BEBERAPA ISTILAH YANG BERKAITAN
DENGAN TAQDIR
1.
Tentang Pengertian:
Qadha, Qadar, Taqdir,
Fitrah, Qodrat dan Nasib
Sebenarnya tidak ada kesulitan bagi kita
untuk memahami tentang Qadha, Qadar, Qodrat, Taqdir atau Nasib, karena semua
penjelasan ini ada dalam Al-Quran atau Hadits. Akan tetapi karena kurangnya
disiplin ilmu yang dimiliki maka terjemahan istilah tersebut menjadi bergeser
lalu pengamalannya jadi menyimpang.
a.
Pengertian
Qadha
Arti
qadha menurut bahasa : keputusan, putusan (hukum), pembayaran (hutang) dll.
Dalam konteks penciptaan alam semesta
antara lain Allah berfirman
بَدِيعُ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ
فَيَكُونُ(1)
“( Allah ) membuat tujuh petala
langit dan bumi dan apabila Ia memutuskan (untuk menciptakan) sesuatu
maka ia berfirman” Kun (jadilah),
Fayakun (maka menjadilah secara evaluasi)” (Q.S. Al-Baqarah / 2 : 117)
Arti qadha menurut istilah ialah “keputusan
Allah dalam memberlakukan hukum di dalam alam semesta ini” . Qadha
Allah itu ada dilangit, ada di bumi juga ada di dalam diri manusia dan ada
dalam alam kehidupan Qadha Allah selalu
disebut “Sunnatullah”, sedangkan Qadha
Allah di dalam diri manusia merupakan
hukum-hukum bersifat Psikologis dan Biologis, yang bekerja secara otomatis. Diantara perwujudan hukum itu adalah jenis kelamin, bentuk badan,
watak/karakter dll.
b.
Pengertian
Qadar
Arti kata Qadar menurut bahasa : ukuran
ketentuan. Kata Qadar dalam konteks penciptaan alam
Allah berfirman :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ(49)
“Sesungguhnya segala sesuatu Kami jadikan
dengan qadar (ukuran tertentu)” (Q.S.54/.Al Qamar : 49).
Dari
penjelasan ayat Al-Quran diatas dapat difahami bahwa qadar itu merupakan
ukuran-ukuran untuk menentukan bentuk/pola sesuatu makhluk atau alam yang
diciptakan Allah. Dengan adanya Qadar maka alam semesta ini terjadi dari
persenyawaan ratusan jenis atom lalu menjadi gumpalan Gas kemudian menjdi tak
terhitung banyaknya Matahari dan Galaksi didalam jagat Sebuah matahari memiliki
satelit (bumi/planet) yang banyak. Bumi merupakan
padatan zat padat dan zat cair. Kalau di bagi lagi dalam bahagian kecil,
sebenarnya bumi merupakan padatan atom. Tiap-tiap atom memiliki ukuran
tertentu. Atom Hidrogen memiliki : 1 proton, 1 elektron. Atom Helium
memiliki : 2 proton, 2 eloktron dan 2 neutron. Atom Litihium memiliki: 3
proton, 3 elektron dan 3 neutron. Atom Karbon memiliki: 6 proton, 6 elektron dan 6 neutron.
Seterusnya qadar protan,
elektron, neutron selalu berukuran sama sehingga mencapai bilangannya 20. Akan tetapi atom yang nomor protonnya 21,
ukuran neutronnya tidak sama lagi,
seperti : Besi, protonnya sebanyak 26, elektronnya 26 akan tetapi
neutronnya sebanyak 30. Uranium protonnya sebanyak 92,
elektronnya 92 dan neutronnya sebanyak 146. Diduga banyaknya atom didalam alam
ini ada 112 macam dengan kadar ( ukuran ) yang bermacam-macam.
Dari atom-atom inilah zat
mewujud (seperti zat air adalah merupakan ikatan atom hidrogen dan oksigen).
Berapa banyak macam-macam zat didalam alam ini ? Sungguh tak terhitung, semua
itu dijadikan Allah dengan ukuran-ukuran tertentu, sebagai mana yang telah di firmankan-Nya
dalam surat
Al-Qamar ayat 49 yang telah dikutip terdahulu. Belum lagi kita kaji zat-zat
yang ada dalam diri makhluk hidup ( tumbuhan, hewan dan manusia ).
c. Pengertian Taqdir
Takdir berasal dari pangkal kata qaddara, yuqoddiru.
At-taqdiru adalah
bentuk masdar dari qaddara.
( التقدير= مصدر قدر )
yang bermakna Ganda : Dugaan, perkiraan, hipotesis, perkembangan,
pandangan, kebijaksanaan (Qamus Al- Munawwir halaman 1178).
Dalam konteks penciptaan alam
semesta Allah berfirman :
فَالِقُ الْإِصْبَاحِ
وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ
الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ.
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah
Yang Maha Perkasa Lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.6/Al-An’aam :96)
Pada ayat diatas, kata taqdir
diartikan “ ketentuan”. Sebenarnya arti yang lebih mengena itu adalah seperti
arti yang di dalam Qamus Al-Munawwir diatas yaitu: dugaan, perkiraan hipotesis
atau pertimbangan. Seperti terasa ada pergeseran makna, yang sebenarnya makna taqdir baik
secara teks atau konteks tidak ada perbedaan pengertian yang jauh. Qadar yang
mengisi setiap diri makhluk adalah bersifat konstan akan tetapi setelah qadar
itu berproses kedalam qadha akan terjadi suatu kemungkinan. Kemungkinan yang
akan terjadi itu yang disebut dengan taqdir. Misalnya pohon kelapa yang
tumbuh membawa sifat bawaannya (fitrah): batangnya tinggi tidak bercabang,
daunnya terurai, berpelepah-pipih-panjang dan berlidi. Buahnya diluar bersabut
didalam bertempurung. Dengan adanya sabut itu bila buah kelapa jatuh ke air
akan timbul terapung, dan kalau terdampar di pulau buah kelapa itu akan tumbuh
disitu. Kelapa senang dengan hawa pantai dan lahan yang mengandung garam, tapi
air kelapa tidak asin malah manis dengan isi yang lemak. Melihat dari sifat
kelapa ini dapatlah kita menduga bahwa “kelapa adalah tanaman pantai”.
Kesimpulan yang menyatakan bahwa
pohom kelapa merupakan tanaman pantai
adalah sebuah Hipotetis, dan ini merupakan ketetapan taqdir.
Tetapi kenyataan yang kita lihat bahwa di daerah pegunungan juga ada tumbuh
pohon kelapa. Pohon kelapa yang tumbuh di pegunungan bukan karena ada beberapa
buah kelapa yang mampu menggelinding mendaki gunung akan tetapi ada kekuatan
lain (qodrat yang lebih tinggi) yaitu “ manusia” yang membawa bibit kelapa itu
kepegunungan.
Dengan demikian
ada kelapa yang ditaqdirkan bernasib baik karena tumbuh pada tempat yang sesuai pada fitrahnya
ada juga kelapa yang ditakdirkan nasibnya kurang baik karena ditanam ditempat
yang tidak sesuai fitrahnya.
d. Pengertian
Qodrat dan Iradat
Qodrat القدرة artinya kemampuan, kekuatan, yaitu besarnya
daya yang tersimpan didalam diri, benda atau makhluk hidup. Al-Irodatu الارادة = المشيئة bermakna kehendak, kemauan, adalah daya dorong
yang terkandung didalam benda atau diri makhluk hidup.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ
شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ(2)
Sesungguhnya perintah-Nya
apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
"Jadilah!" maka terjadilah ia.
Kata Aroda pada ayat diatas bermakna kehendak, menghendaki
Qudrat yang ada dalam diri makhluk itu besarnya tidak sama. Seperti
keadaannya listrik yang kita gunakan sehari-hari, ada yang kekuatannya 110 volt
ada yang 220 volt. Akibat perbedaan volt ini bisa berpengaruh pada bola listrik
yang sama wattnya tetapi tidak sama terangnya. Didalam alam semesta ini semua
makhluk hidup memiliki qodrat dengan ukuran masing-masing yang tidak sama
kekuatannya sehingga yang memiliki
qodrat yang kecil, takdirnya akan dapat dirubah oleh makhluk yang lebih besar
kodratnya. Iradat adalah energi gerak pendorong qadar agar berproses menuju
tujuan akhir berupa suatu kejadian. Bentuk itulah yang disebut dengan takdir.
Proses kadar menjadi sebuah takdir dapat berwujud baik atau buruk, kalau
manuasia yang arif mampu melihat kebelakang dengan ilmunya, lalu berusaha
menggandakan qodrat itu maka takdir itu akan berubah. Bagi keadaan makhluk yang
dibawah kodrat manusia, misalnya benda-benda yang mampu dikuasai manusia
takdirnya dapat dirubah. Misalnya pada atom atau molekul yang tetap, dapat
dibuat persenyawaan lain sehingga tercipta benda-benda baru hasil percobaan
manusia. Sebuah molekul adalah senyawa atom-atom. Molekul air misalnya adalah
pesenyawaan antara dua butir atom hidrogen dengan sebutir oksigen, kalau kita
tulis dengan simbol kimia : H2O.
Orang dapat
membuat Alkohol (C2H5OH) dari bahan ketan (pulut) atau ubi kayu yang dijadikan
tape terlebih dahulu, dengan demikian takdir ketan atau ubi itu dapat berubah
menjadi lebih berharga karena telah menjadi alkohol dimana alkohol bukan hanya
menjadi makanan tetapi dapat menjadi bahan obat-obatan dan juga menjadi bahan
minuman yang memabukkan. Hal ini di sebabkan karena qodrat manusia lebih besar
dan sanggup merubah kadar dan qodrat yang ada pada benda atau makhluk yang
derajatnya di bawah manusia.
Manusia dapat
menguasai kadar yang mengisi alam yang lebih rendah dari qodrat manusia, karena
itulah manusia dapat merubah alam, dapat menciptakan bentuk baru, seperti
Ibrahim yang tahan dibakar, Musa dengan tongkatnya sanggup membelah laut,
pemuda yang tidur selama 360 tahun tidak mati dan lain-lain kelebihan diberikan
Tuhan kepada manusia. Dengan Doa’pun manusia dapat mengelak dari hukum qadha,
jika Allah memberikan tambahan qodrat dan menerima Do’a yang bukan hanya
tersusun dari teks indah dan bunyinya bersajak, tapi do’a yang dapat
menimbulkan getaran gelombang Bio-elektrisitet, yang mampu menyatu dengan Nur
llahi, sebagaimana bunyi Hadits yang telah dikutip diatas :
قال رسول الله صلعم : لا يرد القضاء الا الدعاء ولا
يزيد العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه
(رواه الترمذي وبن حبان
“Tidak ada yang mampu menolak ketentuannya ( Qadha ) keculi dengan
doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan baik , dan
sesungguhnya seseorang manusia diharamkan baginya rizki dengan dosa yang
menimpanya”. ( H.R Tarmiji dn ibnu hibban ).
e. Sunnatullah
Sunnatullah adalah hukum Allah yang mengisi alam
semesta yang biasanya disebut juga hukum alam, seperti hukum grafitasi bumi,
perjalanan matahari melalui garis ekliptika selama 1 tahun, bumi berputar pada
sumbunya selama 24 jam, kapal yang timbul karena perbandingan volume dan berat,
hukum Archimedes, hukum Boyle keseimbangan antara proton dan elektron dalam
atom, mungkin hukum seperti ini ada dalam diri manusia yang antara daya pikir
dan dorongan hawa-nafsu harus seimbang. Sunnatullah itu isinya adalah qadha
Allah karena dalam tulisan ini qadha Allah (ketetapan Allah) sama dengan
Sunnatullah.
f. Fithrah
Fithrah adalah sifat bawaan makhluk Allah, benda, tumbuh-tumbuhan dan
hewan semua memiliki sifat bawaan. Dalam diri manusia sifat bawaan itu berupa
“kecerdasan” yang tersimpan dalam Gen manusia. Menurut Geneologi dalam Gen
manusia ada terimpan sebanyak 3.000.000.000 huruf-huruf kimia dalam Gen itu
yang menyimpan talenta, informasi pengetahuan dan instruksi jiwa manusia. Akan tetapi sekian banyaknya kemampuan
manusia yang tersimpan, signal yang bernyala hanya sekitar 3-5 %. Orang orang
yang amat cerdas hanya antara 5 sampai 10 % saja signal Gennya yang bernyala
selainnya masih membeku. Kalau sekiranya kecerdasan anugerah Allah yang
tersimpan sebanyak tiga milyar huruf kimia itu terbuka 50% saja barapa dahsyat
kepintaran manusia, mungkin manusia ketika itu sudah bisa bertandang antar
planet bumi yang ada didalam jagat.
g. Nasib
Nasib adalah bagian yang diperoleh. Jadi nasib manusia
itu tidak ditetapkan ukurannya karena ia hanya merupakan hasil akhir dari
sebuah usaha yang dilakukan makhluk.
2. Rumus
Takdir
Untuk menghitung
beberapa besar nilai nasib dalam kehidupan ini maka perlu diperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi :
a.
Faktor
Qodha / Sunnatullah (S)
Faktor ini merupakan hukum-hukum ketetapan Allah yang
mempengaruhi keadaan alam. Faktor ini adalah faktor yang konstan tapi kalau bertabrakan
dengan kekuatan (kodrat) yang lebih besar maka hukum itu akan berubah. Seperti
hukum grafitasi bumi dapat ditaklukan kodrat manusia dengan cara membuat mesin
pesawat terbang. Akan tetapi Qodha yang berhubungan dengan daya Ruh seperti
jenis laki-laki dan perempuan, qodha ini tidak dapat dirobah oleh kepandaian
manusia setinggi apapun, sebab tidak ada kodrat lain yang melebihi kodrat yang terisi
alam Roh karena Roh adalah Rahasia Allah, tapi kalau Banci itu merupakan penyakit dapat dioperasi
disesuaikan dengan hormon dirinya mana yang lebih besar apakah Peminin atau
Maskulin
b.
Faktor
Qadar (Q)
Faktor ini merupakan ukuran-ukuran yang telah
tertentu untuk perwujudan suatu benda
atau makhluk, juga merupakan faktor konstan.
c.
Faktor
Takdir ( T )
Fakor ini merupakan perpaduan Qadar yang menyatu
kedalam faktor Qodha dan Fitrah. Seperti takdir pohon kelapa sebagai tanaman
pantai, adalah di sebabkan kadar yang ada dalam pohon kelapa dengan sifat bawaan (fitrah) membutuhkan tempatnya alam yang
beriklim tropis, dekat dengan laut, karena itu kelapa dipersiapkan buahnya
bersabut jikalau jatuh bisa timbul dan hanyut untuk terdampar dan hidup disitu.
Pohon kelapa membutuhkan banyak zat garam, walaupun ada kelapa yang tumbuh di
daerah non-tropis, dipegunungan, sebenarnya itu bukan karena ditakdirkan
melainkan ada kekuatan yang mampu merubah takdirnya memindahkannya ke
daerah non-tropis hiduplah ia dengan tidak sesuai takdirnya itulah nasibnya si
pohon kelapa
d. Faktor Fitrah (
F )
Faktor ini adalah merupakan sifat bawaan dari
suatu benda atau makhluk. Jadi takdir merupakan faktor qadar yang larut dalam
sunnatullah [Qadha] ditambah sifat-sifat bawaan yang menentukan warna
kediriannya. Dapat diturunkan kedalam rumus :
T
= (Q + S + F)
e.
Faktor
Kodrat / Irodat [daya kekuatan dan dorongan] = K
Faktor ini merupakan daya kekuatan yang dimiliki
oleh setiap benda atau mahkluk hidup yang ukurannya tidak tetap bisa bertambah
dan bisa berkurang.
f.
Faktor
Iman / ilmu / amal (I)
Faktor ini merupakan kekuatan tambahan yang
mengisi relung jiwa manusia dari hasil upaya manusia.
g.
Faktor
daya upaya, = D
Faktor ini merupakan perpaduan faktor K + faktor
I. Jadi ; D = [K+ I]
h. Faktor penyimpangan
atau hambatan (X)
Faktor ini merupakan faktor yang tak terduga karena muncul diluar
sunnatullah, keluar dari kodrat yang menyimpang. Kekuatan ini dapat
menyimpangkan perjalanan takdir, dapat menimbulkan kelainan dalam fitrah dapat
merusak ketetapan kadar. Faktor ini disebut penyimpangan hukum. Seperti
jari-jari tangan manusia ditetapkan menurut hukum Qadha Allah jumlahnya 5,
tetapi dengan penyimpangan sel ada jempol anak manusia yang bercabang dua.
i.
Faktor
Anugrah Allah (A).
Anugrah Allah merupakan faktor yang akan diraih
menjadi rejeki, nikmat dan rahmat.
j.
Nasib
(N)
Bagian yang dapat
diraih.
Dengan
beberapa faktor yang telah disebutkan diatas maka dapat kita rumuskan bahwa
nasib manusia sebagai berikut :
3.
Rumus Nasib
Jadi
nasib adalah bagian yang diterima seseorang dimana itu merupakan
perpaduan faktor Qadha, Qadar, Fitrah yang bereaksi dengan faktor Daya
upaya (yang merupakan perpaduan
Qodrat / Irodat dengan daya iman, ilmu
dan amal /aktivitas) dikurangi dengan faktor penyimpangan. Hasil daya
ini dikalikan dengan besarnya Anugerah Allah yang terhampar. Kalau diturunkan dengan rumus Matematika :
N = [ T + D – X ] x A.
Semakin besar daya upaya maka semakin kecil
penyimpangan dan hambatan. Kalau daya upaya kecil maka hambatan akan bertambah
besar. Disini kita temukan makna tersirat dari firman Allah yakni : “ Tidak
akan berubah nasib suatu kaum sehingga mereka itu mampu merubah apa yang ada
didalam dirinya, yaitu faktor perngetahuan, keimanan dan amal, kreativitas
serta aktivitas”. Jadi, apakah makna tersirat dalam kandungan Rukun Iman keenam
yang menyatakan : WABIL KODRI KHOIRIHI WA SYARRIRHI MINA’LLAH = dengan kadar
ukuran ketentutan yang telah ditetapkan
baik maupun buruk adalah dari Allah?.
Penjelasan Hadist ini memberikan
pengertian kepada kita bahwa kadar / qodha yang ditetapkan Allah itu mengandung
kebaikan atau keburukan, akan tetapi belum tentu kemungkinan kadar baiknya
sesuatu itu mendatangkan kebaikan kepada manusia atau sebaliknya. Misalnya
pohon kayu putih mengandung kadar baik (karena minyaknya bisa jadi obat) tetapi
kalau minyak kayu putih diminum sebotol dapat menimbulkan kejadian buruk.
Dengan beriman kepada qodha dan kadar ummat
Islam dianjurkan untuk mempelajari hukum qodha dan kadar (sunnatullah) yang
akan melahirkan pengetahuan alam, yang berkembang kepada ukuran–ukuran dalam
hitungan (matematika), kemudian tentang nilai-nilai kehidupan yakni ilmu yang
berhubungan dengan manusia dan keterampilannya (sosiologi, psikologi dan
teknologi). Pengetahuan–pengetahuan ini dapat menguak takdir dan merubah
nasib manusia, karena itulah maka Allah berfirman :
وَابْتَغِ فِيمَا
ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي
الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(.)
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu untuk (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu (nasib-mu) di
dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. ( Q.S28/ Al-Qashas : 77)
( bersambung : Menguak Takdir 4 )
Subhanallah ini jawaban yg selama ini q cari.yg bener2 masuk dalam logikaku.terimakasih atas ilmunya
BalasHapusSemoga Allah membalas kebaikan amiin..