” (Q.S.
5 /Al- Maidah : 105)
Dalam ayat diatas terdapat kata : “alaikum amfusakum “ yang artinya “ untuk kamulah dirimu” maksudnya
diri kita untuk kita pakai sendiri bukan untuk orang lain, untuk dimanfaatkan
orang lain, diperbudak orang lain. Diri pribadi manusia merupakan padatan energi, karena itu diri
merupakan sumber daya. Jadi manfaatkanlah sumber daya diri itu agar
sumber daya alam berupa anugerah Ilahi itu dapat diraih sebesarnya-besarnya.
Dengan latihan kejiwaan dan
ibadah yang khusuk manusia dapat
memperbesar Daya dirinya dengan sentuhan energi- Ilahy, seperti layaknya
arus listrik yang tertentu 450 watt
dengan tidak melalui meterannya kita dapat memakai energi lebih dari 450 watt, malah
tak terhingga. Daya upaya itu merupakan usaha memadatkan energi fisik dan
pikiran serta jiwa untuk membangkitkan energi yang lebih besar sehingga dapat
digunakan untuk menguak taqdir dan mengubah nasib.
Ketiga
Berusaha mengubah Nasib/Taqdir
Selama nyawa masih dikandung badan kita masih
berpeluang untuk mengubah takdir &
Nasib buruk menjadi baik sesuai dengan tuntutan
Islam. Ada sepuluh macam cara yang mungkin bisa ditempuh.
. a. Merubah sikap dan Keperibadian :
.
b. Memberdayakan Zakat untuk
membangun Perekonomian
c. Menggiatkan Sedekah, Infaq dan Hadiah
d. Memberdayakan Asuransi.
e. Membangun Kooperasi
f. Gigih
dan kerja keras
g. Melaksanakan Amar Ma’ruf / Nahi Mungkar
h. Melakukan Hijrah
i.
Berjihad dan berda’wah
j. Menumbuhkan sifat menolong /menggiatkan
Ta’awwun
a.
Merubah sikap dan Keperibadian
Nafs ( Diri ) yang dimaksud dalam Islam bukan badan Fisik
tapi Diri- pribadi yang didalamnya ada
tersimpan daya : Akal-pikir, Hawa Nafsu, Hati, Emosi dan Akal Mubtadi ( Akal Cipta, Akal Intuisi ) .Dalam diri
manusia besar muatan dayanya tidak sama ada orang daya akalnya lemah tapi daya
Hati dan Hawa nafsunya kuat ada yang lemah daya hatinya tapi akal dan Hawa
nafsunya kuat, ada yang lemah hawa nafsunya
tapi hati dan akalnya kuat sehingga keluar delapan macam type manusia
Hawa Nafsu
|
Hati
|
Akal
|
Warna Keperibadian
|
+
|
+
|
+
|
Nafs Muth-mainnah, orang yang jiwanya stabil
memiliki keperibadian yang kuat. Kemauan dan semangatnya tinggi, perasaannya
sangat halus terbungkus dengan pikiran yang terang, sehingga memantulkan
keperibadian yang cerdas, berbudi pekerti yang mulia, terampil berkarya, bersemangat tinggi, optimis dalam
menghadapi tantangan.hidup.
|
+
|
+
|
-
|
Nafs Rahmah orangnya punya kemauan yang
keras dengan perasaan yang halus, akan tetapi daya pikirnya kurang kuat jadi
ia terpengaruh pada inti jiwanya .Ini akan memantulkan sifat pribadi: mudah tersinggung tapi mudah memaafkan,
semangatnya meluap-luap, kreatif dan berjiwa sosial yang suka mengulurkan
tangan.tapi kurang pertimbangan..
|
+
|
-
|
+
|
Nafs Lawwamah Tipe manusia pemburu kesenangan.
Kepintaran yang menyatu dengan kemauannya yang kuat dengan rasa perasaan yang
lemah akan memantulkan sifat berani berspekulasi mudah mencari rezki tapi tak
pernah merasa puas, selalu tidak mendengarkan suara hatinya, kurang social,
tapi pandai bergaul.
|
+
|
-
|
-
|
Nafs Zholamah Manusia gelap hati dan pikiran, hanya hawa nafsunya yang bernyala-nyala
perasaan dan pikirannya seolah-olah beku membatu. Ini akan memantulkan sikap mementingkan diri sendiri, ingin berkuasa,
tidak punya rasa sosial, tujuan hidupnya hanyalah untuk kepuasan hawa nafsu, dalam pikirannya hanya memburu kekayaan tidak ada baginya rasa
menenggang dan pertimbangan..
|
-
|
-
|
-
|
Nafs Sufahah, ketiga potensi jiwanya lemah. Adalah gambaran manusia yang kehilangan
pribadinya, apatis masa bodoh dan memang ia
dungu, tak bercita-cita. Sikap hidupnya apa adanya saja, tak banyak
mengharap dan tak banyak kebutuhannya yang penting cukup makan. Kalaupun ia
dilahirkan dalam keluarga kaya namun sikpnya tetap begitu saja, menerima
subsidi dan warisan dari orangtua.
|
-
|
-
|
+
|
Nafs Amarah , tipe manusia yang banyak
teori, banyak bicara, suka mengatur, sebenarnya diam diam ia merasa tak mampu
berbuat apa apa tapi akalnya cerdas membuat peribadinya pandai mengakal
akali, ingin tampil sebagai orang hebat kerena itu banyak bohongnya, omong
besar. Pikiran yang kuat membungkus kemauan dan hati yang lemah akan
menampilkan keperibadian pemikir yang hanya banyak berteori tak mampu
melaksanakan gagasannya, orang ini tak punya rasa malu.
|
-
|
+
|
-
|
Nafs Sawilah Hanya perasaan yang halus menguasai dirinya sedang akal dan
kemauannya pasif, ini akan membentuk
keperibadian berhati rapuh, hanyut
dalam perasaan, pemalu dan penakut,
suka berangan-angan, mengkhayal. Meereka suka
pada masalah-masalah kesenian dan spiritual.
|
-
|
+
|
+
|
Nafs Mulhamah, kecerdasan yang berpadu dengan
perasaan halus, sedang semangat kurang kuat membuat penampilan orang ini
sopan santun, daya khayal tinggi melambung, tampil menjadi peribadi yang
dadanya penuh dengan ide ide, banyak gagasan dan pendapat serta rencana rancana
tapi kurang berani menyatakan pendapatnya, memerlukan pendamping yang mampu
mengarahkan idenya.
|
Delapan macam bentuk Keperibadian ini dapat dirubah melalui
Pendidikan ,diklat , penataran, pelatihan
Sehubungan dengan hal tersebut Allah
berfirman dalam surat
Ar-Ra’du ayat 11 yang telah dikutip diatas:
.......إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ(1)
“....Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum
sehingga mereka itu merubah sendiri apa (penyebab) yang ada dalam diri mereka
sendiri ................(Q.S. 13/Ar-Ra’du: 11).
Dan Rarulullah sendiri bersabda :
" لا يرد
القضاء الا الدعاء ولا يزيد العمر الا البر............" (رواه الترمذي وبن
حبان )
“Tidak ada yang mampu menolak ketentuannya (
Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan
perbuatan baik ……………………………. ( H.R Tarmizi dan Ibnu Hibban ).
Dari kedua dalil diatas dapat difahami bahwa Nasib dan Taqdir
manusia dapat dirubah melalui cara merubah apa apa yang kurang didalam
dirinya ( daya-akal-pikirnya daya-hatinya atau daya-hawa nafsunya ) Kalau
kita uraikan secara panjang lebar tentang keperibadian manusia bahwa Diri
Peribadi manusia terdiri dari inti jiwa dan kulit jiwa. Inti Jiwa manusia
berisi Hawa Nafsu dan Hati dengan dua bagian lain yaitu Emosi ( dari campuran Hawa nafsu dan Hati ), Akal
Cipta/Akal Muibtadi ( dari campuran hawa nafsu dan Akal ),
lalu inti ini dibungkus dengan kulitnya yaitu Akal Pikir. Dalam
pembentukan keperibadain yang dominan
pengaruhnya adalah Hawa Nafsu, Hati dan Akal pikir.
a. Merubah apa yang didalam diri
maksudnya mencari kelemahan diri kemudian berusaha mengubahnya melalui kursus,
diklat, pengajian-pembinaan mental, pelatihan.
b. Hadits diatas menjelaskan bahwa Qadha bisa dirubah dengan do’a maksudnya
bukan dengan banyak membaca do’a dan wirid , (membaca Al-Quran dimalam jum’at dengan do’a-do’a
panjang, membaca do’a agar terbuka pintu rezki, membaca do’a supaya selalu
sehat, membaca do’a supaya dijauhkan dari bala dan malapetaka dan bacaan do’a -
do’a yang lainnya.. Itu namanya membaca do’a apalagi do’a dibaca dengan hafalan
sementara maknanya tidak dimengerti samalah hakikatnya dengan burung beo yang
bisa ngomong tapi tak mngerti apa yang diomongkannya. Yang dianjurkan itu bukan
membaca do’a tapi ber-do’a
Do’a artinya seruan jadi menyeru bukan hanya mengeluarkan suara
memanggil Allah agar mau mendengarkan do’a kita lalu Ia kabulkan tanpa ada
usaha dan ikhtiar, tapi seruan ( panggilan ) disini makna-kontek seperti
kita mau “memanggil dokumen yang ada dalam Hardisk Computer”; Klik sekali
Keluarlah judul dokumen, Klik kedua
kali keluar jenis jenis dokumen yang ada dalam
judul itu. Klik ketiga kali keluarlah apa yang kita minta lalu
di-copi, jadi , dalam waktu 2 atau 3 detik sudah dapat. Kalau berdo’a untuk
merubah Nasib tidak bisa dua, tiga detik tapi kemungkuinan dua atau tiga bulan
atau dua tiga tahun. Umpamanya anda mau merubah nasib karena menganggur. Klik
pertama Cari dulu apa sebabnya. Dapat
jawabnya “ Sebabnya karena “Tidak terampil”. Klik kedua “ Keterampilan apa yang
anda akan pilih untuk merubah Nasib”?. Dapat Sub-masalahnya : “ Mau berlatih terampil dalam bidang Teknik Computer” Klik ketiga kali “
Masuklah Kursus Computer “. Lama belajarnya mungkin 6 bulan kalau kuliah
mungkin 3 tahun. Setelah selesai belajar anda sudah terampil, mugkin anda
memahirkan dulu cari modal dulu lalu buka usaha apa saja yang memerlukan
keterampilan dibidang Komputer. Anda tidak menganggur lagi, nasib anda akan
berubah dengan do’a anda yang panjang ( panjang / lama waktunya bukan panjang
bacaannya )
b. Memberdayakan Ekonomi
dengan Zakat.
Zakat itu adalah Ibadah Wajib maksudnya setiap Muslim yang memenuhi
sarat wajib zakat maka wajib menunaikannya, jika tidak ia akan berdosa. Menurut makna Bahasa Zakat itu kasratu’l khoir ( mengandung
kebaikan yang banyak ), pertumbuhan perkembangan, albarokah ( penuh berkah ),
at-thoharoh ( mensucikan harta ). Menurut Istilah Al-Quran dan Hadits : Shodaqoh
Wajib = Zakat. Pengertian Zakat adalah ”
mengelurkan sebagian dari harta ( 2,5 % dari kekayaan ) untuk mendanai orang
orang yang berhak menerima ( sebagai Mustahik ):
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ
وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ
وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ
اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ(0)
”Sesungguhnya shodaqoh-wajib ( zakat ) itu, hanyalah
untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana” ( QS.9/ At-Taubah : 60 )
Jenis
jenis harta yang menjadi sasaran Zakat adalah Hewan ternak ( al-an’am ), emas
dan perak ( zahb wa’l Fidh-dhoh ), Perkebunan yang dapat menjadi sumber
kekayaan (Al-Harst ), Hasil perdagangan,
Hasil yang didapat dari jasa profesi
( Praktek Dokter, Mantri
Kesehatan, Guru, Karyawan, Perusahan Teknik ( bengkel, reperasi barang
elektronik, hasil kerajinan ). Semua bentuk usaha manusia yang tersebut
haruslah ia mengeluarkan zakat bila sudah cukup Nisab kalau belum dianjurkan
berinfaq saja. Zakat merupakan sarana-efektif menuju bakti-sosial dengan
menjadikannya wahana pemberdayaan ekonomi kerakyatan; bukan sekedar ibadah yang
sepi dari kepedulian sosial. yang telah mentradisi dimana Zakat dibagikan
segera, secepatnya dalam bentuk konsumtif langsung lalu habis dimanfaatkan
bukan dijadikan modal atau aset produktif bagi kelangsungan hidup Fakir Miskin.
Sebaiknya Dana Zakat dijadikan modal untuk kegiatan Iqtishodiyah ( perekonomian
) dalam bentuk Perusahaan apa saja yang keuntungnnya untuk membantu para
Mustahik shodaqoh, mengubah nasib umat agar terlepas dari
kemiskinan. Kalau demikian pengelolaan zakat maka dengan zakat itu nasib umat
yang miskin akan berubah.
c.
Menggiatkan
Sedekah, Infaq dan Hadiah
Selain Shodaqoh Wajib ( Zakat ) Islam juga mempunyai ajaran yang sangat menarik
dimana umatnya dianjurkan ber-infak dan bershodaqoh ( shodaqoh sunat /
sumbangan sosial ) untuk membantu saudaranya yang ekolem ( ekonomi lemah ). Ada
teman penulis yang per-tahun uang zakatnya mencapai Rp. !0.000.000, dibagikan
kepada Faqir Miskin dengan rata rata per-orang mendapat Rp.300.000. Yang
mendapat Zakat itu ternyata ditahun depan miskin lagi lalu mendapat lagi zakat
tapi kemiskinannya tetap melekat, tak ada perubahan, miskinnya berkepanjangan.
Sepanjang hayatnya simiskin tetap miskin tak pernah merasa betapa nikmatnya
kalau memberi sedekah Ada teman penulis yang lain ia berzakat untuk tetangganya
”Penarik beca ”. Katanya kepada ”Abang Beca”. Apakah Beca ini milik bapak ?.
Kata Abang Beca : ” Bukan Pak saya menyewa ”. ”Oh ya, kalau begitu maukah bapak
saya belikan beca untuk milik bapak tapi uang sewa hariannya bapak kumpul
kepada saya, hitung hitung sebagai Infaq bapak. Nanti kalau infaq beca ini
terkumpul kita beli lagi becak untuk membantu saudara kita yang lain”. Si Abang
beca setuju sekali. Begitulah berbulan bulan Si Abang beca mengumpul infaq
hasil becanya sebesar sewa hariannya kemudian hasil tersebut ditambahi teman
penulis dan dapatlah satu beca lagi begitu seterusnya yang ketika tulisan ini
diturunkan sudah ada empat beca yang
dibeli teman penulis itu. Si Abang beca yang dulu miskin dengan pekerjaan
menarik beca-sewaan sekarang tidak miskin lagi tidak membutuhkan shodaqoh lagi
malah ia sudah tetap berinfak untuk membantu saudara sesama tukang beca. Apa
yang dilakukan teman penulis itu baik untuk ditiru dalam bentuk lain melalui
infak / sedekah anda untuk merubah nasib saudara Muslim yang Ekolem.
d.
Memberdayakan Arisan dan Asuransi ( Takaful)
Arisan adalah salah satu cara mmbantu kaum ekolem (
ekonomi lemah.). Arisan itu adalah mengumpulkan uang secara berkala, semiggu sekali atau sebulan
sekali sesuai dengan kesepakatan
bersama. Yang setelah adanya pertemuan anggota diadakan undian untuk
siapa hasil tarikan uang yang dikumpulkan itu. Dalam hal ini Arisan merupakan
media finensial untuk membantu mendapatkan uang lebih dari biasanya walaupun
sebenarnya ia menyetor terus uang cicilannya setiap bulan.Yang mendapat undian
menarik uang tentu merasa sangat tertolong untuk merubah nasibnya. Dengan uang
itu ia dapat membeli perabotan dapur yang sama seperti yang dimiliki orang
kaya. Dengan ikut arisan banyak pembantu rumah tangga yang punya HP., ibu ibu
ekolem punya kompor gas.
Disamping Arisan ada lagi yang lebih bergengsi
dari Arisan disebut Asuransi. Asuransi itu bentuknya adalah iyuran
bulanan yang dikumpulkan oleh Suatau Badan / Perusahaan Asuransi untuk membantu
orang-orang yang ekolem dan ekopan ( ekonomi mapan ). Asuransi
bertujuan untuk meringankan beban peserta asuransi yang sekarang ini ada
Asuransi Islam bernama Takaful.( istilah Takaful berasal darai kata كفـل yang bermakna “mencukupi nafkah serta
memeliharanya“. التكا فـل artinya ” pertanggungan
yang berbalasan”. Asuransi yang kita kenal sekarang ini menurut fatwa Ulama
hukumnya haram karena mirip dengan berjudi. Itu kata sebagian ulama tidak semua
ulama mengatakan: ”haram”. Dimana
faktanya maka dikatakan mirip dengan judi ? Padahal peserta asuransi
membayar setiap bulannya yang dalam tempo tertentu ( menurut Aturan Asuransi )
uangnya bisa diambil kembali kalau cukup waktu sementara itu kalau peserta sakit
biaya pengobatannya ditanggung pihak Perusahaan Asuransi, kalau meninggal dunia
uangnya dikembalikan penuh seperti cukup masanya. Ada jenis Asuransi lain yang
disebut Asuransi Bea Siswa
sebagai jaminan uang pendidikan anak dimasa depan. Bagaimanapun model Asuransi
itu tidak merugikan Pesera Asuransi. Kalaupun ada yang terjadi peserta
dirugikan itu bukan tipu daya Perusahaan Asuransi tapi ada oknum yang bekerja
di Asuransi itu yang tidak jujur memanfaatkan kebodohan peserta dan mencoba
menipu . Makanya perlu ada Asuransi Islam yang dikelola
orang orang yang beriman, sehingga Asuransi berfungsi sebagai pengubah Nasib
&Takdir. Begitupun Perusahaan
Asuransi itu harus berbadan hukum yang sewaktu waktu terjadi penyimpangan dapat
dituntut di Pengadilan.
e. Membangun Kooperasi
Membangun Kooperasi dalam sebuah kelompok Muslim sangat membantu
perekonomian kaum muslimin umumnya. Kooperasi itu adalah upaya mengumpulkan
saham dari masyarakat yang kemudian dijadikn Modal Usaha bersama dimana usaha
itu adalah usaha masyarakat untuk kepentingan masyarakat yang keuntungan
Perusahaan itu dibagi untuk angota Kooperasi berdasar besar saham yang
ditanamnya dalam Koperasi itu. Koperasi itu dapat berwujud dalam bentuk
Supermarket, Swalayan atau Baitu’l Mal, Simpan Pinjam. Pemimpin perusahaan Kooperasi haruslah yang
mengerti Ilmu Ekonomi/ sarjana Ekonomi yang takut menipu dan takut Korupsi.
Hasil keuntungan dihitung pertahun atau persemester sesuai dengan Anggaran dasar
( AD ) dan Anggaran Rumah Tangga ( ART ) Kooperasi tersebut. Dasar Kooperasi
dalam Al-Qur’an adalah firman Allah :
مَثَلُ الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ
سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ
لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(1)
”Perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya (
menafkahkan hartanya ) di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada
tiap-tiap tangkai berbuah seratus buah.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” ( QS. 2/ Al-Baqarah :261 ).
Ayat diatas menjelaskan bahwa perumpamaan orang
yang membelanjakan hartanya untuk memberi modal-usaha dijalan Allah adalah ia
bagai menanam sebutir biji-benih itulah saham yang akan menumbuhkan
tujuh tangkai ( tujuh jalan keuntungan ) yang pada tiap-tiap jalan usaha itu akan
menghasilkan hasil seratus butir artinya
satu usaha yang memberi keuntungan yang banyak. Demikianlah Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki yaitu yang gigih dan ulet
berusaha merubah nasib.
f.
Gigigh dan Kerja-keras
وَابْتَغِ
فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ
فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(77)
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” ( QS.28/Al-Qashash :77 ).
Ayat diatas
menganjurkan kepada umat Islam supaya
bekerja keras untuk mendapatkan hidup yang layak
Barangsiapa yang tidak mau bekerja keras, hanya suka bermalas malasan
pasti ia akan jadi peminta minta, walaupun caranya bergengsi Barangsiapa yang
tak mau bekerja keras tapi ingin kaya pastilah ia menjadi rakus terhadap harta
yang bukan miliknya dan menjadikan Agama sebagai media mendapatkan harta.
Barangsiapa yang hanya memilih milih kerja karena gengsi pastilah ia suka
korupsi atau mencuri. Nabi bersabda :
كاد الفقر ان يكون
كفرا
Hampir saja ke-Faqiran membuat kekafiran ( H.R. Abu Na’im dari Anas
)
Kemiskinan membuat orang selalu menyesali diri kadang kadang
menyesali Allah maka orang miskin banyak yang malas sholat kalaupun ia sholat
tidak menjaga waktu padahal dalam hidupnya suka menyia-nyiakan waktu. Pada umumnya anak bangsa rata rata kurang gigih berusaha karena sudah
menjdi taradisi setiap anak yang tamat dari pendidikan mereka mencari kerja.
Kebnyakan orangtua banyak yang memanjakan anak dengan tidak sadar merusak sikap
hidup anak dengan mencarikan kerja untuk anak dengan cara menjual harta buat
menyogok agar anaknya dapat pekerjaan. Dari awal anak sudah terbiasa hidup
dengan cara mudah. Malah kebanyakan orangtua yang menjual harta untuk pekerjaan
anak setelah anak sukses malah tidak mengganti harta orangtuanya yang habis. Jarang orangtua mau menjual harta untuk
pendidikan dan keterampilan anaknya. Islam mengajarkan umatnya untuk gigih
berusaha dan menjauhi pekerjaan meminta-minta karena Rasulullah bersabda :
ما يزال الرجل
يسأل الناس حتى يأتى يوم القيامة ليس فى وجهه مزعة لحم
“Tidaklah berlalu di hari qiymat seseorang
yang hanya meminta minta kepada manusia
melainkan ia datang dengan muka yang tak
berdaging” ( Hadis dari Abdullah bin
Umar ).
Kemandirian ekonomi sangat penting untuk
menjadikan Islam ini tegak dengan tegar. Sangat disayangkan kalau ahli agama
atau pemuka agama yang tidak kuat Iman sering tergoda oleh kepentingan materi
sehingga berani membuat peraturan untuk keuntungan sendiri walaupun tidak merugikan
orang tapi memperalat Agama. Umpamanya Calon Haji menyetorkan uangnya di Bank
dengan peraturan uang setoran haji tidak berbunga. Tapi kenyataan kalau calon
haji mendaftar sekarang 4 atau 5 tahun lagi baru berangkat sementara uang
setoran yang di bank itu masuk ke rekening Menteri Agama yang sudah pasti
berbunga. Selama empat tahun berapa banyak yang diraut dari simpanan jamaah
haji?
g.
Melaksanakan Amar Ma’ruf / Nahi Mungkar
Melaksanakan
Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar adalah tugas setiap pribadi Muslim, karena tugas
ini merupakan kewajiban mendasar bagi umat Islam dan Nabi Muhammad bangkit
ditengah tengah Masyarakat yang Zhulumat beliau diperintah Allah melaksanakan
Amar Ma’ruuf & Nahi Mungkar menggiring Masyarakat zhulumat itu kedalam
masyarakat yang berbudi luhur menjadi masyarakat Nur yang munawwarah.
هُوَ الَّذِي
يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ ءَايَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ(9)
“ Dialah yang menurunkan kepada
hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur'an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang terhadapmu” ( QS.57/ Al-Hadid : 9 ).
عن ابى سعيد الخدرى
ر.ض. قال : سمعت رسول الله صلعم يقول :من رأى منكم منكرا فليغيره بيده ، فان لم
يستطع فبلسانه فان لم يستطع فبقلبه، و ذلك اضعف الايمان (
رواه مسلم )
“Barang siapa diantara kamu melihat
kemungkaran hendaklah diubahnya dengan tangannya , kalau tidak sanggup ubahlah
dengan lisan , kalau tidak sanggup juga ubahlah dengan hati dan ini adalah
selemah-lemah Iman ” (Hadits Riwayat Muslim
)
h.
Melakukan Hijrah
Hijrah Nabi
Ketika rumah Nabi dikepung orang
kafir karena mereka mendengar berita Nabi Muhammad akan ber-Hijrah maka Nabi menyuruh Ali Bin Abi Thalib ( 20 th )
tidur ditempat tidurnya dengan memakai selimut yang biasa dipakai Nabi lalu
Nabi bersama Abu Bakar keluar dari jendela dan bersembunyi di Gua Tsur selama 3
hari 3 malam
Setelah hari ke 4 situasi sudah
agak tenang Nabi bersama Abu Bakar keluar dari persembunyiannya. Setelah hari
ketiga beliau berangkat menuju desa Yatsrib lewat jalan yang tak pernah dilalui
orang kalau mau ke Yatsrib
Setelah 10 hari dalam perjalanan berkendaraan unta sampailah Nabi di
Quba tanggal 7 Rabiul Awal. Di Quba Nabi menginap selama 4 hari dan sempat
membangun Masjid yang diberi nama Masjid Quba. Selama empat belas ( 14 ) hari itu Ali Bin Abi Thalib-pun smpai ke
Quba tanggal 11 Rabiul Awal tahun 1 H.
dengan berjalan kaki dari Makkah.
Hari ke 15 ( tanggal 12 Rabiul Awal )
Nabi Muhammad dengan Abu Bakar dan Ali Bin Abi Thalib sampai di Madinah. Nabi
menunggang unta Qoshawa-nya dan Unta itu berhenti ditempat penjemuran korma
milik Sahal dan Suhil ( dua abang adik yang telah yatim piatu )
Tanah lapang itu dibeli Nabi dengan harga yang pantas lalu dibangunlah
Masjid dan Rumah Nabi mengemper di dinding bagian sebelah Timur Masjid. Masjid
Nabawi dan rumah Nabi Muhammad dibangun dengan gotong royong selama empat hari
Mesjid itu berukuran 30 X 30 M + Shuffah 5 M untuk tempat menginap para sahabat
yang tak punya kerabat di Madinah sehingga panjang Mesjid menjadi 35 M . Rumah Nabi mengemper disisi Masjid sebelah Timur : dengan 10 kamar yang berukuran masing
masing 35 X 5 M ditempati oleh 9 Ummu’l Mukminin dan satu ruangan untuk putri Nabi Fathimah
Zahrah. Sekarang Masjid Nabawi luasnya
sudah mencapai 89170 M2 = 9 HA dengan panjangnya Timur - Barat : 390 M dan lebarnya
Utara-Selatan, : 203 M, berlantai dua
dengan Qiblat arah ke Selatan ( karena Makkah ) disebelah Selatan Madinah;
ditambah dengan luas halaman 235.000 M2. Jadi luas Areal Masjid sekitar 32 HA
yang dapat menampung lebih 1.000.000 jamaah
Sesudah itu menyusul Sahabat ikut Hijrah sebanyak 40 orang. Di Yatsrib
Nabi Muhmmad menjadikan desa itu tempat pembangunan Masyarakat Islam dimana Al-Qur’an dibumikan maka berubahlah
Nasib umat Islam dari hidup bercampur baur dengan masyarakat Jahiliyah yang
Dzulumt jadi berubah menjadi masyarakat Nur yang Munawwarah
Hijrahnya Umat
Kita umat Islam sekarang belum ada yang tertarik mengamalkan Hijrah
seperti Hijrah nabi, hanya baru sekadar wacana, mebicarakan tentang Hijrah Nabi
tapi enggan mengamalkan sunnah Nabi untuk berhijrah. Belum ada terdengar ada kelompok kaum
Muslimin yang berhijrah mencari lahan baru lalu membangun
komunitas-Muslim disana untuk mengamalkan Sunnah Nabi dan membangun Madinatu’l-
Munawwarah dinegerinya sendiri
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُطْمَئِنَّةً
يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ
فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ(1)
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri
yang aman tenteram, rezkinya datang berlimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi
(penduduk) nya mengingkari ni`mat-ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka
perbuat” ( QS.16/ An- Nahl :112 )
Kutipan surat
An-Nahlu ayat 112 yang tertera diatas mengandung informasi bahwa Allah
menyodorkan kepada kita perumpamaan sebuah negeri makmur yang nikmat Allah
disana berlimpah-ruah datang dari semua penjuru, tapi umatnya “Kufur Ni’mat”
mungkin itulah negeri kita Indonesia.
.
Pada masa Al-Qur’an diterima Nabi Muhammad, diberitakan dalam Al-Quran
bahwa ada negeri subur yang paling makmur di kawasan Yaman dimasa Kerajaan
Saba’ yang diperintah Ratu Balqis menguasainya.
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ
يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ
طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ(1)
“Sesungguhnya
bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di
tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah
negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun".( QS.
34/Saba’: 15 )
Negeri Saba’ ini
kemudian dikuasai Sulaiman karena Ratu
Balqis menjadi Permaisurinya, maka jadilah negeri itu menjadi negeri
makmur aman sentosa yang rakyat hidup dalam ridho Allah karena
pemimpin Negerinya mau berpedoman kepada ajaran Allah. Kalau Indonesia yang subur ini
Pemimpinnya mau berpedoman kepada Ajaran Allah pastilah makmur dan tidak akan ada
seorangpun lagi yang miskin. Kalau Negara tidak mau berpedoman kepada Sunnah
kenapa warga sunnah sendiri tidak mau membangun perkampungan ( Daaru’s Sunnah
) untuk membumikan Al-Qur’an. Selagi
masyarakat penghuni Daaru’s Sunnah patuh kepada Program Pemerintah yang bersifat
Negara-Nasional itu, masyarakat Sunnah
tentu aman tenteram hidup tidak terganggu keamanannya karena UUD-45
menjamin rakyatnya dalam menjalankan keyakinan dan kepercayaan menurut agamanya
masing masing. Kalau perkampungan sunnah terwujud dan Al-Qur’an dibumikan pasti
masyarakat penghuni Daaru’s Sunnah itu akan hidup tenteram ( ada jaminan Allah
dan jaminan Negara) seperti kehidupan umat Islam dimasa Rasulullah. Nasib umat
tidak akan terpuruk, tidak ada anggota masyarakat yang miskin lagi, karena para
Aghniya’ ( orang kaya ) hanya boleh memiliki kekayaannya sendiri 97,5 % saja
dan yang 2,5 %-nya adalah milik faqir miskin.
i.
Berjihad dan berda’wah
Setelah
dua tahun Nabi Muhammad membangun Daulat
Islamiyah di Madinah umat Islam sudah berjumlah sekitar 700 orang lebih.
Ketika terjadi perang Badar Mujahidin yang ikut berjuang sebanyak 300 orang
lebih dan peperangan itu dimenangkan umat Islam padahal orang Kafir Makkah
datang dengan kekuatan 1000 prajurit yang lengkap persenjataannya. Kog bisa
begitu ? Waktu itu semangat Jihad Umat Islam berpadu dengan semangat
Da’wah penuh dengan kekuatan spiritual
sepuluh kali lipat dan itu merupakan jaminan Allah sebagaimana yang
difirmankan-Nya
يَاأَيُّهَا
النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ
عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ
يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ(65)
“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min itu
untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang
(yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang
kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti” (
QS.8/Al-Anfal : 65 )
Pada perang Uhud Mujahidin yang berangkat ke medan
perang sebanyak 1000 orang tapi yang benar benar bertekad syahid hanya sebanyak
700 orang sisanya Muslim yang imannya goyah dihasut Abdullah Bin Ubay (Yahudi
Munafik ) mereka takut mati karena mendengar tantara Kafir dari Makkah sebanyak
3000 orang. Peperangan tidak dapat mengalahkan orang Kafir yang berjumlah 3000
orang itu karena prajurit ( Mujahidin ) dirasuki keserakahan harta rampasan
perang namun demikian umat Islam juga tidak terkalahkan.
Setelah 8
tahun Nabi berada di Madinah umat Islam sudah lebih dari 20.000 orang. Dengan
kekuatan 10.000 Mujahidin berangkatlah Nabi ke Makkah untuk membebaskan Makkah
dari cengkeraman kaum Musyrikin Jahiliah. Kekuatan prajurit Makkah waktu
itu antara 4000- 5000 orang. Mendengar
kaum Muslimin yang dipimpin Nabi Muhammad datang sebanyak 10.000 orang penduduk
Makkah-pun ketakutan, Abu Sofyan pemimpin suku Quraisy Makkah yang selama 20
tahun memburu Nabi Muhammad akhirnya bertekuk lutut dan masuk Islam secara
terpaksa, Makkahpun ditaklukkan dan Ka’bah dibersihkan dari berhala-berhala.
Inilah bukti bahwa jumlah umat yang bersemangat jihad dapat menjadi modal
perjuangan Islam yang merobah takdir Islam dan merobah nasib umat Islam. Sekarang
ini umat Islam didunia mencapai 1,9 miliar tapi tak berani melawan
Yahudi yang negaranya hanya secuil dan penduduknya hanya 5.000.000 jiwa.
Kenapa demikian ? Karena umat yang banyak itu hanya seperti buih laut, jumlah saja yang banyak, hanya kwantitas tak
berkwalitas kebanyakan orang bodoh, miskin, lemah , dan takut mati, sudah
tertular penyakit WAHAN.:
يوشك
ان تداعى عليكم الامم كما تدعى الأكلة إلى قصعتها فقال قائل : أمن قلة نحن يومئذ ؟ قال
: لا بل انتم يومئذ كثير , ولكنكم غشاء كغشاء السيل وسينزع الله من صدور
عدوكم المهابة منكم, ولقذفن فى قلوبكم الوهن, قال قائل : يا رسول الله
وما الوهن ؟ قال حب الدنيا وكرهية الموت.
“ Kamu sudah semakin dekat pada suatu masa dimana kamu akan
dikerubungi orang orang ( kafir ) seperti mengerubungi hidangan makanan. Maka
bertanyalah salah seorang sahabat : “ Apakah kami ketika itu hanya sedikit? “
Jawab Nabi : “ Tidak, bahkan kamu ketika itu sangat banyak akan tetapi seperti
buih laut yang hanyut dan dicabut Allah rasa gentar dari dalam dada musuh musuh
kamu terhadap kamu, dan masuklah kedalamnya penyakit “ Wahan “. “ Ya Rasulullah
apakah wahan itu ? Jawab Nabi “ Cinta dunia dan benci akan kematian “ ( Hadits
Shahih, Riwayat Abu Daud dan Baihaqy )
Khalifah Umar Bin Khattab
menaklukkan tanah Yudea ( Israil ) pada tahun 639 M, beliau tak sempat
mengislamkan penduduk Yudea. Ketika itu Jihad hanya baru tahap awal sekedar mengalahkan
Bangsa Israil belum mengislamkan penduduk Israil, sekedar mengubah nama Israil
menjadi Palestina. Kemudian beliaupun wafat, penggantinya Utsman Bin Affan
masih tetap sebagai Penguasa di Palestina tidak menegakkan unsur Da’wah
mengislamkan orang-orang orang Yahudi. Setelah Utsman, yang berdaulat adalah
Bani Umaiyah, khalifah pertamanya adalah Mu’awiyah bin Abi Sofyan ( Abu Sofyan
selama 20 tahun memburu Nabi yang akhirnya menyerah dengan terpaksa masuk Islam
karena takut kepalanya dipenggal ) meneruskan Jihad Islam tapi tidak dengan
semangat da’wah hanya jihad yang berbungkus hasrat berkuasa dan menguasai.
Ketika putra beliau Yazid Bin Mu’awiyah jadi Khalifah keadaan lebih parah lagi
bukan hanya ingin menguasai negeri Yahudi itu malah keturunan Nabi Muhammad-pun
dimusnahkannya supaya tidak ada penghambat keinginan hawa-nafsunya untuk
menjadi raja-diraja diseluruh Timur Tengah, maka Hasan dan Husin ( cucu kesayangan Nabi Muhammad )pun
dibunuh.
Penguasa Islam masa lampau punya alasan kuat untuk menjajah tanah orang
kafir
dengan menyodorkan Frman Allah :
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا
كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً فَلَا تَتَّخِذُوا مِنْهُمْ أَوْلِيَاءَ حَتَّى
يُهَاجِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَخُذُوهُمْ وَاقْتُلُوهُمْ
حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَلَا تَتَّخِذُوا مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا(89)
“Mereka ingin supaya
kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi
sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong (mu), hingga
mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan
bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil
seorangpun di antara mereka pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong”
( QS.4/An-Nisaa’ : 89 ).
Padahal ayat diatas hanya
untuk mereka ( orang kafir ) yang keras kepala yang memerangi Islam, kalau
mereka sudah kalah, tidak ada niat mau memerangi maka hukum tawan dan bunuh itu
tidak berlaku lagi, ayat berikutnya
menjelaskan:
إِلَّا الَّذِينَ يَصِلُونَ إِلَى قَوْمٍ
بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ أَوْ جَاءُوكُمْ حَصِرَتْ صُدُورُهُمْ أَنْ
يُقَاتِلُوكُمْ أَوْ يُقَاتِلُوا قَوْمَهُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَسَلَّطَهُمْ
عَلَيْكُمْ فَلَقَاتَلُوكُمْ فَإِنِ اعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوكُمْ
وَأَلْقَوْا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ فَمَا جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ
سَبِيلًا(90)
” Kecuali orang-orang yang meminta
perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada
perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka
merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah
menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu
pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak
memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi
jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka” ( QS.2/Al-Baqarah : 90 )
Pernah Palestina mengalami masa jayanya dimasa Khalifah Abdu’l Malik,
ketika itu Masjid Al-Aqsho dibangun pada tahun 686 s/d 690. Orang Yahudi mengungsi
keluar Palestina , ke Eropa, belakangan
ke Amerika. Di Amerika mereka dapat menyatu dengan orang orang yang
menempati tanah benua Amerika itu lalu orang orang Yahudi itu menjadi orang
Amerika. Orang orang Yahudi dengan pengalaman pahit dijajah oleh Penguasa
Islam, lalu menata diri, mereka jadi orang pintar, jadi orang kaya, jadi orang
berkuasa di Amerika . Kini mereka telah kuat dalam segala bidang, kuat keuangan
kuat kecerdasan, kuat kedudukan, maka mereka kembali mengambil tanah airnya dan
mengusir orang Islam yang menempati tanahnya. Orang Palestina tidak merasa bahwa
Palestina itu tanah Yahudi karena sudah
beratus ratus tahun mereka tinggal disitu, mereka menganggap bahwa tanah Palestina
itu adalah milik orang Arab Palestina, mereka bertahan sampai hancur dan
ternyata mereka hancur mempertahankan tanah yang bukan haknya. Kita yang tak
mengerti sejarah lalu mengutuk Yahudi laknatu’llah, memang Yahudi manusia
terkutuk dibumi ( menurut umat Islam ) tapi Allah berkata lain :
يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا
نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى
الْعَالَمِينَ(4)
“ Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku
anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu
atas segala umat di alam kehidupan ini
( QS.2/Al-Baqarah :47)
Allah mengatakan Yahudi itu bangsa besar kelak menjadi bangsa yang
kuat karena itu umat Islam harus berhati-hati, maka jauh sebelum mereka membangun
kekuatan Allah mengingatkan :
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا
النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا
لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ(1)
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah
itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu” ( Q.S 2/ Al-Baqarah : 120 )
Masih zaman dinasti Bani Umaiyah,
pernah berkuasa di Sepanyol selama 730 tahun, selama itu Islam hanya berkuasa
tapi tidak mengislamkan orang Sepanyol.
Arab-Islam dipandang sebagai penjajah di negeri itu. Bagaimanapun hasil
gemilang yang dicapai oleh Peradaban Islam seperti adanya Masjid Al-Hambra di
Cordoba, ( Madinatu”z Zahara ), malah orang orang
pintar di Eropa mengatakan bahwa dimasa Islam “sorga pernah hadir di
Andalusia”, namun orang-Islam tetap dianggap penjajah yang harus
disingkirkan dari bumi Sepanyol. Setelah Sepanyol kuat umat Islampun diusir dan
bersebarlah Arab Andalus itu di Eropa sebagai pedagang. Jadi Jihad dan Da’wah
para Khalifah masa lampau bukan
memperbaiki nasib umat Islam malah menelantarkan umat Islam sepeninggalnya
Lain halnya dengan pengikut Ali-Bin Abi Thalib yang disebut kaum Syi’ah,
mereka mengalahkan dan menguasai Persia dan mengislamkan negeri itu maka Iran
sekarang menjadi Republik Islam yang
kuat dan tidak ada Negeri Islam didunia yang berani memproklmirkan sebagi
Republik Islam melainkan Republik Islam Iran, maka negeri ini disegani oleh musuh
musuh Islam namun umat Islam tidak sadar kekuatan Kafir yang sanggup memecah
belah umat Islam sehingga sekarang Iran retak dari dalam dimana kaum Sunny
sangat membenci kaum Syi’i. Terbukti dengan Jihad dan Da’wah di Persia yang
beragama Majusi takdirnya berubah
menjadi Islam malah kini menjadi
Republik Islam
Begitu pula Bani
Abbasiyah yang memegang teguh perinsip Da’wah dan jihad, ketika Harun Al-Rasyid
mengirim Misi Da’wah ke Aceh orang Aceh-pun masuk Islam sementara orang Arab
yang mengislamkan itu tidak mau jadi raja di Aceh, dan umat Islam tetap
menghormati orang Arab.
Kini umat Islam di
Indonesia lebih kurang 200 juta orang tapi umat Islam bagaikan golongan
Minoritas karena banyak yang tidak mengenal Islam dan tidak mencintai Islam
hanya “Islam KTP”, hanya sedikit yang mengerti Islam, itupun terpecah belah tak
mau hidup rukun tak mau bersatu menyusun kekuatan. Kenapa demikian ? Karena umat Islam Indonesia
telah kehilangan semangat Jihad. Kehilangan semangat jihad sama artinya
kehilangan kekuatan untuk merubah taqdir dan nasib umat Islam. ( amat
disayangkan sebagian kecil umat Islam memahamkan jihad itu dengan arti :
”berjuang untuk memerangi orang kafir atau mau menegakkan negara sendiri” ini
adalah pemahaman yang menyimpang.
j.
Menumbuhkan Sifat suka menolong / menggiatkan
Ta’awwun (
tolong menolong )
Leluhur kita sejak zaman dahulu sudah mengenal
sifat tolong menolong yang dalam Islam disebut ta’awwun. Sampai sekarang di didesa-desa masih berlaku kegiatan gotong royong
misalnya bila mau membangun rumah dikerjakan secara gotong royomg. Memperbaiki
jembatan dikerjakan dengan gotong royong. Penulis masih sempat mengalami ketika
membuat rumah di Tembung Deli Serdang tahun 1980 rumah penulis digotong
royongkan oleh Jamaah Pengajian dari Karangrejo Polonia. Alangkah indahnya kalau sifat tolong menolong atau gotong
royong ini dilestarikan sampai sekarang oleh umat Islam. Memang kalau membangun
rumah secara gotong royong itu kan
rumah yang semi permanen, kalau rumah yang permanen berdasarkan gambar bangunan
mestilah dikerjakan oleh ahlinya supaya hasilnya bagus, namun tenaga kerja,
bahan bahan material bangunan bisa digotong royongkan. Misalnya ada saudara
sepengajian yang mau membuat rumah alangkah indahnya kalau saudara sepengajian
lain ikut membantu pengadaan barang. Ada yang menyumbang Semen
semampunya, pasir semanpunya, Keramik semampunya, menyumbang untuk makan minum
pekerja, tidak mampu membantu berupa barang material ia bisa membantu tenaga
untuk bekerja sebagai kernet: membawakan semen, menggali parit, merakit besi
dan lain lain pekerjaan yang mungkin bisa dikerjakan sehingga biaya pembuatan
rumah bisa cepat rampung dan irit biayanya..Allah berfirman :
.........وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ.....ِ(2)
Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran………….( QS.5/Al-Maidah :2 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar