Minggu, 13 November 2011

MENGUAK TAKDIR 2




MANUSIA DAN PERJALANAN HIDUPNYA

1.        PERJALANAN HIDUP MANUSIA

             Sebagaiamana yang sudah penulis katakana di pendahuluan bahwa manusia menempuh perjalanan hidup ini tidak selalu melalui jalan yang lempang dan lurus, tapi banyak liku-liku dan penuh rintangan-rintangan. Manusia terus beraktivitas memburu cita-cita dan harapan, ada yang terbentur  ke dinding terjal, ada yang terjatuh ke jurang kehidupan, ada yang terjerembab ada yang selamat sampai, namun yang sampai itu tidak terlepas dari berbagai rintangan yang dilaluinya dengan menguras energi yang banyak dari dalam dirinya.
             Sementara disisi lain bukan tidak banyak orang yang menempuh perjalanan hidupnya dengan santai tanpa aktivitas hanya sekedar hidup cari makan, berkembang biak lalu sampai keterminal kehidupan dengan meninggalkan pengalaman pahit yang tak terhitung .
Mereka hanya seperti nyamuk-nyamuk beterbangan mencari makan, membiak dan mati. Kalau dipikir-pikir hidup nyamuk malah lebih baik daripada si manusia yang tujuan hidupnya hanya mencari makan dan membiak . Nyamuk hanya hidup beberapa hari saja , berjuta mereka lahir dan berjuta mereka yang mati. Ada yang mati setelah kenyang, ada yang mati sebelum makan dan sebelum sempat berhubungan kelamin.  Mereka hidup tidak merusak lingkungan dan mati bangkainya tidak berbau busuk Manusia dapat menempuh kehidupan lebih dari 22.000 hari berkesempatan 4000x hubungan kelamin dengan anak dari 1 sampai  10 dan berkesempatan makan sebanyak lebih dari 66.000 kali. Untuk memenuhi kebutuhan makan entah berapa banyak hewan yang dibunuh, berapa  ribu kilogrm beras yang dimakan, entah berapa galon tinja yang dibuang dan sampah yang mengotori bumi  menimbulkan dampak buruk, berapa banyak bumi yang dilobangi, berapa batang pohon yang ditebang, hutan yang digunduli, yang menyebabkan banjir maka  bumipun tercemar oleh ulah manusia.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(1)
Telah kelihatan kerusakan di daratan maupun di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia itu sendiri , supaya mereka merasakan (akibat) dari perbuatannya mudah-mudahan mereka mau kembali (menyadari)”(q.s.Ar-ruum/30:41)

Pengrusakan bumi dilakukan manusia secara tradisional terjadi dimana mana belum lagi pengrusakan secara teknologi tinggi. Manusia tidak menyadari bahwa dengan pemakaian farpum saja lingkungan hidup dapat tercemar, dengan bahasa guyon : “ gara-gara bau ketiak langit  terkoyak-koyak” ( Untuk menghindari bau  badan manusia telah memproduksi parfum yang dikemas dalam kemasan khusus. Agar parfum bisa menyemprot keluar  dalam kemasan itu diisi zat pendorong yang bernama freon, pada hal zat itu bila di lepas keudara dapat merusak lapisan ozon, kalau ozon rusak sinar matahari akan lebih panas masuk kebumi,  dan manusia bisa dapat musibah ).
            Itu baru salah satu perbuatan manusia yang tanpa di sadarinya telah merusak alam, belum lagi karena ingin berkuasa  manusia telah menciptakan mesin pembunuh, dan manusia  terlibat dalam perbuatan nista saling bunuh-bunuhan. Nyamuk berjuta-juta lahir dan mati terbunuh tapi mereka tidak saling membunuh dan bangkai nyamuk tidak merusak lingkungan tidak menimbulkan limbah yang berbahaya. Allah telah menyampaikan sindirannya  dalam Surah Al Baqarah ayat 26  yang sudah dikutip diatas:

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik” ( QS.2/ Al-Baqarah : 26 )

Maka duniapun merupakan gelanggang tempat bermain dan bersenda gurau yang benar benaran bukan sandiwara, berlakon terus sampai lupa diri dan waktu. Dalam permainan itu bermacam macamlah tingkah polah manusia,ada yang berlakon sebagai pemimpin diktator yang  hanya memikirkan kesenangannya tidak sempat lagi memikirkan ummat yang dipimpinnya walaupun Nabi pernah berpesan:
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته
” Setiap kamu pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanyai tentang apa yang dipimpinnya)”

             Ada yang berlakon sebagai penegak keadialan tapi hanya merupakan sinetron yang hanya menampilkan pelaku antagonis : perampok, penjarah , pembunuh, pemerkosa, pencuri, koruptor Namun demikian penonton sendiri tidak sebagai penonton yang baik tapi penonton yang ribut sesamanya sehingga apa yang sedang kejadian diatas pentas kehidupan tidak sempat diperhatikan dan tidak dimengerti kenapa dan mengapa. Itulah keadaan anak bangsa yang sekarang dan bagaimana lagi anak bangsa dimasa mendatang ? Allah mengatakan tentang kehidupan dunia ini :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ(4)وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ(5)
“Diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia ini sangat menarik hati, dan dipersaksikannya kepada Allah isi hatinya itu; padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan ketika dia berpaling darimu diapun berusaha di bumi untuk merusak bumi, merusak tetumbuhan  (hutan) serta binatang, dan Allah tidak menyukai kerusakan itu”(Q.S.Al-Baqarah /2:204,205).
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Kehidupan dunia dijadikan indah bagi orang-orang kafir yang memandang hina orang-orang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang mau tanpa perhitungan “(Q S/.Al-baqarah:212).

........وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ(5)
-“....................Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan “(َQ S/ Ali-Imran:185)

...........فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا(7)

“..........Setelah diwajibkan kepada mereka berperang tiba-tiba sebagian dari mereka takut kepada manusia (musuh ) seperti takutnya kepada (hukum) Allah, malah lebih bersangatan takutnya, mereka berkata :”ya Tuhan kami mengapa engkau wajibkan berperang kepada kami, mengapa tidak engkau tangguhkan beberapa waktu lagi?”. Katakanlah “Kesenangan dunia ini hanya untuk sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun “(Q.S/ An-Nisaa’:77).

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ  أَفَلا تَعْقـِلُونَ(2
-“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanya main-main dan sendagurau..”(Q.S/Al-An’am :32).

الَّذِينَ اتَّخَذُوا  د ِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ(1)
 Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau saja, dan kehidupan dunia telah menipu mereka......…………”  ( Q.S.7/ Al A’raf  : 51 )

Demikianlah Allah telah menggambarkan kehidupan dunia itu kepada kita :

a.    Dunia merupakan panggung sandiwara merupakan arena tempat bermain-main dan bersenda gurau bagi orang-orang  yang gila dunia dan engkar kepada Allah .
b.   Mereka berkata bahwa dunia ini sangat menakjubkan dan dia bersaksi atas nama Allah bahwa ia akan membangun kehidupan di dunia (memakmurkan bumi) padahal mereka itulah yang merusak lingkungan hidup dengan merusak hutan dan binatang.
c.    Kebanyakan orang hanya mencari kesenangan hidup di dunia.
d.   Orang-orang beriman yang takut kepada Allah juga terjebak dengan kesenangan dunia ini terbukti ketika diwajibkan berjihad mereka takut mati membela agama Allah, padahal kehidupan sesudah mati lebih indah dan kekal.
e.    Mereka hanya menjadikan agama ini hanya main-main (tidak sungguh-sungguh) hanya tradisi dan hanya senda gurau, Islam KTP

2.    Manusia dalam Kurungan Ajalnya

            Hidup yang hanya sekedar main main itu sebenarnya hanyalah liku-liku perjalanan manusia dalam petak kehidupan yang disebut “kurungan ajal”
            Rasulullah telah membuat peta gambar perjalanan hidup anak manusia itu dalam kurungan ajalnya, sebagai berikut :
وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال : خط النبي صلى الله عـليه وسلم خط مربعا وخط خطا فى الوسط خارجا مـنه وخط خطـطا صغارا الى هذاالـذى فى الوسط من جانبه الذى فى الوسط فقال : هذا الانســان وهذا أجـله محيطا بـه أو قـد أحاط بـه وهذا الذى هو خارج أمـله وهذه الخطـط الصغـار الأعـرض, فإن أخطـأه هذا نهشه هذا, وإن أخطأه نهشه هذا .   (رواه البخاري):
“Abdullah bin Mas’ud R.A. berkata : Rasululllah SAW membuat gambar segi empat yang ditengah-tengah ada garis lurus memanjang hingga keluar dari kotak segi empat itu, dan dipinggir garis itu ada garis-geris kecil, lalu Nabi mengatakan : ini manusia, dan garis segi empat itu adalah kurungan ajalnya, sedangkan garis panjang yang keluar  batas itu adalah hasrat, angan-angan, cita-cita manusia dan garis-garis kecil itu adalah gangguan, rintangan yang selalu dihadapi manusia. Maka bila ia selamat dari rintangan pertama, mungkin akan terkena pada rintangan kedua, jika ia terhindar dari yang satu terkena pula dengan yang lainnya”. (Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim)
 
                                                   
                                                                                        


                                                                                 
            Manusia berada dalam kurangan ajalnya (kotak A-B-C-D-A), dengan cita-cita dan harapan yang setinggi langit dan ingin hidup seribu tahun, itulah makna hidup yang digambarkan garis E-F yang lewat ke luar batas garis. Berjalanlah anak manusia menempuh perjalanan hidup yang dia tidak tahu berapa luas kurungan ajalanya itu. Allah-pun tidak menetapkan begitu saja luas kurangan ajal itu tanpa sebab-musabab. Sebabnya itu ada pada dasar kejadian manusia diawal pembentukan, apakah zat hidup yang datang dari ayah dan zat hidup dari ibu memang perpaduan yang harmonis, apakah mudghah yang didalam rahim memang  mudigah yang telah siap benar untuk menerima sang-Ruh yang masuk ketika usia 120 hari itu atau mudghah itu belum cukup kuat untuk menerima sang Ruh kerena ibu yang mengandung itu tidak sehat, ini ada hubungannya dengan luas atau sempitnya kurungan ajal, banyak atau sedikitnya garis-garis rintangan.
                Maka seorang anak manusia yang berjalan dari titik E menuju F selalu saja ada  rintangan yang dihadapinya. Rintangan itu banyak atau sedikit, tinggi atau rendah ini bergantung kepada kepribadian manusia itu. Misalnya anak yang sentimentil, yang perasa, pemalu dan agak penakut, dalam mengurus kepentingannya akan lebih banyak rintangan dari seorang anak pemberani dan tak-pedulian.
      Dimana letaknya usaha/ikhtiar merubah nasib ?
a.       Manusia harus memperhatikan langkah pertama ia bertolak dari titik E, untuk itu ada orang yang menunjuki atau ada petunjuk agar manusia memahami titik langkah pertama, karenanya  haruslah mengetahui fitrahnya dan memperbesar kodrat dan iradatnya agar ia dapat menentukan titik E itu, karena titik E tidak harus di tengah, boleh bergeser ke bawah atau bergeser ke atas dan tidak harus garis itu lurus boleh melengkung untuk mengelakkan rintangan.
b.       Melatih kemampuan/keterampilan agar dapat menerobos rintangan dengan tidak memakan energi yang banyak, sebab kalau melewati rintangan  dengan daya yang lemah, akan memakan tenaga rohani yang banyak, akhirnya belum lagi sampai pada dinding  batas ajal si anak manusia tadi sudah kehabisan energi Rohani, dan terjatuhlah disini sebelum sampai dibatas garis B-C lalu mati.
c.       Berdzikir, berdoa kepada Allah. Dengan dzikir / do’a  dengan energi kejiwaan yang selalu “ON” itu bermakna energi-kejiwaan “aktif” dan memancarlah energi itu sehingga dapat memperbesar qodrat yang dapat mengatasi masalah secara otomatis. Kadang-kadang malah dapat menimbulkan hal-hal yang diluar logika seperti pengalaman mukjizat para nabi, kekeramatan para wali, ma’unah atau irkhas bagi mukmin biasa karena mampu mengeluarkan energi  tak terhingga kekuatannya
            Maka untuk mengurangi garis-garis rintangan itu haruslah setiap diri memiliki aktivitas yang penuh, memiliki kecerdasan/keterampilan serta keteguhan hati (ulet dan gigih). Itulah sebabnya Islam selalu memerintahkan penganutnya agar banyak beribadah bekerja dan menganjurkan pula untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu dalam pengertian Islam adalah mencari kepandaian dan keahlian, dengan kepandaian itu manusia akan dapat hidup layak dan sanggup membuat lapangan kerja. Kalau sekarang menuntut ilmu tujuannya mndapatkan ijazah sampai maksimal S1, S2, S3     ( doktor ) tapi dengan ijazah itu  hanya mngharap mendapatkan kerja, mencari kerja dan yang mujur mendapat pekerjaan dengan kedudukan yang menguntungkan lalu sesudah itu    “ ngerjai orang “  Padahal dengan ilmu dan keterampilan manusia akan dapat melihat bukan hanya pada kehidupan yang sekarang tapi juga yang akan datang dan dapat melihat ke dalam dirinya tentang apa yang ada didalam dirinya. Sebab kunci merobah nasib adalah kemampuan merobah sumber daya yang ada didalam diri.
Dengan memperhatikan faktor:  qadar, takdir, sunnatullah, fitrah dan kodrat alam lalu memperhitungkan faktor-faktor kedirian (ilmu, iman, amal dan ikhtiar) dan mempertimbangkan faktor-faktor hambatan dan penyimpangan; inilah hakikat ajaran merubah nasib.

           3.Manusia dan Takdirnya

                Semesta alam (jagat raya) ini diliputi oleh hukum-hukum qadha dan qadar yang para ilmuwan menamakannya hukum alam  sebenarnya itu  adalah  Sunnah Allah. Begitu pula halnya diri manusia, sejak ruh ditiupkan ke dalam diri anak manusia yang masih berumur 4 bulan (120) hari, maka qodrat itu mulai bekerja dan qadar (ukuran/ketetapan) mulai berproses membentuk watak/perangai anak, syakilah yang mewarnai amal perbuatannya, rezekinya, daya tahan semua alat-alat tubuh, daya tahan nyawa serta pengalaman pahit dan manis, susah dan senang, derita dan ceria. Ketentuan qadar dan takdir ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad yang wajib diimani.

عن ابى عبد الرحمن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق ان احدكم يجمع خلقه في بطن امه اربعين يوما نطفة ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك ثم يرسل اليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر باربع كلمات يكتب رزقه واجله وعـمله وشقي او سعيد (بخاري ، مسلـم)
Artinya :
“Dari Abu Abdir Rahman Abdillah bin Mas’ud r.a telah berkata : “Telah menceritakan kepada kami Rasulullah saw yang dia sebagai orang yang percaya dan dipercaya: “Bahwasanya kamu sekalian telah dikumpulkan kejadiannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berupa cairan, kemudian berubah menjadi ‘alaqah (lintah mikro) seperti itu juga  kemudian diutuslah malaikat kepadanya, maka Malaikat itu meniupkan Ruh ke dalamnya  dan diperintahkan  untuk menetapkan empat ketetapan yaitu dengan menetapkan tentang rizkinya, ajalnya, amalnya dan tentang duka atau bahagia” (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).

             Dari hadits diatas kita dapat memahami bahwa Nasib dan takdir kita sudah ditetapkan, tapi cara memahaminya terkadang terjadi beda pendapat  sehingga akibat faham yang berbeda itu, berbeda pula sikap hidup sesuai faham yang diyakininya dalam menjalani kehidupan ini.
a.       Ditetapkan rizki, maksudnya bukan banyak sedikitnya rizki yang diperoleh, tatapi pintu rizki  yang ditetapkan Allah sesuai dengan keadaan, situasi dan kondisi. Ketika manusia masih dalam kandungan ibu pintu rizki terbuka satu pintu yaitu rizki makan melalui tali pusat si-anak  menyerap makanan dari dalam perut ibunya. Setelah anak lahir dibukakan Allah 2 pintu rizkinya,  pertama dari ibunya dalam bentuk air susu yang kedua dari langit berupa udara untuk bernafas. Setelah disapih dibukakan baginya 4 pintu rizki; pertama dari langit berupa udara yang kedua air minum dari bumi,ketiga dan keempat tanaman dan hewan yang juga dari bumi. Setelah anak dewasa dan terampil  boleh membuka sendiri pintu rizkinya sebanyak- banyaknya dengan usaha yang gigih dan ulet.
b.      Ditetapkan ajal, maksudnya bukan panjang atau pendeknya umur adalah sesuka-suka-Nya Allah, tetapi daya tahap hidup makhluk sudah ditetapkan Allah ukurannya. Misalnya daya tahan binatang jenis tertentu  mampu bertahan hidup sekian tahun, manusia sekian tahun. Konon menurut Hipotesa para ilmuwan daya tahan makhluk hidup ini mencapai 7 sampai 10 x masa membiaknya. Manusia umumnya mencapai 10 X masa kemampuan membiaknya; misalnya perempuan sudah dapat haid umur 12 tahun maka itu merupakan pertanda perempuan dapat membiak dalam usia 12 tahun maka daya tahan hidup perempuan mencapai 120 tahun. Laki laki biasanya sudah mengerti kawin umur 16 tahun maka daya tahan hidup laki laki sekitar 160 tahun Tentu tidak semuanya begitu kerena daya tahan ruh didalam diri manusia tidak sama ada kaitannya dengan kesehatan anak ibu /anak ketika sedang mengandung. Ketika manusia itu mengalami hambatan di dalam hidupnya maka energi jiwanya  terkuras, kemudian dengan adanya penderitaan dan penyakit, terkuras lagi ; akhirnya tinggallah energi jiwa hanya mampu untuk bertahan 60,65 atau 70 tahun saja. Ada pula nyawa/roh terlepas kerena bencana. kecelakaan ( Bus yang tabrakan, pesawat jatuh, kapal laut yang tenggelam ), kerena gempa, sunami peperangan dan sebagainya mereka mati sebelum ajal.
c.       Ditetapkan amalnya bukan amal dengan pengertian awam yaitu amal-ibadah. Amal ( عمل ) dalam Bahasa Arab artinya kerja atau  karya. Jadi ditetapkan kerjanya artinya manusia sudah ditentukan karakter dan talenta, maka seharusnya dia bekerja berdasarkan talenta (bakat) yang tersimpan didalam Gen-nya. Tapi karena anak manusia dididik tidak berdasar bakat maka orang bekerja menurut kerja apa yang dapat, padahal dia tidak ahli dalam  bidang itu, maka ia tidak sukes di situ dengan demikian rizki-pun  tidak dapat diraih dengan baik melalui pekerjaan itu. Padahal Allah sudah memesankan bahwa setiap orang harus berkarya berdasarkan syakilahnya masing masing :

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ ( الاسرأ : 84

“Katakan hai Muhammad, setiap orang bekerja atas syakilahnya masing    masing”( Q.S 17/ Al Israk : 84 )


d.      Ditetapkan celaka atau bahagia-nya seseorang, bukan berarti seseorang mengalami kecelakaan itu sudah menjadi ketetapan. Kalau seseorang ditabrak mobil itu merupakan ketetapan Allah, kalau begitu supir itu tidak bersalah karena ia manjalankan ketetapan Allah. Kalau Afghan dan Irak dihancurkan  Amerika, itu merupakan ketentuan Allah, George W. Bush tidak bersalah, dia juga sebagai pelaksana takdir Allah. Maksudnya ditetapkan tentang suka-dukanya bahwa seseorang itu memiliki pembawaan, karakter yang masing-masing punya cita rasa yang berbeda. Ada orang senang dengan alam yang sepi dan sunyi, maka ketika pensiun ia ingin pindah ke desa, tapi ada juga orang yang merasa gelisah, resah tinggal di daerah sepi ia kepingin pindah ke tempat yang penuh keramaian. Demikian suka atau senang dan tidak senang selalu berbeda pada diri manusia dalam menjalani kehidupan. Suka tak suka terhadap makanan, terhadap masalah, terhadap pakaian, terhadap situasi dan sebagainya setiap orang saling berbeda.
      Untuk memahami iman kepada qadar ini banyak manusia Muslim yang menjadi bingung karena adanya dua argumentasi yang bertolak belakang, antara menyerah kepada takdir dengan menerima apa adanya dengan berjuang  menguak takdir dengan kodrat yang dianugrahkan Allah berupa daya kekuatan jiwa dan kecerdasan
                   Cukup banyak ayat yang memberikan dalil keterangan bahwa manusia harus berusaha  merubah nasib, sebagaimana firman Allah :

.......إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ(1)


....Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka itu merubah sendiri apa (penyebab) yang ada dalam diri mereka sendiri ................(Q.S. 13/Ar-Ra’du: 11).

                   Dari ayat diatas ini ternyata adanya kesempatan yang diberikan Allah kepada hambanya untuk berikhtiar, berusaha merubah nasib buruk yang sedang menimpa, atau mencoba lari dari proses takdir buruk yang datang menerpa. Umpamanya anak yang lahir dengan cacat kandungan (bibirnya terkoyak), apakah dikatakan menentang takdir Allah kalau bibir yang terkoyak  itu dijahit oleh Dokter sehingga menjadi bagus?. Barangkali semua pembaca walau tanpa punya dalil qath’i akan spontan menjawab : “tidak  berdosa”.
                   Lagi pula Allah tidak akan memberikan beban berat keapda hambaynya dimana ia sendiri mengetahui bahwa hambanya itu tidak sanggup memikulnya, sebagaimana firmannya :

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ(2)
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya. (Karenanya Allah mengajarkan doa) “ Ya Tuhan kami, janganlah  engkau menghukum kami jika kami lupa atau bersalah, Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Q.S. 2 / Al-Baqarah : 286)

                Jelaslah, beban yang telah ditaqdirkan Allah yang harus dipikul oleh  manusia dalam perjalanan hidupnya, dapat diringankan oleh Allah dengan do’a yang mustajab sebagaimana sabda Rasulullah :
قال  رسول الله صلعم : لا يرد القضاء الا الدعاء ولا يزيد العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه (رواه الترمذي وبن حبان )

“Tidak ada yang mampu menolak ketentuannya ( Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan baik , dan sesungguhnya seseorang manusia diharamkan baginya rizki dengan dosa yang menimpanya”. ( H.R Tarmiji dn ibnu hibban ).

                Tapi bagaimana do’a yang mustajab itu? Apakah cukup dengan kata-kata yang bersusun kalimat-kalimat puitis, atau do’a yang dibaca beramai-ramai, atau doa oleh orang yang dianggap wara’, atau do’a yang dibaca pada tempat-tempat tertentu           ( dikuburan wali ?).
                Bukan demikian, doa yang mustajab adalah doa yang keluar dari inti jiwa hamba Allah, yang memancarkan energi bergelombang pendek sehingga doa yang berisi energi ke ilahian itu dapat merubah qadha ketetapan Allah yaitu “ketetapan hukum Allah” yang disebut “sunnatullah”. Seperti hokum “sunnatullah laut” yang tak mungkin dapat dibelah, tetapi Musa telah membelahnya. “Api yang panas dan membakar”, tapi bagi Ibrahim api terasa dingin dengan doanya. Di abad sekarang ini pun masih banyak orang-orang yang dengan kekuatan doanya ia dapat menguak takdir. Karena itulah Allah telah menjelaskan bahwa musibah itu bukan merupakan takdir Allah. Dalam surat 42/Asy-syura: 30, kita temukan lagi keterangan Allah :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Apa saja musibah yang menimpammu, itu adalah disebabkan oleh tanganmu sendiri, tapi Allah akan memaafkan sebahagian besar kesalahanmu”.(Q.S.42/Asy-syura:30).

                Keterangan ini dikuatkan lagi oleh ayat Al-Qur’an : yang terdapat dalam surat 74/Al-Muddatsir: 38).
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ(3
          “Tiap tiap diri bertanggung jawab atas apa ang telah diperbuatnya”( QS.  74/Al-Muddatsir: 38).

                Ayat diatas menyatakan bahwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya, jadi kalau sekiranya seoarang anak manusia berbuat suatu kesalahan, sedang ia sendiri melakukan itu hanya karena dorongan hukum qadha dan kodrat,  tentulah ia tidak akan bertanggung jawab terhadap perbuatannya itu. Padahal manusia itu boleh saja memilih kekafiran atau iman terserah kepada maunya sendiri, Firman Allah :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
Katanlah! kebenaran itu datang karena Tuhanmmu, maka barang siapa yang mau (dengan kebenaran itu) silahkan ia beriman, dan barang siapa yang tidak mau silahkan kafir...................”(Q.S.18 Al-kahfi :29).
                                                             
                Demikian pula tentang jalan sesat dan jalan lurus itu tergantung kepada pilihan hamba, bukan dipilihkan untuk hamba. Kalaupun manusia memilih jalan bengkok lalu ia terjerumus kedalam lembah kezholimann itu adalah kemauannya sendiri, bukan karena ketetapan Allah yang menginginkan supaya hambanya sesat,      ( mana mungkin Allah sengaja menyesatkan hambanya ) firman Allah :

إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ(4)
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat Dzolim kepada manusia sedikitpun akan tetapi manusia sendirilah yang berbuat dzolim kepada dirinya sendiri”.(Q.S.10/Yunus :44).                      
                Cukup banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menerangkan bahwa manusia diberikan kemerdekaan berusaha untuk merubah nasib dan menentukan pilihannya baik atau buruk.
                Tapi ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua telah ditetapkan Allah, manusia hanya menjalani ketetapan itu banyak juga seperti data ayat  di bawah ini :
Data 1.
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (Q.S. 35/Al- Fathir: 8)

Data 2.

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ(1)
Maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan bala ( kejadian buruk ) mengandung hikmah yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. 8/Al-Anfal : 17)

Data 3

وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ(4)

“Tidak akan bermanfaat bagi kamu nasehat jika saya (Nuh) hendak menasehati kamu, jika Allah menghendaki menyesatkan kamu, Dia-lah Tuhan-mu dan kepada-Nya kamu kembali (Q,.S. 11/Hud : 34)

Data 4

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ(2)
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).( QS.Al-Baqarah : 272 )

Data 5

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(1)
Dan jika Allah menyentuhkan kepadamu kemudaratan, maka tak siapapun yang sanggup  menghilangkannya melainkan hanya Dia, jika disentuhkan kepadamu kebaikan, maka hanya Dia yang berkuasa atas tiap-tiap sesuatu”.(Q.S.6/Al-An’am : 17)

          Masih ada ayat ayat lain yang dapat mendukung keterangan bahwa manusia itu tunduk dengan hukum qadha/qadar yang sudah ditetapakan sebelumnya, tidak ada satu kekuatan lain selain Allah yang dapat menguakkan taqdir itu.
          Maka jadinya kita  tegak diantara dua persimpangan arah mana yang harus ditempuh. Pertama kita akan menempuh jalan dimana manusia memiliki kesempatan/kemampuan menentukan pilihannya terhadap tujuan hidup serta berusaha dengan kemampuannya untuk merubah nasib, seperti kita naik mobil pribadi yang boleh  memilih jalan pintas asal patuh pada rambu-rambu. Kedua, seperti kita naik kereta api yang sudah ditetapkan pemberhentiannya ( stasiun KA ), juga sudah diprogram bahwa kita hanya penumpang yang mesti turun pada tempat yang sudah dijanjikan.
     Apakah memang jalan Allah memiliki dua jalur ?
           Jalan Allah itu lurus, tidak mungkin ada persimpangan, kalaupun persimpangan ada, itu dikarenakan manusia sendirilah yang membuat simpang karena kesalahpahaman atau kebodohannya dalam memahami arti qadha, qadar, takdir dan makna tersirat yang ada  dalam ayat-ayat tersebut.
            Manusia adalah makhluk yang memiliki dua badan yaitu badan jasmani dan rohani, yang jasmani tunduk dengan hukum alam syahadah (hokum alam konkrit/ alam nyata). Rohani manusia tunduk pada hokum alam rohani (alam abstrak/gaib).
            Seorang kiyai yang mengajarkan agama kepada jama’ah apa yang diucapkan oleh kiyai itu adalah perkataan Kiyai itu sendiri, sedangkan Nabi Muhammad mengajarkan Islam kepada umatnya, yang disampaikannya itu adalah firman Allah.
                   Sekarang  marilah kita perhatikan ayat-ayat sebagai dalil yang menyatakan bahwa kita  hanyalah makhluk yang telah di kendalikan oleh Allah seperti bunyi ayat yang terdapat pada data 1 sampai data 5.

           Data 1
“………………….. maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya;………………..(Q.S. 35/Al- Fathir: 8)

         Terjemahan diatas ( yang huruf tebal ) telah terjadi pergeseran makna , karena kata : YUDHILLU artinya “menyesatkan”, kata : MAN artinya “orang”. Kata : YASYA’U artinya : “mau”.
   Semestinya di terjemahkan : “sesungguhnya Allah menyesatkan orang yang mau” (yaitu siapa saja yang mau atau memilih kesesatan). Ayat ini di kuatkan dengan firman Allah yang lain . Dengan terjemhan umum : ) maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; yang seolah olah Allah itu bersikap sewenang wenang sesukanya saja padahal makna harfiahnya tidak begitu. Supaya tidak salah pemahaman maka Allah menguatkan lagi firman-Nya itu dengan ayat berikut ini :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا(2)
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek .(Q.S. 18/Al-Kahfi:29).

         Data 2

“……….. bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar……………………. (Q.S. 8/Al-Anfal : 17)

          Ayat ini menunjukkan adanya pngaruh energi ke-Ilahi-an yang bekerja di dalam diri Nabi. Ketika Nabi Musa melemparkan tongkatnya lalu menjadi ular, sesungguhnya lemparan itu adalah dari energi ke-ilahian yang bangkit di dalam diri Musa yang telah menyatu dengan energi diri Musa sehingga dapatlah disebut bahwa lemparan itu adalah “Lemparan Allah”.
             Akan tetapi apabila anda melempar pohon mangga yang berbuah lebat di halaman tetangga, lemparan itu adalah dari diri anda yang di dorong oleh hawa nafsu  jangan anda katakan “itu lemparan Allah “.

           Data 3.
“Tidak akan bermanfaat bagi kamu nasehat jika saya (Nuh) hendak menasehati kamu, jika Allah menghendaki menyesatkan kamu, Dia-lah Tuhan-mu dan kepada-Nya kamu kembali (Q,.S. 11/Hud : 34)

           Ayat ini menjelaskan bahwa usaha manusia tidak akan berguna bila Allah menghendaki lain.
            Demikian juga makna yang terkandung pada data 4 dan 5, menjelaskan bahwa petunjuk yang diberikan tidak ada gunanya kalau Allah tidak menghendaki untuk menunjukinya. Kemudharatan tidak bisa di elakkan karena Allah yang berkuasa untuk menghilangkannya.
             Kita tidak boleh  memahamkan makna yang tersurat tapi harus merenungi makna yang tersirat. Bagaikan listrik,  begitu energi ke-ilahian itu masuk mengalir kedalam diri manusia  melewati  saluran di dalam diri manusia ada dua saluran yang mengarah kepada kebaikan dan yang lainnya mengarah kepada ke burukan (dan itu merupakan hukum qadha Allah yang diciptakannya berpasang-pasangan ( ada positif dan negatif ada jantan dan betina, laki laki dan perempuan ). Kalau saluran yang ada dalam diri terbuka kearah keburukan maka energi ke-Ilahian itupun mengalir ke arah perbuatan buruk, sehingga yang mendorong perbuatan buruk itu adalah energi ke-Ilahian itu.
              Bila dengan kekuatan iman manusia dapat membuka saluran kearah perbuatan baik, maka energi ke-ilahian itupun mengalir kearah perbuatan baik maka jadilah perbuatan baik yang di dorong oleh energi ke-ilahian. Keadaan itu seolah-olah bahwa prbuatan baik dan buruk di dorong oleh energi ke-ilahian, atau dengan sebutan  sinplifikasi: “atas kehendak Allah”, lalu dituduh Allah sebagai pelaksana kejahatan maka ketika itu orang Islam sudah pindah ke-keyakinan Hindu dimana mereka yakin ada Tuhan kejahatan ( Syiwa ) ada Tuhan kebaikan ( Brahma )
               Maka kita sendirilah yang berupaya merobah diri dengan membentuk kepribadian, membenahi kekurangan didalam diri, berusaha membuka selubung hati dengan dzikir yang banyak, dengan demikian ajaran kebenaran akan menetap mantap di dalam qalbu tidak bergeser oleh arus dorongan hawa nafsu. Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran yang tinggi. Jelaslah bahwa maksud perkataan : “Tidak ada arti nasehat kalau Allah menghendaki lain”, maksudnya : “tidak akan bermanfaat nasehat dan ajaran agama bagi seseorang yang ia membuka saluran jiwanya ke arah jalan kesesatan maka kesesatanlah yang ditemuinya dengan ajaran agama yang tinggi itu. Dengan cara berfikir filosofis kita bertanya  “kenapa seseorang yang berpendidikan Agama tega berbuat kejahatan? Jawabnya: “pintu kejahatan didalam dirinya telah terbuka sehingga energi ke-Ilahian yang ada dalam dirinya mendorong ke-perbuatan jahat sehingga perbuatan jahatnya karena didorong energi ke-Ilahian, samalah artinya: “itu atas kehendak Allah”, jadi beragama adalah merupakan upaya untuk membuka jalan kebaikan di dalam jiwa, dengan petunjuk:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

Apa saja musibah yang menimpamu berupa kebaikan adalah itu dari Allah dan apa saja musibah yang menimpamu bentuk kejahatan adalah kesalahan dirimu sendiri, dan Kami utus engkau untuk  manuia sebgai Rasul dan cukuplah Allah menjadi saksi”.(Q.S.4/ An-nisa’ :79).
              
              Benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan tetap tunduk, patuh kepada hukum Sunatullah karena mereka itu tidak memiliki akal pikiran untuk menentangnya, agar bisa lari dari hukum qadha dan qadar tetapi manusia dengan akal budinya, dengan iradatnya akal pikirannya mampu melarikan diri dari keadaan takdir yang buruk kalau energi yang mendorong takdir itu dibawah qodrat manusia itu sendiri, tapi bila tertumbuk pada dinding qodrat yang lebih tinggi dari kekuatan akalnya atau kekuatan jiwanya, maka manusia akan terbawa arus takdir itu. Alam dapat dirubah manusia malah lebih banyak kearah yang buruk seperti pencemaran alam dan lingkungan. Sehubungan dengan hal itu-lah Allah berfirman

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(1)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” .( QS. 30/Ar-Rum :41 )

Contoh kasus.
                Terdorong oleh keuntungan yang besar manusia telah merambah hutan, memotong kayu di gunung, lalu gunung menjadi gundul, akibatnya ketika hujan lebat datanglah banjir melanda lahan pertanian, sawah dan juga kota. Orang awam yang menyalah artikan takdir, mengtakan :” semua ini adalah kehendak Allah”, atau katanya : ” Allah sdang menguji hambanya” Banyak orang berpendapat : kalau lahir anaknya cacat katanya takdir Allah, kalau cantik,  karena mamamya yang cantik atau papanya yang ganteng. Kalau usahanya gagal, katanya “takdir Allah”, kalau beruntung karena usahanya yang gigih dan ulet. Bila ia di undang orang dan dia berniat datang katanya : “ya, saya pasti datang” tapi kalau merasa malas lalu ia mengatakan “Insya Allah”.
                Rupanya bukan hanya limbah-pencemaran-alam saja yang merusak lingkungan tapi juga “limbah pikiran-kotor” lebih parah merusak lingkungan hidup manusia.  Pikiran-pikiran kotor seperti tersebut di atas akan menghancurkan masa depan umat, merusak aqidah generasi yang akan datang.
             Prof.K.H.M.Thayib Abd. Muin dalam bukunya “Ilmu kalam” halaman 229 ia mngatakan : “Tetapi jangan hendaknya orang salah paham mengartikan qadar Allah itu. Yang di maksud percaya pada qadar bukanlah harus percaya begitu saja bahwa segala sesuatu yang ditetapkan Allah pasti terjadi tanpa ada sebab-musababnya dan unsur-unsur yang semestinya harus ada untuk syarat timbulnya kejadian itu. Dan dengan qadar Allah itu tidak berarti bahwa seuatu itu mesti terjadi walaupun sebab-sebabnya berjauhan dan tidak lengkap. Faham yang demikian itu adalah faham orang yang bodoh-bodoh, sebagai faham yang salah dan sesat. Sebab dengan faham begitu lalu mereka berkata bawa segala sesuatu itu telah ditentukan Tuhan dan ditetapkan-Nya scara absolut”.

             Padahal menurut ajaran Allah bahwa “ketentuan Allah dapat saja berubah kalau Ia mau merubahnya”, sebagaimana yang pernah difirmankan-Nya:
يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ(3)
“Allah akan menghapus ketetapan-Nya bila Dia kehendaki dan menetapkanya bila Ia kehendakinya dan pada sisi-Nya terdapat Ummu’l Kitab (sumber ketetapan di Lauhu’l Mahfudz).(Q.S.13/ Ar-Ra’du:39)
         
              Jelasnya makhluk Allah itu berjalan di atas takdir yang telah ditetapkan sebelumnya dalam qadha dan qadar, tapi karena manusia itu diprogram Allah menjadi khalifah di bumi, maka manusia dibekali kodrat/iradat sebagai kekuatan hidupnya. Manusia yang telah mengemban kekhalifahan itu, dapat mengembangkan kodrat dan iradatnya sehingga ia memilih sendiri jalan mana yang lebih baik, ini berkat adanya petunjuk Allah sehingga manusia dapat menyempurnakan keadaan fisik, intelektual, mental dan intelegensinya. Manusia dengan akalnya dapat merubah takdir alam beserta hukum-hukumnya sehingga ia dapat membuat barang-barang baru, maka muncullah kebudayaan diatas dunia. Selain itu daya kejiwaan manusia juga dapat menguakkan takdir sehingga beban musibah yang ditakdirkan akan menimpa, dapat di elakkan oleh manusia dengan do’anya kehadirat Allah dan Allah mengabulkan do’a yang ikhlas : “Allah akan menghapus ketetapan-Nya bila Dia kehendaki dan menetapkanya bila Ia kehendakinya dan pada sisi-Nya terdapat Ummu’l Kitab (sumber ketetapan di Lauhu’l Mahfudz).(Q.S.13/ Ar-Ra’du:39)
         
               Burung-burung mampu terbang di langit, sedang manusia hanya dapat melangkah di bumi, ini adalah satu diantaranya sekian banyak takdir Allah terhadap hambanya, tetapi karena kemajuan yang telah di capai manusia dengan ketajaman intelegensinya maka manusia dapat juga terbang malah melebihi kemampuan burung. Mungkin suatu ketika manusia akan sampai di planet lain diluar Solar sistem kita, namun bagi yang mampu menguak taqdir hendaklah bersyukur kepada Allah karena tenaga penguak itupun adalah pemberian Allah, bagi yang tidak mampu hendaknya ia menyadari dirinya, tentang kelemahan dirinya, keburukan nasibnya, bersabar dan tawakkal kepada Allah. Jangan menuduh Allah yang menzalimi, tapi diri sendirilah yang zhalim ; inilah hakikatnya ayat Allah sebagai yang telah dikutip terdahulu : “sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim kepada manusia tetapi manusia itu sendirilah yang berbuat zhalim terhadap dirinya sendiri” (Q.S. 10/Yunus : 44)
            Dari ayat - ayat takdir yang sudah dikumpulkan, rasanya kita akan tertegun diantara dua alternatif, tunduk kepada hukum takdir atau dengan qadha dan qadar yang ada didalam diri  kita  berusaha menguak takdir. (  bersambung : Menguak Takdir  3 )






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar