4.1.3 Membina Insan Mujahid
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum lagi
ditilik Allah orang yang berjihad diantara kamu dan diketahui benar siapa pula
yang sabar” ( Q.S.3.Ali- Imran : 142 )
Sebagaimana
yang sudah dijelaskan oleh Nabi Muhammad bahwa : “sebaik
baik Muslim tentang jihad ( perjuangan ) nya adalah yang berjuang memerangi
gejolak di dalam diri untuk mencari keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla”. Perkataan jihad itu diambil dari akar
kata “ ja-ha-da “ yang artinya sungguh sungguh. Di zaman Nabi Muhammad
mengembangkan Islam, sebagai bukti kesungguhan membela agama Allah adalah
berjuang memerangi kekafiran, sehingga perkataan Jihad itu diartikan dengan
berjuang atau berperang. Setelah beberapa abad kebangkitan Islam, perkataan
jihad yang diartikan perang semakin populer sehingga setelah meletus perang
Salib maka perkataan jihad fi sabilillah diartikan “perang
sabil”.Adapun artu
hakikat menurut Nabi Muhammad adalah berjuang memerangi gejolak hawa nafsu, sedangkan
perkataan jihad dalam arti umum ialah berjuang untuk memelihara dan memurnikan
serta menghayati ajaran Islam yang di dalamnya terkandung semangat juang dan
kesungguhan untuk memelihara ajaran Islam.
Tanpa semangat
juang, kesungguhan dan keuletan Islam tidak akan dapat dihidupkan di tengah
tengah masyarakat Islam dan tidak mungkin pula hidup di dalam jiwa ummat Islam
itu sendiri apalagi mau dikembangkan dalam masyarakat non-Muslim..
Salah satu
diantara tujuan akhir yang hendak dicapai di dalam mengamalkan ajaran islam
ialah menghidupkan semangat jihad, semangat yang menghidupkan api Islam dengan
marak yang bergejolak sehingga cahayanya dapat menerangi seluruh dunia. Lalu
para Mujahid ( pejuang ) Islam dengan semangat Islam itu mampu mengeluarkan
orang yang tenggelam dalam kegelapan lalu membawanya ke alam yang terang
benderang ( li tukhrija’n-naasa mina’zh-zhulumaati ila’n-nuur ).
4.1.4 Membina Semangat
Pembangunan
Di dalam ajaran Islam semangat pembangunan itu terpadu dengan semangat
juang itulah sebabnya setiap perjuangan ( jihad ) selalu diiringi dengan kata “
Amwal “ dan “ Anfus “ ( harta ada diri ). Firman Allah dalam surat At-Taubah :
Orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dan
itulah orang orang yang mendapat kemenangan “ ( Q.S.9.At-Taubah : 20 )
Dengan
perkataan “bi amwalikum “ yang berarti dengan hartamu yang dapat
kita ambil pengertiannya bahwa berjuang membangun Agama Allah itu harus dengan
modal materi. Ini berarti manusia Muslim harus bertanggung jawab atas
pembangunan Islam. Membangun butuh modal, moda; dasar umat Islam adalah jumlah
umatnya yang banyak, karena dengan jumlah yang banyak akan terkumpul Infaq,
Shadaqoh dan Zakat yang banyak. Dengan perkataan “wa
anfusikum “ yang artinya
dengan dirimu itu maksudnya membangun Islam harus dengan sumber daya yang ada
dalam diri yaitu “kecerdasan”.
Dari pengertian tersebut dapat pula kita
ambil essensi makna yaitu “ membangun manusia seutuhnya”.Bila manusia seutuhnya
itu dapat dilahirkan oleh Islam, maka dunia akan makmur, sebab manusia yang
bertaqwa adalah manusia cerdas, terampil, berbudi dan berkepribadian mulia,
memiliki semangat juang dan semangat pembangunan. Kita dapat mengambil
pelajaran dari wahyu yang diterima Nabi Shalih ketika ia membina sikap mental
kaumnya. Cerita nabi Shalih ini di wahyukan Allah kepada Nabi Muhammad sehingga
walau materi ceritanya Nabi Shalih, tetapi tujuan ayat itu untuk kaum Muslimin
yang membaca Al-Quran .Ayat tersebut berbunyi:
“………..Hai kaumku, mengabdilah kepada Allah, tidak ada bagimu Tuhan
yang lain selain Dia.Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kaum
pemakmur-nya…..” ( Q.W.11.Hud:6 )
Memakmurkan
bumi maksudnya membangun peradaban dibumi secara Islami dan ummat manusia dapat
hidup makmur dan aman. Membangun manusia dan peradabannya tidak bisa oleh
seorang tenaga ahli dengan satu macam keahlian, tetapi harus oleh Pemerintah
yang mengarahkan beribu tenaga ahli yang terpadu dengan seluruh keahlian
manusianya. Pembangunan seperti inilah yang disebut “
Membangun manusia seutuhnya”.
Selain itu kita
diperintahkan lagi untuk menjelajahi bumi,mengadakan penelitian ilmiah
membuktikan dan mencari sebab kenapa dan mengapa bangsa bangsa yang pernah
memiliki peradaban tinggi mereka mengalami petaka kehancuran, sebagaimana yang
diinformasikan Allah :
“ Apakah mereka tidak mengadakan ekspedisi di muka bumi untuk
melihat, menyelidiki betapa akibat orang orang yang hidup sebelum mereka, padahal
mereka itu adalah orang yang hebat kemampuannya dari mereka ( yang sekarang )
dan bekas karya mereka (dimasa lampau ) bertebar di atas bumi, maka Allah
mengazab mereka disebabkan dosa dosa mereka dan mereka tidak mempunyai seorang
pelindung dari azab Allah “.( Q.S.40.Al-Mukmin : 21 ).
Peradaban
/kebudayaan tinggi yang pernah dicapai bangsa bangsa dimasa lampau dihancurkan
karena peradaban itu dibangun tidak diatas pondasi ketaqwaan kepada Allah. Hal
ini harus menjadi cermin perbandingan kepada ummat Islam, bila dalam membangun
diri, ummat dan bangsa tidak diatas dasar taqwa, samalah artinya kita membangun
di tepi tebing yang akan runtuh seperti firman Allah ini :
“ Apakah orang orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa
kepada Allah dan keridhahannya itu adalah berupa kebaikan atau apakah yang
membangun di terpi jurang yang runtuh lalau bangunan itu jatuh bersama sama
dengan orang yang membangunannya ke dalam jurang Neraka jahanam? Dan Allah
tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang zhalim itu “ ( Q.S.9.At-Taubah :
109 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar