Rabu, 02 November 2011

BEKERJA DAN BERDO'A


 
Mukaddimah

Ketika Bapak manusia ( Adam ) Hijrah ke bumi dari Alam Ruh, Allah telah menyatakan bahwa bumi merupakan tempat hidup bagi Adam dan keturunannya.
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ.
“Lalu keduanya( Adam dan Hawa ) digelincirkan oleh syaitan dari “alam Ruh” itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu bumi merupakan tempat menetap, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan"( QS.2/Al-Baqarah : 36).

Di bumi manusia akan hidup dengan berusaha keras (  ber-ikhtiar ) dan beriring do’a kepada Allah untuk mendapatkan anugerah-Nya, kerena manusia memiliki Jasmani dan Rohani. Manusia sebagai makhluk yang dikuasai badan Fisiknya, berbekal, Hawa Nafsu Hati dan Akal itulah alat kemampuan meraih kehidupan yang layak.Terkadang Manusia  lupa bahwa tidak semua harapannya dapat diraih dengan kekuatan Hawa Nafsu, Hati dan Akal, manusia butuh Hidayah, Petunjuk Ilahi yang hanya dapat digapai dengan Do’a.

1.Perintah Berusaha mencari Rizqi         
1.1.Berikhtiar : (  خار  ، خيرا )
 اختيارا  =   dengan kemauan sendiri
     Maksud kata Ikhtiar itu adalah berupaya dengan kemaun yang keras untuk :

a.      Berusaha merubah nasib
            Hanya sebagian kecil anak manusia yang lahir dalam keadaan senang begelimang harta dan sampai mati  hidup senang, mewah karena ia keluarga raja raja, anak Presiden, anak Konglomerat atau Pejabat tinggi dan lain lain yang kekayaan orangtuanya tidak habis dimakan sampai beberapa keturunan. Sebagian yang lain lahir ditengah tengah kemiskinan, kepapaan, hidup serba kekurangan. Islam menganjurkan setiap orang harus mampu merubah nasibnya.
........ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ.........ٍ(1)
……………Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..”              ( QS.13/Ar-Ra’du :11 )        
            Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia bisa merubah keadaan  dengan syarat yang dirubah itu adalah potensi diri yang ada didalam diri. Merubah nasib bukan dengan “ cara merubah pintu rumah” ( karena kata orang pintar “tak bagus pintu menghadap matahari terbenam nasibnya akan terbenam juga” atau “alat cari makannya” dimandiin dengan kembang untuk membuang sial, ada pula yang mengatakan istrinya membawa sial maka ganti istri baru ), semua ini hanya ajaran jahiliah. Merubah nasib itu dengan merubah potensi diri, dimana kita telah dibekali Allah dengan Hawa Nafsu, Hati dan Akal . Kalau  merasa diri kurang terampil usahakanlah melatih keterampilan, kalau merasa karena kurang modal usahakan menambah modal atau pinjam modal, kalau sebabnya karena ada sifat negative : pemalu, kurang berani, tak percaya diri, masuklah “ diklat “ untuk melatih keberanian, keterampilan dan membuang rasa rendah diri itu, sayangnya diklatnya belum lagi dilahirkan.

           b.    Jangan buruk sangka kepada Allah
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا(7)
Apa saja ni`mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

           c.   Jangan melupakan bagian kehidupan  dunia
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(77(
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”  ( QS.28/Al-Qasash : 77 )

            c. Jangan lupa hari esok
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ(18)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”         ( QS. 59 /Al-Hasyr :18 )

           Peringatan Allah supaya jangan melupakan hari esok harusnya diperhatikan oleh Pemerintah dan Wakil Rakyat, mereka harus memikirkan nasib anak bangsa dimasa depan jangan mereka hanya memikirkan “ cari modal “ untuk terpilih lagi diperiode mendatang”. Setidak tidaknya para pembaca sendiri yang punya anak dapat mempersiapkan modal dan bekal anak-anaknya agar mampu menghadapi hari esok yang jauh beda dengan  hari-hari yang kita lalui.Untuk mendapatkan Modal dan Bekal harus berusaha dengan gigih dan do’a mengharap ridho Allah.

1.2.Berdo’a ( Bukan membaca Do’a )
Pada umumnya kita semua pandai berdo’a dan banyak orang yang hafal do’a yang panjang karena meminta tak perlu modal dan budaya meminta sudah lazim dinegeri ini. Biasanya umat Islam berdo’a  dengan menadahkan tangan lalu bermohon kepada Allah meminta apa saja. Dalam suatu upacara yang disertai do’a orang yang dimintai berdo’a membacakan teks dengan susunan kata kata dalam bahasa Arab yang kadang kadang yang berdo’a itu malah tak sempat mengerti apa yang dimintakannya kepada Allah. Tapi itulah tradisi layaknya orang yang “ membaca puisi berbahasa Arab”. Berdo’a adalah mengharap Taufiq dan hidayah Allah agar apa  yang kita harapkan dari-Nya dikabulkan dengan beberapa syarat dan ketentuan menurut Al-Qur’an.  التوفيق artinya persetujuan Allah dan   الهداية  artinya petunjuk. Dua macam ini yang kita harap dari Allah dalam berdo’a

a.Hakikat Do’a :

“Memohon kepada Allah agar Taufiq dan Hidayah-Nya dapat menembus kedalam jiwa sehingga terbuka dengan demikian terbuka pula jalan untuk  mendapatkan yang dihajatkan”
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ(125)
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia membukakan jiwanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya  sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman” ( QS.6/Al-An’am : 125 )

Kata  يَشْرَحْ صَدْرَهُ maksudnya terbuka jiwanya. Jiwa yang terbukalah yang dapat menerima hidayah Allah, adapun jiwa yang sempit tidak akan dapat menerima hidayah Allah. Maka untuk mendapatkan petunjuk Allah, berdo’a harus seiring dengan mengamalkan perintah-Nya, atau berdo’a bertawasul dengan amalnya sendiri atau do’a dengan  kerja sesuai keahliannya.

b.Kekuatan Do’a

قال ص م لا يرد القضاء الا الدعاء ولا يزيد العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه (رواه الترمذي وبن حبان )
      “Tidak ada yang mampu menolak ketentuannya ( Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan baik , dan sesungguhnya seseorang manusia diharamkan baginya rizki dengan dosa yang menimpanya”. ( H.R Tarmiji dn ibnu hibban ).
يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ(3)
“Allah akan menghapus ketetapan-Nya bila Dia kehendaki dan menetapkanya bila Ia menghendakinya dan di sisi-Nya-lah Ummu’l Kitab (sumber ketetapan/ lauhu’l mahfudz).(Q.S.13/ Ar-Ra’du: 39)

c.. Syarat do’a agar makbul

          1.  Do’a harus diiringi dengan menjalankan perintah-Nya.:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ(1)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka mendapat bimbingan” ( QS. 2/ Al-Baqarah : 186 )

Ayat diatas menjelaskan bahwa  “ meminta kepada Allah “  akan diperkenankan Allah kalau anjuran-Nya diperkenankan hamba yang meminta dengan iman yang kuat.  Berdo’a  yang makbul itu bukan harus dengan bahasa Arab yang fasih bacaannya, yang membacanya harus seorang Kiyai, Haji atau Ustadz, dianjurkan dengan berlinang air mata. Yang kata Ustazd berdo’a syaratnya harus dimulai dengan menghadiahkan kepada Ulama ulama masa lampau. Do’a seperti itu hanyalah sebuah “ model-berdo’a” made-in Ulama Ahli-Bid’ah saja tuidak ada diajarkan oleh Rasulullah..
·                     Salah satu hal yang diminta Allah “ adalah do’a dengan balas jasa” kepada orangtua  sebagai mana isyarat yang terkandung pada ayat berikut ini :
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْه كُرْهًا وَحَمْلُـهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَة قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (1)
“ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo`a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" ( QS.46/ Al-Ahqaf : 15 ).
Perkataan : شَكَرmengandung makna : berterima kasih, ini adalah arti yang sudah dikembangkan, dibudayakan. Adapun arti dasar dari syukur adalah ambing susu yang berisi penuh, atau makna lain “menjadi dermawan”.         ( Qamus Al- Munawwir halaman : 785. Ambing susu kalau sudah penuh harus segera dikeluarkan dengan cara menyusukan  anak kalau tidak diberikan akan jadi mudarat, jadi makna syukur itu  “ setiap mendapat rizqi harus dibagi bagikan kepada yang berhaq  tak boleh dinikmati sendiri. Hakikatnya makna syukur itu adalah:   ” berbagi nikmat “.
       a.  Berbakti ( berbuat baik ) kepada orangtua.( بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا)
Kita diwajibkan berbuat baik kepada orangtua terutama ibu yang sudah   menghamilkan hingga menyusukan selama 30 bulan (2,5 tahun )
Salah satu diantara cara berbuat baik yang diajarkan Allah adalah berinfaq kepadanya sebagaimana firman Allah berikut ini :
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ(1)
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan’ Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”( QS.2/ Al-Baqarah :215).
( Semakin banyak anak yang mau mengamalkan Al-Qur’an semakin nikmat hidup tapi kalau anak anak tidak mau mengamalkan Qur’an maka  semakin banyak anak semakin bertambah beban hidup). :

b.      Mohan kepada Allah agar mendapatkan kehidupan yang layak supaya anak cucu juga mewarisi hidup yang baik.(  وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ). Tentu  harapan ini tidak cukup dengan bacaan do’a yang panjang lalu hiduppun berubah baik, tapi harus disertai dengan upaya membangkitkan, membangun dan melatih SDM dalam diri dan memikirkan serta memperhitungkan masa depan anak cucu agar mereka tidak menjadi  orang yang lemah dibelakang hari

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا(9)
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” ( Q.S. 4/An-Nisaa’ : 9 ).

c.       Berbuat Ishlah  :
الا اخبركم بأفضل من درجة الصلاة والصيام والصدقة؟ اصلاح ذات البين، فان فساد ذات البين هى الحالقة ( رواه احمد، ابو داود الترمذى، وابن حبان )
“Tidakkah pernah aku beritahukan kepada kamu sesuatu perbuatan yang derajatnya lebih tinggi dari shalat, puasa, dan zakat/ shadakah? ( yakni ) dengan memperbaiki hubungan, karena rusaknya hubungan itu akan jadi pencukur “ ( Hadits Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud,Tirmidzi dan Ibnu Hibban
            
2. Do’a dengan  kerja sesuai keahliannya.
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلًا(84)
“Katakanlah: "Tiap-tiap orang bekerja menurut syakilah-nya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih dapat petunjuk akan  jalannya” ( QS.17/ Al-Israak : 84 )

            Perkataan ( شَاكِلَتِهِ  ) diayat  ini bermakna : bentuk, macam, cara, gambaran                    ( Qamus Al-Munawwir halaman : 788 ). Jadi maksud ayat diatas menjelaskan bahwa “Setiap orang kalau bekerja berdasarkan gambaran pikirannya masing-masing atau menurut cara masing masing berdasar bidang keahliannya”. Kalau kita  bermohon kepada Allah agar pekerjaan yang kita kerjakan berhasil dengan baik, dimana kita bekerja dengan cara yang propesional, insya Allah akan mendapat hidayah Allah. Seorang Dokter bedah yang ahli janganlah bangga dengan keahliannya tapi waktu bekerja berdo’alah kepada Allah niscaya keahliannya dalam ilmu bedah akan bertambah dan pasiennya semua selamat melalui pembedahan. Sebaliknya kalau mengerjakan suatu pekerjaan yang kita tidak punya keahlian bagaimana panjangnya do’a, pekerjaan tidak akan berhasil baik, do’a yang diserukan kepada Allah itu hanyalah seperti orang haus membukakan kedua telapak tangannya agar air masuk dengan sendirinya kemulut.Apakah mungkin ?
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ(4)
“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) do`a yang benar. Dan orang yang berdo’a kepada selainnya tidak akan diperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do`a  orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka” ( QS. 13/ Ar-Ra’du : 14 )

           3..  Do’a  dengan bertawasul dengan amalnya sendiri
           
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan’     ( Qs.5/ Al-Maidah : 35 )
     Pada ayat tersebut diatas ada kata (  الْوَسِيلَةَ   ) .   Sebenarnya Wasilah itu dalam bahasa Indonesia artinya : “suatu  jalan untuk mencapai apa yang dimaksud, yang kalau disimpulkan adalah “ Lantaran” ( Zainal Arifin Abbas, dalam tafsirnya : Tafsir Al-Quranu’l Karim VI  hal : 394). Maksudnya “ Bila pernah ada sesuatu amal sholih yang dilakukan dengan benar benar ikhlas dan dengan  lantaran itu kita  berdo’a  maka akan dikabulkan Allah “. Banyak orang menggeser pengertian yang tersirat dari kata Wasilah itu sehingga jadinya banyak orang bertawasul kepada Nabi-nabi, orang-orang shalih, para syuhada, bersumpah menyebut-nyebut nama mereka sambil mengucapkan bacaan do’a dengan teks bahasa Arab  dikuburan orang orang yang dianggap suci  misalnya       “ kuburan para wali “ untuk mendapatkan hajat dan menolak bala. Hal ini terlarang, hukumnya syirik , Allah berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ عِبَادٌ أَمْثَالُكُمْ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُوا لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(1)
“Sesungguhnya do’a kamu kepada selain Allah adalah mereka itu makhluk   yang serupa juga dengan kamu. Maka mintalah kepada mereka itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar” ( QS. 7/Al-A’raf : 194 )
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ(1)إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ(1)

“………………... Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”   ( QS.35/ AlFathir :13,14 ).

       Kisah Tawasul tiga orang Bani Israil dimasa lampau
 Pernah terjadi suatu peristiwa tiga sahabat muda Bani Israil dimasa lampau, ketika mereka dalam perjalanan menelusuri jalan didaerah tandus berbukit batu. Ketika itu datang angin kencang dan turun hujan lebat sehingga mereka terpaksa bersembunyi pada sebuah Gua. Angin kencang menerpa  batu batuan dan salah satu batu besar menggelinding menutup pintu Gua dan mereka bertiga terkurung didalam Gua yang gelap itu.  Mereka bertiga sudah berusaha mendorong batu itu tapi sedikitpun  tidak begerak, dan hampir putus asa tidak ada jalan lain selain meminta pertolongan Allah . Merka sepakat “ Marilah kita berdo’a dengan tulus ikhlas dengan menyebutkan kepada Allah amal pernbuatan baik yang pernah kita lakukan semoga lantaran itu Allah mengabulkan pemohonan kita “. Kata yang pertma ; “ Ya Allah, aku punya  orangtua yang sudah tua, yang setiap hari kalau aku pergi mengembala kemudian kembali membawa susu yang baru diperah untuk minuman mereka sebelum anak istriku minum. Suatu ketika aku terlambat pulang dan kudapati orangtuaku telah tertidur, aku tak sampai hati membangunkan mereka. Anak- anak sudah gelisah kehausan minta diberikan susu tapi kutahan karena orangtuaku masih tidur, akhirnya kami tertidur semua sampai pagi. Setelah pagi aku berikan susu itu kepada orangtuaku barulah anak anakku. Ya Allah sekiranya yang aku lakukan itu suatu hal yang baik maka mohonlah aku diberi kekuatan untuk menolak batu ini “ Pemuda itupun mendorong batu itu, hanya bergerak sedikit sekedar mereka dapat memandang keluar.
Maka berdo’alah pemuda yang kedua : “  Ya Allah saya mempunyai anak paman yang kami saling menyinta. Pernah sekali saya merayunya untuk berhubungan badan tapi ia menolak membela kehormatannya. Suatu ketika kekasihku itu dalam kesulitan maka saya menolongnya dengan memberi 120 dinar dengan syarat ia mau menyerahkan kehormatannya. Tetapi setelah saya mau melakukannya ia berkata : “ Takutlah engkau kepada Allah jangan kau buka cincin itu jika tidak dengan haknya “ Mendengar itu saya sangat terkejut, sadar akan dosa besar lalu saya meninggalkannya padahal dialah perempuan yang kucintai. Ya Allah jika yang aku lakukan ini suatu hal yang baik berilah hamba-Mu ini kekuatan untuk membuka lobang ini “.  Pemuda itupun mendorong batu penutup gua itu dan terbuka sedikit lagi tapi mereka belum bisa keluar.
Maka berdo’alah pemuda yang ketiga : “Ya Allah saya dulu memiliki orang upahan yang bekerja, semua mereka telah dibayar upahnya kecuali seorang yang belum mau menerimanya karena mau merantau. Upahnya itu saya modalkan membeli ternak, ternakpun berkembang biak ada lembu unta dan kambing serta anak anak gembala upahan. Suatu ketika orang itu datang meminta upahnya. Saya berkata : Upahmu, itu yang kau lihat sudah jadi kambing lembu dan unta. Kata orang itu : “ Apakah engkau berolok olok dengan saya ? Jawabku : “Tidak !”. Maka orang itupun mengambil semuanya tidak meninggalkan seekorpun, dan sayapun ikhlas.. Kalau yang saya lakukan itu suatu hal yang baik, mohonlah ya Allah Engkau berikan kekuatan kepadaku, sambil ia menolak batu besar itu maka menggelindinglah batu itu. Pemuda ketiga yang mendapat Taufiq sehingga merekapun dapat keluar dengan selamat. Demikian saduran bunyi Hadits yang para ahli Hadits telah sepakat tentang keshohihannya    ( Zainal Arifin Abbas, Tafsir Al-Qur’anu’l Karim  VI halaman 35,36 )
Dari kisah ini ada tiga macam amal sholih yang telah mereka lakukan. Pertama berbakti kepada orangtua, kedua kemampuan menahan hawa nafsu birahi, yang ketiga menahan diri dari keserakahan harta dan ridho menerima apa adanya. Kiranya lantaran adanya amal sholih yang ikhlas dilakukan dapat dijadikan  sebagi wasilah kepada Allah. Seumpama kita mau meminjam uang “ada boroh” yang ditinggal sebagai jaminan.
Sepanjang kehidupan ini apakah kita pernah berbuat amal sholih yang tak pernah diceritakan keorang ? Hal itu dapat kita ceritakan kepada Allah sebagai Wasilah agar do’a kita diperkenankan Allah.










































                                                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar