MANUSIA DAN
PERJALANAN HIDUPNYA
1. PERJALANAN HIDUP MANUSIA
Sebagaiamana
yang sudah penulis katakana di pendahuluan bahwa manusia menempuh perjalanan
hidup ini tidak selalu melalui jalan yang lempang dan lurus, tapi banyak
liku-liku dan penuh rintangan-rintangan. Manusia terus beraktivitas memburu
cita-cita dan harapan, ada yang terbentur
ke dinding terjal, ada yang terjatuh ke jurang kehidupan, ada yang
terjerembab ada yang selamat sampai, namun yang sampai itu tidak terlepas dari
berbagai rintangan yang dilaluinya dengan menguras energi yang banyak dari
dalam dirinya.
Sementara
disisi lain bukan tidak banyak orang yang menempuh perjalanan hidupnya dengan
santai tanpa aktivitas hanya sekedar hidup cari makan, berkembang biak lalu sampai
keterminal kehidupan dengan meninggalkan pengalaman pahit yang tak terhitung .
Mereka hanya seperti nyamuk-nyamuk beterbangan mencari makan, membiak dan
mati. Kalau dipikir-pikir hidup nyamuk malah lebih baik daripada si manusia
yang tujuan hidupnya hanya mencari makan dan membiak . Nyamuk
hanya hidup beberapa hari saja , berjuta mereka lahir dan berjuta mereka yang
mati. Ada yang
mati setelah kenyang, ada yang mati sebelum makan dan sebelum sempat
berhubungan kelamin. Mereka hidup tidak
merusak lingkungan dan mati bangkainya tidak berbau busuk Manusia dapat
menempuh kehidupan lebih dari 22.000 hari berkesempatan 4000x hubungan kelamin
dengan anak dari 1 sampai 10 dan
berkesempatan makan sebanyak lebih dari 66.000 kali. Untuk memenuhi kebutuhan
makan entah berapa banyak hewan yang dibunuh, berapa ribu kilogrm beras yang dimakan, entah berapa
galon tinja yang dibuang dan sampah yang mengotori bumi menimbulkan dampak buruk, berapa banyak bumi
yang dilobangi, berapa batang pohon yang ditebang, hutan yang digunduli, yang
menyebabkan banjir maka bumipun tercemar
oleh ulah manusia.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(1)
“Telah
kelihatan kerusakan di daratan maupun di lautan disebabkan karena perbuatan
tangan manusia itu sendiri , supaya mereka merasakan (akibat) dari perbuatannya
mudah-mudahan mereka mau kembali (menyadari)”(q.s.Ar-ruum/30:41)
Pengrusakan bumi dilakukan manusia secara tradisional terjadi dimana mana
belum lagi pengrusakan secara teknologi tinggi. Manusia tidak menyadari bahwa
dengan pemakaian farpum saja lingkungan hidup dapat tercemar, dengan bahasa
guyon : “ gara-gara bau ketiak langit
terkoyak-koyak” ( Untuk menghindari bau badan manusia telah memproduksi parfum yang
dikemas dalam kemasan khusus. Agar parfum bisa menyemprot keluar dalam kemasan itu diisi zat pendorong yang
bernama freon, pada hal zat itu bila di lepas keudara dapat merusak lapisan
ozon, kalau ozon rusak sinar matahari akan lebih panas masuk kebumi, dan manusia bisa dapat musibah ).
Itu baru salah satu
perbuatan manusia yang tanpa di sadarinya telah merusak alam, belum lagi karena
ingin berkuasa manusia telah menciptakan
mesin pembunuh, dan manusia terlibat
dalam perbuatan nista saling bunuh-bunuhan. Nyamuk berjuta-juta lahir dan mati
terbunuh tapi mereka tidak saling membunuh dan bangkai nyamuk tidak merusak
lingkungan tidak menimbulkan limbah yang berbahaya. Allah
telah menyampaikan sindirannya dalam
Surah Al Baqarah ayat 26 yang sudah
dikutip diatas:
“Sesungguhnya
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari
itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu
benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah
maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak
orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali
orang-orang yang fasik” ( QS.2/ Al-Baqarah : 26 )
Maka duniapun
merupakan gelanggang tempat bermain dan bersenda gurau yang benar benaran bukan
sandiwara, berlakon terus sampai lupa diri dan waktu. Dalam permainan itu
bermacam macamlah tingkah polah manusia,ada yang berlakon sebagai pemimpin
diktator yang hanya memikirkan
kesenangannya tidak sempat lagi memikirkan ummat yang dipimpinnya walaupun Nabi
pernah berpesan:
كلكم راع وكلكم مسئول
عن رعيته
”
Setiap kamu pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanyai tentang apa yang
dipimpinnya)”
Ada yang berlakon sebagai
penegak keadialan tapi hanya merupakan sinetron yang hanya menampilkan pelaku
antagonis : perampok, penjarah , pembunuh, pemerkosa, pencuri, koruptor Namun
demikian penonton sendiri tidak sebagai penonton yang baik tapi penonton yang
ribut sesamanya sehingga apa yang sedang kejadian diatas pentas kehidupan tidak
sempat diperhatikan dan tidak dimengerti kenapa dan mengapa. Itulah keadaan
anak bangsa yang sekarang dan bagaimana lagi anak bangsa dimasa mendatang ?
Allah mengatakan tentang kehidupan dunia ini :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ(4)وَإِذَا
تَوَلَّى سَعَى فِي الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ(5)
“Diantara
manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia ini sangat menarik
hati, dan dipersaksikannya kepada Allah isi hatinya itu; padahal ia adalah
penantang yang paling keras. Dan ketika dia berpaling darimu diapun berusaha di
bumi untuk merusak bumi, merusak tetumbuhan
(hutan) serta binatang, dan Allah tidak menyukai kerusakan
itu”(Q.S.Al-Baqarah /2:204,205).
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا
فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Kehidupan dunia dijadikan indah
bagi orang-orang kafir yang memandang hina orang-orang beriman. Padahal
orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari mereka di hari kiamat. Dan Allah
memberi rezeki kepada orang-orang yang mau tanpa perhitungan “(Q
S/.Al-baqarah:212).
........وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ(5)
-“....................Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan “(َQ S/ Ali-Imran:185)
...........فَلَمَّا
كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ
كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ
عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ
لِمَنِ اتَّقَى وَلا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا(7)
“..........Setelah diwajibkan kepada mereka berperang tiba-tiba
sebagian dari mereka takut kepada manusia (musuh ) seperti takutnya kepada
(hukum) Allah, malah lebih bersangatan takutnya, mereka berkata :”ya Tuhan kami
mengapa engkau wajibkan berperang kepada kami, mengapa tidak engkau tangguhkan
beberapa waktu lagi?”. Katakanlah “Kesenangan dunia ini hanya untuk sebentar
dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan
dianiaya sedikitpun “(Q.S/ An-Nisaa’:77).
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ
الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقـِلُونَ(2
-“Dan
tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanya main-main dan
sendagurau..”(Q.S/Al-An’am :32).
الَّذِينَ اتَّخَذُوا د ِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ
يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ(1)
“ Orang-orang yang menjadikan agama mereka
sebagai main-main dan senda gurau saja, dan kehidupan dunia telah menipu
mereka......…………” ( Q.S.7/ Al A’raf : 51 )
Demikianlah
Allah telah menggambarkan kehidupan dunia itu kepada kita :
a. Dunia merupakan panggung sandiwara merupakan
arena tempat bermain-main dan bersenda gurau bagi orang-orang yang gila dunia dan engkar kepada Allah .
b. Mereka berkata bahwa dunia ini sangat
menakjubkan dan dia bersaksi atas nama Allah bahwa ia akan membangun kehidupan
di dunia (memakmurkan bumi) padahal mereka itulah yang merusak lingkungan hidup
dengan merusak hutan dan binatang.
c. Kebanyakan
orang hanya mencari kesenangan hidup di dunia.
d. Orang-orang
beriman yang takut kepada Allah juga terjebak dengan kesenangan dunia ini
terbukti ketika diwajibkan berjihad mereka takut mati membela agama Allah,
padahal kehidupan sesudah mati lebih indah dan kekal.
e. Mereka
hanya menjadikan agama ini hanya main-main (tidak sungguh-sungguh) hanya
tradisi dan hanya senda gurau, Islam KTP
2. Manusia dalam Kurungan
Ajalnya
Hidup yang hanya sekedar main main
itu sebenarnya hanyalah liku-liku perjalanan manusia dalam petak kehidupan yang
disebut “kurungan ajal”
Rasulullah telah membuat peta gambar
perjalanan hidup anak manusia itu dalam kurungan ajalnya, sebagai berikut :
وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال : خط
النبي صلى الله عـليه وسلم خط مربعا وخط خطا فى الوسط خارجا
مـنه وخط خطـطا صغارا الى هذاالـذى فى الوسط من جانبه
الذى فى الوسط فقال : هذا الانســان وهذا أجـله محيطا بـه أو
قـد أحاط بـه وهذا الذى هو خارج أمـله وهذه الخطـط الصغـار الأعـرض, فإن أخطـأه هذا نهشه هذا,
وإن أخطأه نهشه هذا . (رواه
البخاري):
“Abdullah bin Mas’ud R.A. berkata : Rasululllah SAW membuat gambar
segi empat yang ditengah-tengah ada garis lurus memanjang hingga keluar dari
kotak segi empat itu, dan dipinggir garis itu ada garis-geris kecil, lalu Nabi
mengatakan : ini manusia, dan garis segi empat itu adalah kurungan ajalnya,
sedangkan garis panjang yang keluar
batas itu adalah hasrat, angan-angan, cita-cita manusia dan garis-garis
kecil itu adalah gangguan, rintangan yang selalu dihadapi manusia. Maka bila ia selamat dari rintangan
pertama, mungkin akan terkena pada rintangan kedua, jika ia terhindar dari yang
satu terkena pula dengan yang lainnya”. (Hadits Shahih,
Riwayat Bukhari dan Muslim)
Manusia berada
dalam kurangan ajalnya (kotak A-B-C-D-A), dengan cita-cita dan harapan yang
setinggi langit dan ingin hidup seribu tahun, itulah makna hidup yang
digambarkan garis E-F yang lewat ke luar batas garis. Berjalanlah anak manusia
menempuh perjalanan hidup yang dia tidak tahu berapa luas kurungan ajalanya
itu. Allah-pun tidak menetapkan begitu saja luas kurangan ajal itu tanpa
sebab-musabab. Sebabnya itu ada pada dasar kejadian manusia diawal pembentukan,
apakah zat hidup yang datang dari ayah dan zat hidup dari ibu memang perpaduan
yang harmonis, apakah mudghah yang didalam rahim memang mudigah yang telah siap benar untuk menerima
sang-Ruh yang masuk ketika usia 120 hari itu atau mudghah itu belum cukup kuat
untuk menerima sang Ruh kerena ibu yang mengandung itu tidak sehat, ini ada
hubungannya dengan luas atau sempitnya kurungan ajal, banyak atau sedikitnya
garis-garis rintangan.
Maka seorang
anak manusia yang berjalan dari titik E menuju F selalu saja ada rintangan yang dihadapinya. Rintangan itu
banyak atau sedikit, tinggi atau rendah ini bergantung kepada kepribadian
manusia itu. Misalnya anak yang sentimentil, yang perasa, pemalu dan agak
penakut, dalam mengurus kepentingannya akan lebih banyak rintangan dari seorang
anak pemberani dan tak-pedulian.
Dimana letaknya
usaha/ikhtiar merubah nasib ?
a.
Manusia harus
memperhatikan langkah pertama ia bertolak dari titik E, untuk itu ada orang
yang menunjuki atau ada petunjuk agar manusia memahami titik langkah pertama,
karenanya haruslah mengetahui fitrahnya
dan memperbesar kodrat dan iradatnya agar ia dapat menentukan titik E itu, karena
titik E tidak harus di tengah, boleh bergeser ke bawah atau bergeser ke atas
dan tidak harus garis itu lurus boleh melengkung untuk mengelakkan rintangan.
b.
Melatih
kemampuan/keterampilan agar dapat menerobos rintangan dengan tidak memakan
energi yang banyak, sebab kalau melewati rintangan dengan daya yang lemah, akan memakan tenaga
rohani yang banyak, akhirnya belum lagi sampai pada dinding batas ajal si anak manusia tadi sudah
kehabisan energi Rohani, dan terjatuhlah disini sebelum sampai dibatas garis
B-C lalu mati.
c.
Berdzikir, berdoa
kepada Allah. Dengan dzikir / do’a dengan
energi kejiwaan yang selalu “ON” itu bermakna energi-kejiwaan “aktif” dan
memancarlah energi itu sehingga dapat memperbesar qodrat yang dapat mengatasi
masalah secara otomatis. Kadang-kadang malah dapat menimbulkan hal-hal yang
diluar logika seperti pengalaman mukjizat para nabi, kekeramatan para wali,
ma’unah atau irkhas bagi mukmin biasa karena mampu mengeluarkan energi tak terhingga kekuatannya
Maka untuk
mengurangi garis-garis rintangan itu haruslah setiap diri memiliki aktivitas
yang penuh, memiliki kecerdasan/keterampilan serta keteguhan hati (ulet dan
gigih). Itulah sebabnya Islam selalu memerintahkan penganutnya agar banyak
beribadah bekerja dan menganjurkan pula untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu dalam
pengertian Islam adalah mencari kepandaian dan keahlian, dengan kepandaian itu
manusia akan dapat hidup layak dan sanggup membuat lapangan kerja. Kalau
sekarang menuntut ilmu tujuannya mndapatkan ijazah sampai maksimal S1, S2, S3 (
doktor ) tapi dengan ijazah itu hanya
mngharap mendapatkan kerja, mencari kerja dan yang mujur mendapat pekerjaan
dengan kedudukan yang menguntungkan lalu sesudah itu “ ngerjai orang “ Padahal dengan ilmu dan keterampilan
manusia akan dapat melihat bukan hanya pada kehidupan yang sekarang tapi juga
yang akan datang dan dapat melihat ke dalam dirinya tentang apa yang ada
didalam dirinya. Sebab kunci merobah nasib adalah kemampuan merobah sumber daya
yang ada didalam diri.
Dengan memperhatikan faktor: qadar,
takdir, sunnatullah, fitrah dan kodrat alam lalu memperhitungkan faktor-faktor
kedirian (ilmu, iman, amal dan ikhtiar) dan mempertimbangkan faktor-faktor
hambatan dan penyimpangan; inilah hakikat ajaran merubah
nasib.
3.Manusia dan Takdirnya
Semesta alam
(jagat raya) ini diliputi oleh hukum-hukum qadha dan qadar yang para ilmuwan
menamakannya hukum alam
sebenarnya itu adalah Sunnah Allah. Begitu pula halnya diri
manusia, sejak ruh ditiupkan ke dalam diri anak manusia yang masih berumur 4
bulan (120) hari, maka qodrat itu mulai bekerja dan qadar (ukuran/ketetapan)
mulai berproses membentuk watak/perangai anak, syakilah yang mewarnai amal
perbuatannya, rezekinya, daya tahan semua alat-alat tubuh, daya tahan nyawa
serta pengalaman pahit dan manis, susah dan senang, derita dan ceria. Ketentuan
qadar dan takdir ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad yang wajib diimani.
عن ابى عبد الرحمن عبد الله بن مسعود
رضي الله عنه قال : حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق ان
احدكم يجمع خلقه في بطن امه اربعين يوما نطفة ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة
مثل ذلك ثم يرسل اليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر باربع كلمات يكتب رزقه واجله وعـمله
وشقي او سعيد (بخاري ، مسلـم)
Artinya :
“Dari Abu Abdir
Rahman Abdillah bin Mas’ud r.a telah berkata : “Telah menceritakan kepada kami
Rasulullah saw yang dia sebagai orang yang percaya dan dipercaya: “Bahwasanya
kamu sekalian telah dikumpulkan kejadiannya di dalam perut ibunya selama 40
hari berupa cairan, kemudian berubah menjadi ‘alaqah (lintah mikro) seperti itu
juga kemudian diutuslah malaikat
kepadanya, maka Malaikat itu meniupkan Ruh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menetapkan empat ketetapan yaitu dengan
menetapkan tentang rizkinya, ajalnya, amalnya dan tentang duka atau bahagia”
(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dari hadits
diatas kita dapat memahami bahwa Nasib dan takdir kita sudah ditetapkan, tapi
cara memahaminya terkadang terjadi beda pendapat sehingga akibat faham yang berbeda itu,
berbeda pula sikap hidup sesuai faham yang diyakininya dalam menjalani
kehidupan ini.
a.
Ditetapkan
rizki, maksudnya bukan banyak sedikitnya rizki yang
diperoleh, tatapi pintu rizki yang
ditetapkan Allah sesuai dengan keadaan, situasi dan kondisi. Ketika manusia
masih dalam kandungan ibu pintu rizki terbuka satu pintu yaitu rizki makan
melalui tali pusat si-anak menyerap
makanan dari dalam perut ibunya. Setelah anak lahir dibukakan Allah 2 pintu rizkinya, pertama dari ibunya dalam bentuk air susu
yang kedua dari langit berupa udara untuk bernafas. Setelah disapih dibukakan
baginya 4 pintu rizki; pertama dari langit berupa udara yang kedua air minum
dari bumi,ketiga dan keempat tanaman dan hewan yang juga dari bumi. Setelah
anak dewasa dan terampil boleh membuka
sendiri pintu rizkinya sebanyak- banyaknya dengan usaha yang gigih dan ulet.
b.
Ditetapkan
ajal, maksudnya bukan panjang atau pendeknya umur
adalah sesuka-suka-Nya Allah, tetapi daya tahap hidup makhluk sudah ditetapkan Allah
ukurannya. Misalnya daya tahan binatang jenis tertentu mampu bertahan hidup sekian tahun, manusia
sekian tahun. Konon menurut Hipotesa para ilmuwan daya tahan makhluk hidup ini
mencapai 7 sampai 10 x masa membiaknya. Manusia umumnya mencapai 10 X masa
kemampuan membiaknya; misalnya perempuan sudah dapat haid umur 12 tahun maka
itu merupakan pertanda perempuan dapat membiak dalam usia 12 tahun maka daya
tahan hidup perempuan mencapai 120 tahun. Laki laki biasanya sudah mengerti
kawin umur 16 tahun maka daya tahan hidup laki laki sekitar 160 tahun Tentu
tidak semuanya begitu kerena daya tahan ruh didalam diri manusia tidak sama ada
kaitannya dengan kesehatan anak ibu /anak ketika sedang mengandung. Ketika
manusia itu mengalami hambatan di dalam hidupnya maka energi jiwanya terkuras, kemudian dengan adanya penderitaan
dan penyakit, terkuras lagi ; akhirnya tinggallah energi jiwa hanya mampu untuk
bertahan 60,65 atau 70 tahun saja. Ada
pula nyawa/roh terlepas kerena bencana. kecelakaan ( Bus yang tabrakan, pesawat
jatuh, kapal laut yang tenggelam ), kerena gempa, sunami peperangan dan
sebagainya mereka mati sebelum ajal.
c.
Ditetapkan
amalnya bukan amal dengan pengertian awam yaitu
amal-ibadah. Amal ( عمل ) dalam Bahasa Arab
artinya kerja atau karya. Jadi
ditetapkan kerjanya artinya manusia sudah ditentukan karakter dan talenta, maka
seharusnya dia bekerja berdasarkan talenta (bakat) yang tersimpan didalam
Gen-nya. Tapi karena anak manusia dididik tidak berdasar bakat maka orang
bekerja menurut kerja apa yang dapat, padahal dia tidak ahli dalam bidang itu, maka ia tidak sukes di situ
dengan demikian rizki-pun tidak dapat
diraih dengan baik melalui pekerjaan itu. Padahal Allah sudah memesankan bahwa
setiap orang harus berkarya berdasarkan syakilahnya masing masing :
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ ( الاسرأ : 84
“Katakan hai Muhammad, setiap orang bekerja atas syakilahnya masing masing”( Q.S 17/ Al Israk : 84 )
d.
Ditetapkan
celaka atau bahagia-nya seseorang, bukan berarti
seseorang mengalami kecelakaan itu sudah menjadi ketetapan. Kalau seseorang
ditabrak mobil itu merupakan ketetapan Allah, kalau begitu supir itu tidak
bersalah karena ia manjalankan ketetapan Allah. Kalau Afghan dan Irak
dihancurkan Amerika, itu merupakan
ketentuan Allah, George W. Bush tidak bersalah, dia juga sebagai pelaksana
takdir Allah. Maksudnya ditetapkan tentang suka-dukanya bahwa seseorang itu
memiliki pembawaan, karakter yang masing-masing punya cita rasa yang berbeda. Ada orang senang dengan
alam yang sepi dan sunyi, maka ketika pensiun ia ingin pindah ke desa, tapi ada
juga orang yang merasa gelisah, resah tinggal di daerah sepi ia kepingin pindah
ke tempat yang penuh keramaian. Demikian suka atau senang dan tidak senang
selalu berbeda pada diri manusia dalam menjalani kehidupan. Suka tak suka
terhadap makanan, terhadap masalah, terhadap pakaian, terhadap situasi dan
sebagainya setiap orang saling berbeda.
Untuk memahami iman kepada qadar
ini banyak manusia Muslim yang menjadi bingung karena adanya dua argumentasi
yang bertolak belakang, antara menyerah kepada takdir dengan menerima apa
adanya dengan berjuang menguak takdir
dengan kodrat yang dianugrahkan Allah berupa daya kekuatan jiwa dan kecerdasan
Cukup
banyak ayat yang memberikan dalil keterangan bahwa manusia harus berusaha merubah nasib, sebagaimana firman Allah :
.......إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ(1)
“....Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum
sehingga mereka itu merubah sendiri apa (penyebab) yang ada dalam diri mereka
sendiri ................(Q.S. 13/Ar-Ra’du: 11).
Dari
ayat diatas ini ternyata adanya kesempatan yang diberikan Allah kepada hambanya
untuk berikhtiar, berusaha merubah nasib buruk yang sedang menimpa, atau
mencoba lari dari proses takdir buruk yang datang menerpa. Umpamanya anak yang
lahir dengan cacat kandungan (bibirnya terkoyak), apakah dikatakan menentang
takdir Allah kalau bibir yang terkoyak
itu dijahit oleh Dokter sehingga menjadi bagus?. Barangkali semua
pembaca walau tanpa punya dalil qath’i akan spontan menjawab : “tidak berdosa”.
Lagi
pula Allah tidak akan memberikan beban berat keapda hambaynya dimana ia sendiri
mengetahui bahwa hambanya itu tidak sanggup memikulnya, sebagaimana firmannya :
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ
وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ
أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ(2)
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya.
(Karenanya Allah mengajarkan doa) “ Ya Tuhan kami, janganlah engkau menghukum kami jika kami lupa atau
bersalah, Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak
sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah
kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.
(Q.S. 2 / Al-Baqarah : 286)
Jelaslah, beban
yang telah ditaqdirkan Allah yang harus dipikul oleh manusia dalam perjalanan hidupnya, dapat
diringankan oleh Allah dengan do’a yang mustajab sebagaimana sabda Rasulullah :
قال رسول الله صلعم : لا يرد القضاء الا الدعاء ولا
يزيد العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه
(رواه الترمذي وبن حبان )
“Tidak ada yang mampu menolak ketentuannya (
Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan
baik , dan sesungguhnya seseorang manusia diharamkan baginya rizki dengan dosa
yang menimpanya”. ( H.R Tarmiji dn ibnu hibban ).
Tapi bagaimana
do’a yang mustajab itu? Apakah cukup dengan kata-kata yang bersusun
kalimat-kalimat puitis, atau do’a yang dibaca beramai-ramai, atau doa oleh orang
yang dianggap wara’, atau do’a yang dibaca pada tempat-tempat tertentu ( dikuburan wali ?).
Bukan demikian,
doa yang mustajab adalah doa yang keluar dari inti jiwa hamba Allah, yang
memancarkan energi bergelombang pendek sehingga doa yang berisi energi ke
ilahian itu dapat merubah qadha ketetapan Allah yaitu “ketetapan hukum Allah”
yang disebut “sunnatullah”. Seperti hokum “sunnatullah laut” yang tak mungkin
dapat dibelah, tetapi Musa telah membelahnya. “Api yang panas dan membakar”,
tapi bagi Ibrahim api terasa dingin dengan doanya. Di abad sekarang ini pun
masih banyak orang-orang yang dengan kekuatan doanya ia dapat menguak takdir.
Karena itulah Allah telah menjelaskan bahwa musibah itu bukan merupakan takdir
Allah. Dalam surat
42/Asy-syura: 30, kita temukan lagi keterangan Allah :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ
فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Apa saja musibah yang menimpammu, itu adalah disebabkan oleh
tanganmu sendiri, tapi Allah akan memaafkan sebahagian besar
kesalahanmu”.(Q.S.42/Asy-syura:30).
Keterangan ini
dikuatkan lagi oleh ayat Al-Qur’an : yang terdapat dalam surat 74/Al-Muddatsir: 38).
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ(3
“Tiap tiap diri bertanggung jawab atas apa
ang telah diperbuatnya”( QS. 74/Al-Muddatsir: 38).
Ayat diatas
menyatakan bahwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya, jadi kalau
sekiranya seoarang anak manusia berbuat suatu kesalahan, sedang ia sendiri
melakukan itu hanya karena dorongan hukum qadha dan kodrat, tentulah ia tidak akan bertanggung jawab
terhadap perbuatannya itu. Padahal manusia itu boleh saja memilih kekafiran
atau iman terserah kepada maunya sendiri, Firman Allah :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
“Katanlah! kebenaran itu datang karena Tuhanmmu, maka barang
siapa yang mau (dengan kebenaran itu) silahkan ia beriman, dan barang siapa
yang tidak mau silahkan kafir...................”(Q.S.18 Al-kahfi :29).
Demikian pula tentang jalan sesat dan
jalan lurus itu tergantung kepada pilihan hamba, bukan dipilihkan untuk hamba. Kalaupun
manusia memilih jalan bengkok lalu ia terjerumus kedalam lembah kezholimann itu
adalah kemauannya sendiri, bukan karena ketetapan Allah yang menginginkan
supaya hambanya sesat, ( mana
mungkin Allah sengaja menyesatkan hambanya ) firman Allah :
إِنَّ
اللَّهَ لا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ(4)
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat Dzolim kepada manusia sedikitpun
akan tetapi manusia sendirilah yang berbuat dzolim kepada dirinya
sendiri”.(Q.S.10/Yunus :44).
Cukup banyak
ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menerangkan bahwa manusia diberikan kemerdekaan
berusaha untuk merubah nasib dan menentukan pilihannya baik atau buruk.
Tapi ayat-ayat
yang menerangkan bahwa semua telah ditetapkan Allah, manusia hanya menjalani
ketetapan itu banyak juga seperti data ayat
di bawah ini :
Data 1.
أَفَمَنْ زُيِّنَ
لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ
وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik
pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan
orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan
siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka
janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (Q.S. 35/Al- Fathir: 8)
Data 2.
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ
قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ
الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ(1)
Maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan
tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah
berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada
orang-orang mu'min, dengan bala ( kejadian buruk ) mengandung hikmah yang baik.
Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. 8/Al-Anfal : 17)
Data 3
وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ
إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ(4)
“Tidak akan bermanfaat bagi kamu nasehat
jika saya (Nuh) hendak menasehati kamu, jika Allah menghendaki menyesatkan kamu,
Dia-lah Tuhan-mu dan kepada-Nya kamu kembali (Q,.S. 11/Hud : 34)
Data 4
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ
يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ وَمَا
تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ
يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ(2)
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka
mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq)
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan
(di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu
membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja
harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan
cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).( QS.Al-Baqarah :
272 )
Data 5
وَإِنْ يَمْسَسْكَ
اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ
فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(1)
Dan jika Allah menyentuhkan kepadamu
kemudaratan, maka tak siapapun yang sanggup
menghilangkannya melainkan hanya Dia, jika disentuhkan kepadamu
kebaikan, maka hanya Dia yang berkuasa atas tiap-tiap sesuatu”.(Q.S.6/Al-An’am
: 17)
Masih ada ayat ayat lain yang dapat
mendukung keterangan bahwa manusia itu tunduk dengan hukum qadha/qadar yang
sudah ditetapakan sebelumnya, tidak ada satu kekuatan lain selain Allah yang
dapat menguakkan taqdir itu.
Maka jadinya
kita tegak diantara dua persimpangan
arah mana yang harus ditempuh. Pertama kita akan menempuh jalan dimana manusia
memiliki kesempatan/kemampuan menentukan pilihannya terhadap tujuan hidup serta
berusaha dengan kemampuannya untuk merubah nasib, seperti kita naik mobil
pribadi yang boleh memilih jalan pintas
asal patuh pada rambu-rambu. Kedua, seperti kita naik kereta api yang sudah
ditetapkan pemberhentiannya ( stasiun KA ), juga sudah diprogram bahwa kita
hanya penumpang yang mesti turun pada tempat yang sudah dijanjikan.
Apakah memang jalan Allah
memiliki dua jalur ?
Jalan Allah itu
lurus, tidak mungkin ada persimpangan, kalaupun persimpangan ada, itu
dikarenakan manusia sendirilah yang membuat simpang karena kesalahpahaman atau
kebodohannya dalam memahami arti qadha, qadar, takdir dan makna tersirat yang
ada dalam ayat-ayat tersebut.
Manusia adalah
makhluk yang memiliki dua badan yaitu badan jasmani dan rohani, yang jasmani
tunduk dengan hukum alam syahadah (hokum alam konkrit/ alam nyata). Rohani
manusia tunduk pada hokum alam rohani (alam abstrak/gaib).
Seorang kiyai yang
mengajarkan agama kepada jama’ah apa yang diucapkan oleh kiyai itu adalah perkataan
Kiyai itu sendiri, sedangkan Nabi Muhammad mengajarkan Islam kepada
umatnya, yang disampaikannya itu adalah firman Allah.
Sekarang marilah kita perhatikan ayat-ayat sebagai
dalil yang menyatakan bahwa kita
hanyalah makhluk yang telah di kendalikan oleh Allah seperti bunyi ayat
yang terdapat pada data 1 sampai data 5.
Data 1
“………………….. maka sesungguhnya
Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya;………………..(Q.S. 35/Al- Fathir: 8)
Terjemahan diatas ( yang huruf tebal ) telah
terjadi pergeseran makna , karena kata : YUDHILLU artinya “menyesatkan”, kata :
MAN artinya “orang”. Kata : YASYA’U artinya : “mau”.
Semestinya
di terjemahkan : “sesungguhnya Allah menyesatkan orang yang mau”
(yaitu siapa saja yang mau atau memilih kesesatan). Ayat ini di kuatkan dengan
firman Allah yang lain . Dengan terjemhan umum : ) maka sesungguhnya
Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya; yang seolah olah Allah itu bersikap sewenang wenang
sesukanya saja padahal makna harfiahnya tidak begitu. Supaya tidak salah
pemahaman maka Allah menguatkan lagi firman-Nya itu dengan ayat berikut ini :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ
فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا
لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا
يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ
مُرْتَفَقًا(2)
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi
minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah
minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek .(Q.S.
18/Al-Kahfi:29).
Data 2
“……….. bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar……………………. (Q.S. 8/Al-Anfal : 17)
Ayat ini menunjukkan adanya pngaruh energi ke-Ilahi-an yang bekerja di
dalam diri Nabi. Ketika Nabi Musa melemparkan tongkatnya lalu menjadi ular,
sesungguhnya lemparan itu adalah dari energi ke-ilahian yang bangkit di dalam
diri Musa yang telah menyatu dengan energi diri Musa sehingga dapatlah disebut
bahwa lemparan itu adalah “Lemparan Allah”.
Akan tetapi apabila anda melempar pohon mangga
yang berbuah lebat di halaman tetangga, lemparan itu adalah dari diri anda yang
di dorong oleh hawa nafsu jangan anda
katakan “itu lemparan Allah “.
Data 3.
“Tidak akan bermanfaat bagi kamu nasehat
jika saya (Nuh) hendak menasehati kamu, jika Allah menghendaki menyesatkan
kamu, Dia-lah Tuhan-mu dan kepada-Nya kamu kembali (Q,.S. 11/Hud : 34)
Ayat ini menjelaskan bahwa usaha manusia
tidak akan berguna bila Allah menghendaki lain.
Demikian juga makna yang terkandung pada data 4 dan 5, menjelaskan bahwa
petunjuk yang diberikan tidak ada gunanya kalau Allah tidak menghendaki untuk
menunjukinya. Kemudharatan tidak bisa di elakkan karena Allah yang berkuasa
untuk menghilangkannya.
Kita tidak boleh memahamkan makna yang tersurat tapi harus
merenungi makna yang tersirat. Bagaikan listrik, begitu energi ke-ilahian itu masuk mengalir
kedalam diri manusia melewati saluran di dalam diri manusia ada dua
saluran yang mengarah kepada kebaikan dan yang lainnya mengarah kepada ke
burukan (dan itu merupakan hukum qadha Allah yang diciptakannya
berpasang-pasangan ( ada positif dan negatif ada jantan dan betina, laki laki
dan perempuan ). Kalau saluran yang ada dalam diri terbuka kearah keburukan
maka energi ke-Ilahian itupun mengalir ke arah perbuatan buruk, sehingga
yang mendorong perbuatan buruk itu adalah energi ke-Ilahian itu.
Bila dengan kekuatan iman manusia
dapat membuka saluran kearah perbuatan baik, maka energi ke-ilahian itupun
mengalir kearah perbuatan baik maka jadilah perbuatan baik yang di dorong oleh
energi ke-ilahian. Keadaan itu seolah-olah bahwa prbuatan baik dan buruk di
dorong oleh energi ke-ilahian, atau dengan sebutan sinplifikasi: “atas kehendak Allah”, lalu
dituduh Allah sebagai pelaksana kejahatan maka ketika itu orang Islam sudah
pindah ke-keyakinan Hindu dimana mereka yakin ada Tuhan kejahatan ( Syiwa ) ada
Tuhan kebaikan ( Brahma )
Maka kita sendirilah yang
berupaya merobah diri dengan membentuk kepribadian, membenahi kekurangan
didalam diri, berusaha membuka selubung hati dengan dzikir yang banyak, dengan
demikian ajaran kebenaran akan menetap mantap di dalam qalbu tidak bergeser oleh
arus dorongan hawa nafsu. Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran yang tinggi.
Jelaslah bahwa maksud perkataan : “Tidak ada arti nasehat kalau Allah
menghendaki lain”, maksudnya : “tidak akan bermanfaat nasehat dan ajaran
agama bagi seseorang yang ia membuka saluran jiwanya ke arah jalan kesesatan
maka kesesatanlah yang ditemuinya dengan ajaran agama yang tinggi itu. Dengan cara berfikir filosofis kita bertanya “kenapa seseorang yang berpendidikan Agama
tega berbuat kejahatan? Jawabnya: “pintu kejahatan didalam dirinya telah
terbuka sehingga energi ke-Ilahian yang ada dalam dirinya mendorong ke-perbuatan
jahat sehingga perbuatan jahatnya karena didorong energi ke-Ilahian, samalah
artinya: “itu atas kehendak Allah”, jadi beragama adalah merupakan upaya untuk
membuka jalan kebaikan di dalam jiwa, dengan petunjuk:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ
اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ
لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
“Apa saja musibah yang menimpamu berupa kebaikan adalah itu dari
Allah dan apa saja musibah yang menimpamu bentuk kejahatan adalah kesalahan
dirimu sendiri, dan Kami utus engkau untuk
manuia sebgai Rasul dan cukuplah Allah menjadi saksi”.(Q.S.4/ An-nisa’
:79).
Benda, tumbuh-tumbuhan
dan hewan tetap tunduk, patuh kepada hukum Sunatullah karena mereka itu tidak
memiliki akal pikiran untuk menentangnya, agar bisa lari dari hukum qadha dan
qadar tetapi manusia dengan akal budinya, dengan iradatnya akal pikirannya
mampu melarikan diri dari keadaan takdir yang buruk kalau energi yang mendorong
takdir itu dibawah qodrat manusia itu sendiri, tapi bila tertumbuk pada dinding
qodrat yang lebih tinggi dari kekuatan akalnya atau kekuatan jiwanya, maka
manusia akan terbawa arus takdir itu. Alam dapat dirubah manusia malah lebih
banyak kearah yang buruk seperti pencemaran alam dan lingkungan. Sehubungan dengan hal itu-lah Allah
berfirman
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(1)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” .( QS.
30/Ar-Rum :41 )
Contoh kasus.
Terdorong oleh
keuntungan yang besar manusia telah merambah hutan, memotong kayu di gunung,
lalu gunung menjadi gundul, akibatnya ketika hujan lebat datanglah banjir melanda
lahan pertanian, sawah dan juga kota.
Orang awam yang menyalah artikan takdir, mengtakan :” semua ini adalah kehendak
Allah”, atau katanya : ” Allah sdang menguji hambanya” Banyak orang berpendapat
: kalau lahir anaknya cacat katanya takdir Allah, kalau cantik, karena mamamya yang cantik atau papanya yang
ganteng. Kalau usahanya gagal, katanya “takdir Allah”, kalau beruntung karena
usahanya yang gigih dan ulet. Bila ia di undang orang dan dia berniat datang
katanya : “ya, saya pasti datang” tapi kalau merasa malas lalu ia mengatakan
“Insya Allah”.
Rupanya bukan hanya limbah-pencemaran-alam
saja yang merusak lingkungan tapi juga “limbah pikiran-kotor” lebih parah
merusak lingkungan hidup manusia.
Pikiran-pikiran kotor seperti tersebut di atas akan menghancurkan masa
depan umat, merusak aqidah generasi yang akan datang.
Prof.K.H.M.Thayib
Abd. Muin dalam bukunya “Ilmu kalam” halaman 229 ia mngatakan : “Tetapi
jangan hendaknya orang salah paham mengartikan qadar Allah itu. Yang di maksud
percaya pada qadar bukanlah harus percaya begitu saja bahwa segala sesuatu yang
ditetapkan Allah pasti terjadi tanpa ada sebab-musababnya dan unsur-unsur yang
semestinya harus ada untuk syarat timbulnya kejadian itu. Dan dengan qadar
Allah itu tidak berarti bahwa seuatu itu mesti terjadi walaupun sebab-sebabnya
berjauhan dan tidak lengkap. Faham yang demikian itu adalah faham orang yang
bodoh-bodoh, sebagai faham yang salah dan sesat. Sebab dengan faham begitu lalu
mereka berkata bawa segala sesuatu itu telah ditentukan Tuhan dan
ditetapkan-Nya scara absolut”.
Padahal menurut ajaran Allah
bahwa “ketentuan Allah dapat saja berubah kalau Ia mau merubahnya”, sebagaimana
yang pernah difirmankan-Nya:
يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ
وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ(3)
“Allah akan menghapus ketetapan-Nya bila Dia kehendaki dan
menetapkanya bila Ia kehendakinya dan pada sisi-Nya terdapat Ummu’l Kitab
(sumber ketetapan di Lauhu’l Mahfudz).(Q.S.13/ Ar-Ra’du:39)
Jelasnya makhluk
Allah itu berjalan di atas takdir yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
qadha dan qadar, tapi karena manusia itu diprogram Allah menjadi khalifah di
bumi, maka manusia dibekali kodrat/iradat sebagai kekuatan hidupnya. Manusia
yang telah mengemban kekhalifahan itu, dapat mengembangkan kodrat dan iradatnya
sehingga ia memilih sendiri jalan mana yang lebih baik, ini berkat adanya
petunjuk Allah sehingga manusia dapat menyempurnakan keadaan fisik, intelektual,
mental dan intelegensinya. Manusia dengan akalnya dapat merubah takdir alam
beserta hukum-hukumnya sehingga ia dapat membuat barang-barang baru, maka
muncullah kebudayaan diatas dunia. Selain itu daya kejiwaan manusia juga dapat
menguakkan takdir sehingga beban musibah yang ditakdirkan akan menimpa, dapat
di elakkan oleh manusia dengan do’anya kehadirat Allah dan Allah mengabulkan
do’a yang ikhlas : “Allah akan menghapus ketetapan-Nya bila Dia kehendaki
dan menetapkanya bila Ia kehendakinya dan pada sisi-Nya terdapat Ummu’l Kitab
(sumber ketetapan di Lauhu’l Mahfudz).(Q.S.13/ Ar-Ra’du:39)
Burung-burung
mampu terbang di langit, sedang manusia hanya dapat melangkah di bumi, ini
adalah satu diantaranya sekian banyak takdir Allah terhadap hambanya, tetapi
karena kemajuan yang telah di capai manusia dengan ketajaman intelegensinya
maka manusia dapat juga terbang malah melebihi kemampuan burung. Mungkin suatu
ketika manusia akan sampai di planet lain diluar Solar sistem kita, namun bagi
yang mampu menguak taqdir hendaklah bersyukur kepada Allah karena tenaga
penguak itupun adalah pemberian Allah, bagi yang tidak mampu hendaknya ia
menyadari dirinya, tentang kelemahan dirinya, keburukan nasibnya, bersabar dan
tawakkal kepada Allah. Jangan menuduh Allah yang menzalimi, tapi diri
sendirilah yang zhalim ; inilah hakikatnya ayat Allah sebagai yang telah dikutip
terdahulu : “sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim kepada manusia
tetapi manusia itu sendirilah yang berbuat zhalim terhadap dirinya sendiri”
(Q.S. 10/Yunus : 44)
Dari ayat - ayat takdir yang sudah
dikumpulkan, rasanya kita akan tertegun diantara dua alternatif, tunduk kepada
hukum takdir atau dengan qadha dan qadar yang ada didalam diri kita
berusaha menguak takdir. (
bersambung : Menguak Takdir 3 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar