Kamis, 19 April 2012

Akhirat yang abadai 13


4.1.3 Membina Insan Mujahid

“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum lagi ditilik Allah orang yang berjihad diantara kamu dan diketahui benar siapa pula yang sabar” ( Q.S.3.Ali- Imran : 142 )
Sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Nabi Muhammad bahwa : “sebaik baik Muslim tentang jihad ( perjuangan ) nya adalah yang berjuang memerangi gejolak di dalam diri untuk mencari keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla”. Perkataan jihad itu diambil dari akar kata “ ja-ha-da “ yang artinya sungguh sungguh. Di zaman Nabi Muhammad mengembangkan Islam, sebagai bukti kesungguhan membela agama Allah adalah berjuang memerangi kekafiran, sehingga perkataan Jihad itu diartikan dengan berjuang atau berperang. Setelah beberapa abad kebangkitan Islam, perkataan jihad yang diartikan perang semakin populer sehingga setelah meletus perang Salib maka perkataan jihad fi sabilillah diartikan “perang sabil”.Adapun artu hakikat menurut Nabi Muhammad adalah berjuang memerangi gejolak hawa nafsu, sedangkan perkataan jihad dalam arti umum ialah berjuang untuk memelihara dan memurnikan serta menghayati ajaran Islam yang di dalamnya terkandung semangat juang dan kesungguhan untuk memelihara ajaran Islam.
Tanpa semangat juang, kesungguhan dan keuletan Islam tidak akan dapat dihidupkan di tengah tengah masyarakat Islam dan tidak mungkin pula hidup di dalam jiwa ummat Islam itu sendiri apalagi mau dikembangkan dalam masyarakat non-Muslim..
Salah satu diantara tujuan akhir yang hendak dicapai di dalam mengamalkan ajaran islam ialah menghidupkan semangat jihad, semangat yang menghidupkan api Islam dengan marak yang bergejolak sehingga cahayanya dapat menerangi seluruh dunia. Lalu para Mujahid ( pejuang ) Islam dengan semangat Islam itu mampu mengeluarkan orang yang tenggelam dalam kegelapan lalu membawanya ke alam yang terang benderang ( li tukhrija’n-naasa mina’zh-zhulumaati ila’n-nuur ).

4.1.4  Membina Semangat Pembangunan
          Di dalam ajaran Islam semangat pembangunan itu terpadu dengan semangat juang itulah sebabnya setiap perjuangan ( jihad ) selalu diiringi dengan kata “ Amwal “ dan “ Anfus “ ( harta ada diri ). Firman Allah dalam surat At-Taubah :

Orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dan itulah orang orang yang mendapat kemenangan “ ( Q.S.9.At-Taubah : 20 )

Dengan perkataan “bi amwalikum “ yang berarti dengan hartamu yang dapat kita ambil pengertiannya bahwa berjuang membangun Agama Allah itu harus dengan modal materi. Ini berarti manusia Muslim harus bertanggung jawab atas pembangunan Islam. Membangun butuh modal, moda; dasar umat Islam adalah jumlah umatnya yang banyak, karena dengan jumlah yang banyak akan terkumpul Infaq, Shadaqoh dan Zakat yang banyak. Dengan perkataan “wa anfusikum “ yang artinya dengan dirimu itu maksudnya membangun Islam harus dengan sumber daya yang ada dalam diri yaitu “kecerdasan”.
Dari pengertian tersebut dapat pula kita ambil essensi makna yaitu “ membangun manusia seutuhnya”.Bila manusia seutuhnya itu dapat dilahirkan oleh Islam, maka dunia akan makmur, sebab manusia yang bertaqwa adalah manusia cerdas, terampil, berbudi dan berkepribadian mulia, memiliki semangat juang dan semangat pembangunan. Kita dapat mengambil pelajaran dari wahyu yang diterima Nabi Shalih ketika ia membina sikap mental kaumnya. Cerita nabi Shalih ini di wahyukan Allah kepada Nabi Muhammad sehingga walau materi ceritanya Nabi Shalih, tetapi tujuan ayat itu untuk kaum Muslimin yang membaca Al-Quran .Ayat tersebut berbunyi:

“………..Hai kaumku, mengabdilah kepada Allah, tidak ada bagimu Tuhan yang lain selain Dia.Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kaum pemakmur-nya…..” ( Q.W.11.Hud:6 )

Memakmurkan bumi maksudnya membangun peradaban dibumi secara Islami dan ummat manusia dapat hidup makmur dan aman. Membangun manusia dan peradabannya tidak bisa oleh seorang tenaga ahli dengan satu macam keahlian, tetapi harus oleh Pemerintah yang mengarahkan beribu tenaga ahli yang terpadu dengan seluruh keahlian manusianya. Pembangunan seperti inilah yang disebut “ Membangun manusia seutuhnya”.
Selain itu kita diperintahkan lagi untuk menjelajahi bumi,mengadakan penelitian ilmiah membuktikan dan mencari sebab kenapa dan mengapa bangsa bangsa yang pernah memiliki peradaban tinggi mereka mengalami petaka kehancuran, sebagaimana yang diinformasikan Allah :

“ Apakah mereka tidak mengadakan ekspedisi di muka bumi untuk melihat, menyelidiki betapa akibat orang orang yang hidup sebelum mereka, padahal mereka itu adalah orang yang hebat kemampuannya dari mereka ( yang sekarang ) dan bekas karya mereka (dimasa lampau ) bertebar di atas bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa dosa mereka dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah “.( Q.S.40.Al-Mukmin : 21 ).

Peradaban /kebudayaan tinggi yang pernah dicapai bangsa bangsa dimasa lampau dihancurkan karena peradaban itu dibangun tidak diatas pondasi ketaqwaan kepada Allah. Hal ini harus menjadi cermin perbandingan kepada ummat Islam, bila dalam membangun diri, ummat dan bangsa tidak diatas dasar taqwa, samalah artinya kita membangun di tepi tebing yang akan runtuh seperti firman Allah ini :

“ Apakah orang orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhahannya itu adalah berupa kebaikan atau apakah yang membangun di terpi jurang yang runtuh lalau bangunan itu jatuh bersama sama dengan orang yang membangunannya ke dalam jurang Neraka jahanam? Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang zhalim itu “ ( Q.S.9.At-Taubah : 109 )






Tidak ada komentar:

Posting Komentar