Rabu, 14 September 2011

MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH




الَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (4) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (2)
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat permisalan kata yang baik seperti sebatang pohon yang baik, akarnya teguh dan batangnya tinggi menjulang kelangit. Pohon itu menghasilkan buah setiap saat dengan izin Tuhannya, demikianlah Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu mengingatnya” ( Q.S. 14/Ibrahim : 24,25 ).

            Kata kata “ Kalimatan thoyibatan (  كَلِمَةً طَيِّبَةً ) mengandung makna ganda :
1.  Konsep Islam yang baik,
2.  Konsep Iman yang baik,
3.  Konsep Kehidupan yang baik.

            Dalam kajian ini penulis memilih makna ketiga yaitu Konsep Kehidupan yang baik
            Jadi ayat diatas menjelaskan bahwa kehidupan yang baik adalah sebagai sebatang pohon yang baik yang akarnya terhunjam dibumi dan cabangnya tinggi menjulang ke langit. Kalau gambaran kehidupan yang disodorkan Allah kepada kita, dimisalkan : “Pohon Kehidupan keluarga , maka :

Batang kehidupan  =    Keluarga Muslim
Cabangnya              =    Hubungan Keluarga yang terikat akibat adanya perkawinan
Buahnya                  =    anak cucu yang manis ( menurut ajaran Sunnah ).
Akarnya                  =    adalah ( yang jadi bahan kajian ini  )


1.    Taqarroba ila ’llah
    1.1.  Menegakkan Sholat
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ(4)
Katakanlah: "Sesungguhnya Aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkanlah (tentang Muhammad sahabatmu itu) tidak ada penyakit gila sedikitpun padanya. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum kamu dipeluk azab yang keras. (QS.34/Saba’ : 46)

      Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan pesan-Nya bahwa : menghadap Allah ( sholat ) dilakukan berdua dua ( berjamaah suami istri ) atau secara peribadi ( sendirian ). Inilah hukum dasar sholat. Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah setelah ada masyarakat Islam dan hukum Islampun sudah dijalankan ditengah tengah masyarakat Islam dengan kedaulatan dan keadilan sosial, maka jatuhlah perintah sholat itu di Masjid, berjamaah disetiap waktu, dengan tujuan supaya ukhuwah semakin terikat, jamaah semakin kuat dan musuh-musuh Islam enggan mengganggu umat Islam yang kelihatan bersatu kapan saja dimana saja.
            Ayat diatas (Q.S.34/ Saba’: 46 ) turunnya di Makkah merupakan Surat yang ke 58 turun, jadi perintah sholat itu masih suasana Makkah. Setelah Peristiwa Israk Mikraj ( 27 Rajab tahun ke 11 Nubuah ), pada bulan Muharram tahun ke12 Nubuah, Nabipun hijrah ke Madinah maka terjadi revisi tentang sholat. Diperiode Makkah ketika itu sholat hanya empat waktu (3x yang fardu + 1 x nafilah = 4 kali ) sehari semalam dan dikerjakan hanya 2 rakaat saja sebagai mana firman Allah di Surat yang ke 50 ( turun sebelum Surat Saba’ ) ditahun ke lima Nubuwah, yaitu Surat 17/Al-Israk,  ayat 78,79
 أَقِمِ الصَّلاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْءَانَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْءَانَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا(7)وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ   رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا(7)
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir hingga gelap malam dan bacaan (fajar ), sesungguhnya shalat fajar itu disaksikan Dan dari sebagian malam hari bertahajjudlah kamu sebagai tambahan bagimu, mudah mudahan Tuhanmu akan mengangkatmu ketempat ( makam ) yang terpuji”
Ayat 78,79 Surat Al-Israk  ini menjelaskan tentang waktu waktu shalat.

Dari ayat diatas dan fakta Sejarah diketahui bahwa Sholat kaum Muslimin di Makkah hanya tiga waktu yang Fardu yaitu Dzuhur, Maghrib, Shubuh ditambah satu waktu sholat Nafilah, yaitu Sholat Malam atau Tahajjud. Setelah priode Madinah disempurnakan dengan penambahan antara Zhuhur dan Maghrib yaitu Sholat ‘Ashar dan antara Maghrib dan Shubuh yaitu Sholat ‘Isyaa’, itulah sebabnya kalau musyafir ketika men-Jamak atau meng-Qashar sholat yang boleh di jamak / qashar itu hanya Zhuhur dan ‘Ashar , Maghrib dan ‘Isyaa’ karena Zhuhur dan ‘Isya’ itu sholat sisipan  ( revisi ) setelah Hijrah.
Diperiode Makkah ini sholat dikerjakan hanya dua-dua rakaat :
 عن عاْئـشة رضي الله عنها قالت: اول ما فـرضت الصلاة ركعـتين،   فاقـرت صلاة السفـر   واتمت صلاة الحضـر ( متفق عـليه  )  وللبخاري : ثم هاجر ففرضت اربعا، واقرت صلاة   السفـر عـلي   الاول   وزاد احمـد : الا المغـرب فانها وتر النهار والا الصبـح فانها   تطـول  فيها القراءة
“ Dari Aisyah RA ia berkata : ‘ Pertama sekali sholat itu difardhukan  hanya dua rakaat, juga diteguhkan/ditetapkan untuk sholat Musafir ( dua rakaat ), dan kemudian disempurnakan sholat hadhir ( ketika menetap )  ( Bukhari/ Muslim)
Imam Bukhari menambahkan : ‘ Kemudian sesudah Hijrah ditetapkan menjadi empat rakaat, dan ditetapkan Sholat Safar seperti pada awalnya   ( dua rakaat )’
Imam Ahmad menambahkan pula : ‘ kecuali  Sholat Maghrib kerena Maghrib adalah Witirnya siang hari, kecuali juga Shubuh kerena diwaktu sholat Shubuh bacaan Suratnya panjang-panjang” ( terjemah Shohih Bukhari Drs. Mahyudin Aladif hal. 198 )
.
1.2. Dzikir
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ(2)

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam jiwa-mu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
( Q.S. 7/Al-A’raf : 205 ).

           Bagaimana cara menyebut atau mengingat Allah didalam jiwa, apakah dengan cara mengucapkan nama nama Allah itu, atau dengan cara merenungi kebesarannya ? Ada tiga macam cara berdzikir        :
  1. Dzikir dengan cara :“ tafakkur “

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ(1)
“ Adapun orang-orang yang ber-dzikir ( mengingat Allah ) dengan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka tafakkur (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka” ( Q.S.3/Ali-Imran :191 )

            Ayat tersebut menjelaskan bahwa “ berdzikir” itu dengan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sehingga timbul rasa kagum bahwa semua ciptaan Allah tak ada yang sia-sia. Berdzikir dengan berpikir tentang ciptaan Allah disebut dengan istilah “ Dzikir tafakkur” Melalui dzikir Tafakkur itu telah lahir para filosof-filosof besar yang menyumbangkan ilmu pengetahuan baru kepada dunia seperti : Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Ar-Rozy, Ibn Khaldun dan sederetan nama nama Filosof Islam yang tak tersebutkan disini.

  1. Dzikir dengan Qalbu ( hati ) yang tunduk kepada keagungan Allah

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ(1)

“ Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan ( tunduk ) kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya ( yaitu Ahli Kitab ) yang telah mendapat Al Kitab, kemudian setelah lewat masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka ( Yahudi dan Nasrani ) adalah orang-orang yang fasik”.( Q.S.57/Al-Hadiid  : 16 )

            Ayat diatas menjelaskan bahwa ber-dzikir dengan hati yang khusyu’ itu amat sulit dilakukan kerena itu Allah menanyakan kepada kita “apakah belum sampai saatnya lagi bagimu untuk”Berdzikir dengan hati yang khusyu’? Dzikir ini disebut dengan “Dzikir Qalb”. Banyak tokoh shufi yang terkenal dalam ilmu tasawwuf yang menterapkan dzikir ini diantaranya para ahli dzikir Qalb : Ibnu ‘Araby, Syekh Junaidy, Imam Al-Ghazali, Asy-Sya’rany, Abdu’l Qadir Jailany, Abu Yazid Al-Bustamy, Abdu’l Karim Al-Jilly, Rabi’atu’l Adawiyah dan sederet nama-nama lain.

  1. Dzikir dengan cara “beraktivitas dan berkreativitas”
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (1)
“ Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah ( berdzikirlah ) akan Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung” ( Q.S 62/Al-Jum’ah : 10 )
            Ayat ini menjelaskan bahwa kalau kita selesai menunaikan sholat hendaklah beraktivitas dengan bertebar dimuka bumi mencari rizqi tapi tetap dalam berdzikir kepada Allah. Berdzikir sambil bekerja mencari rizqi disebut “ Dzikir ‘Amal”. Orang orang yang aktif dengan zikir amal banyak jasanya dalam pembangunan dan pengembangan Islam. Dizaman Nabi hampir rata rata sahabat beliau menjadi pengamal dzikir amal dimana dengan hasil perdagangannya mereka menyumbang untuk pembangunan Islam, dengan semangat berdagang mereka maju berjihad, berda’wah dijalan Allah, sehingga Islam sampai ke Nusantara Indonesia.
            Sekarang ini banyak orang tertarik mau menjadi ahli dzikir qalb saja dan jenis dzikir Qalb ini sudahpun membudaya malah dinegeri kita telah me-nasional padahal dzikir model ini tidak pernah ada dimasa Nabi, dan dzikir seperti ini sebenarnya bermuatan politik. Orang orang yang terkenal sebagai Ahli-dzikir ini dimasa lampau dari mereka tidak banyak yang bisa dijadikan panutan kerena aliran pikiran mereka banyak yang menyimpang dari ajaran sunnah, mereka  tidak mau capek capek menimba ilmu-pengetahuan dan tak begitu terdorong mau mencari harta benda/ terjun kedunia bisnis, cukuplah hanya dengan  menerima infak dari kaum Mulimin yang simpati kepada aliran Tasawwuf. Kalau umat terbiasa menerima sumbangan /infaq dan tak terbiasa memberi infaq maka semangat pembangunan Islam akan padam.
   1.3. Do’a
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ(1)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku ini dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,mudah-mudahan mereka memahami.(QS.2/Al-Baqarah :186 )
            Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah itu dekat bukan jauh diatas langit yang tinggi karena itu berdo’a tidak perlu menggunakan pengeras suara tidak mesti dengan bahasa Arab dengan sederet permintaan yang panjang, cukup dengan permohonan dengan hati yang ikhlash yang benar benar pasrah kepada Allah

2.    Mawaddah dan Rahmah
.
Kasih sayang dan kemesraan merupakan akar kedua dalam kehidupan rumah tangga. Kasih sayang dan kemesran itu adalah Sunnah Rasulullah yang wajib ditegakkan karena itu adalah anugerah Allah untuk semua makhluk dibumi, dan hanya manusialah yang memilikinya lebih sempurna. Mula mula cinta itu  tertambat karena saling mengenal lalu tumbuhlah cinta itu didalam hati lalu membuahkan rindu dan asmarapun bergelora. Akhirnya timbul hasrat untuk memadu kasih, lalu rumah tanggapun dibina dengan modal dasar “cinta dan kasih sayang “ ( mawaddah wa Rohmah ) dengan janji sehidup semati dan perkawinanpun terwujud  merupakan Sunnah-Nabi. Tetapi kebanyakan orang setelah kawin lupa kepada sunnah lalu bahtera hiduppun dikayuh tanpa berpedoman kepada Sunnah yang harus berkasih sayang, malah ada yang saling membenci tapi yang herannya anak lahir juga dari kehidupan yang demikian

Allah ada berfirman :

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ( الروم1)

“Dan sebagian dari ayat Allah bahwa Dia telah menjadikan pasangan hidup kamu dari diri kamu sendiri, agar dengan hidup yang berpasangan itu kamu dapat membangun rumah tangga yang sakinah. Lalu Alah menumbuhkan Mawaddah dan Rohmah dalam hati kamu, itulah ayat Allah yang ditunjukkan-Nya kepada kaum yang berpikir”( Q.S.30/ArRuum : 21 )
Ayat diatas menyatakan bahwa setiap pasangan hidup manusia berasal dari dirinya  sendiri. Memang istri menurut Islam adalah belahan diri kita sendiri maksudnya ketika kita masih dialam Ruh dan manusia masih berbentuk Ruh pasangan hidup itu memang sudah dipasangkan. Ketika Ruh-ruh itu turun dan masuk kedalam Rahim Ibu hamil pasangan itu terpisah, kadang-kadang  ada yang terpisah jauh sehingga dibumi tak sempat berjumpa maka ada orang sampai tua tak ketemu jodoh. Ada pasangan itu terwujud dalam hubungan keluarga, ada yang hanya tetangga, sekampung, ada yang  berlainan kota, berlainan negara, namun pada umumnya ketemu juga dengan berbagai bentuk pertemuan.
Kemesraan
كنت في اثناء المحيض اشرب من الاناء فيأخذه منى النبى صلي الله عليه وسلم فينظر الى موضع شفتي فيضع فيه على موضع شفتي ( رواه مسلم )
“Adalah aku sedang dapat haidh aku minum disebuah bejana maka bejanaku diambil Nabi saw, dia perhatikan pada tempat bekas bibirku maka beliaupun meletakkan bibirnya dibekas bibirku” ( H.S.Riwayat Muslim )

ان اعظم الصدقة لقمة يضعها الرجل في فام زوجته ( رواه البخارى)
      “Sesungguhnya shadaqah yang paling besar nilainya bagi sang suami adalah menyuapkan makanan kemulut isterinya” ( H.S. Riwayat Bukhari )

Dari dua hadits  tadi tergambar bagaimana mesra dan romantisnya Nabi dengan istrinya padahal istrinya sebanyak 9 orang yang hidup secara bersama-sama,  sementara  kita yang umumnya hanya punya istri seorang saja malah tak sempat bermesra-mesraan karena sibuk dengan urusan kehidupan dan cari makan. Kalaupun sibuk mengurus anak sebenarnya tak perlu takut dengan anak yang banyak bila kita dapat membimbingnya  menurut ajaran Al-Quran karena semakin banyak anak semakin nikmat hidup. Bukankah Allah menjamin dengan ayatnya :

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ( 1 )
”Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan dari yang baik hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya” ( QS.2/Al-Baqarah : 215 ).
            Bukankah Allah menganjurkan bahwa  berinfaq itu harus mendahulukan orang tua sendiri ?. Jadi banyak anak, banyak pula yang memberi infaq. Tapi karena rumah tangga tidak dibangun dengan ajaran Al-Qur’an ” banyak anak semakin banyak beban hidup ”

      3. Amanah
Orang yang Amanah artinya orang yang dapat dipercayai. Amanah adalah salah satu  sikap manusia yang tumbuh dari Iman karena itu Rasul bersabda :
لا ايمان لمن لا امانة له
“ Tidak ada arti Iman bagi orang yang tidak Amanah ( tidak dapat di percayai )”

            Bagaimana sebuah Rumah tangga akan mendapat kedamaian ( sakinah ) bila  pasangan suami istri itu tidak saling percaya mempercayai ? Maka amanah merupakan akar yang harus tertanam kuat. Dari saling percaya ( Amanah ) akan terbina kehidupan yang damai ( Aman ) dan kalau hidup sudah saling percaya dan damai maka do’a-pun akan  menjadi Amin

      4.  Shabar
Shabar merupakan kekuatan yang harus dibangun untuk hidup yang penuh tantangan dan masalah. Kadang kadang Shabar itu terkumpul dalam pikiran sehingga shabar melahirkan kekuatan berpikir untuk menyelesaikan masalah sehingga shabar bermakna kekuatan mencari solusi, Nabi bersabda :    As-Shobru-dhiya’      الصبرضياء)).
Kadangkala Shabar itu menimbulkan daya dorong sehingga mengeluarkan kekuatan berlipat ganda seperti kejadian diperang Badar “ kekuatan orang shabar menjadi sepuluh kali lipat:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ(6)

“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu dari orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti “ ( QS. 8/ Al-Anfal : 65).

 Kadang kala Shabar itu merupakan kekuatan yang tertimbun didalam jiwa sehingga  dapat menenangkan perasaan duka nestapa yang menimpa :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”            ( QS.2/ Al-Baqarah : 153 )

 Ayat tersebut diatas  ada kaitannya dengan ayat no 155 :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ(1)
“Dan sungguh akan Kami berikan bala kepadamu, dengan  ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”      ( QS. 2/ Al-Baqarah : 155 )

Ayat tersebut tertuju pada orang yang mengalami mushibah penderitaan yang memukul hatinya, duka nestapa yang ditanggung perasaannya. Maksud shabar dalam ayat ini ialah ” jiwa akan menjadi tenteram, damai, karena yaqin bahwa ada jaminan Allah : ............وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ........
“ Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah akan dijadikan Allah untuknya jalan keluar / solusi, dan memberinya rezki dari arah yang  tak disangka sangkanya ……………(QS. 65/ Ath-Thalaq : 2,3)

         5.  Syukur
Perkataan : شَكَرmengandung makna : berterima kasih, itu adalah arti yang sudah dikembangkan dibudayakan. Adapun arti dasar dari syukur adalah ambing susu yang berisi penuh, atau  arti konotasinya  menjadi dermawan.
Ambing susu ibu kalau penuh haruslah sang ibu segera menyusukan anaknya kalau tidak akan mendatangkan mudharat kepada siibu. Hal itu bermakna setiap seseorang mendapat rizqi haruslah berbagi dengan orang lain terlalu egois kalau dinikmati sendiri. Maka dalam Islam ada aturan Zakat, Infak, Shodaqoh sebagai penyaluran nikmat Rizqi, kalau tidak kita akan menjadi orang yang disumpahi Allah sebagaimana bunyi ayat berikut :
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)

Celakalah orang yang sholat yang mereka dari akibat sholatnya lalai, yang mereka hanya ria dan mereka menahan rezqi mengalir”     ( QS. Al-Ma’un : 4 s/d 7 )

 Menahan rizki yang mengalir maksudnya, kalau anda mendapat rizki jangan ditahan dikantong atau terus masuk ke-rekening tapi keluarkanlah infaq,  zakat atau shadaqahnya, untuk berbagi-rizki, berbagi nikmat  dengan saudara seiman yang lain
          Indonesia kalau mau menjadi Negeri makmur yang diridhai Allah haruslah kekayaan alamnya yang berlimpah ruah itu dinikmati bersama rakyat. Hasil tambang Migas, Emas, perak, tembaga, besi, timah dan lain lainnya itu bukan hanya milik Pemerintah dan Pengusaha saja  tapi  ada didalamnya milik rakyat miskin  ( dari persentase Zakat barang galian/ Rikaz ). Kalau aturan Allah ini diamalkan Pemerintah Indonesia akan makmur, tidak akan ada lagi anak bangsa yang miskin, tidak akan ada anak yang terkena gizi-buruk, tanah air  makmur seperti negeri Saba’, yang diceritakan Allah dalam Al-Quran  :
 لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِــنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ  وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ(1)

“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun".( QS. 34/Saba’ : 15 )
Kemakmuran Negeri Saba’ itu dikarenakan Pemimpinnya orang orang yang pandai bersyukur, peduli kepada rakyat, sementara di negeri kita jabatan merupakan kesempatan mengumpul kekayaan dan kenikmatan, maka rakyatnya miskin tapi wakil-rakyatnya kaya raya. Mungkin pembaca bertanya dalam hati : “Negeri Saba’ itu kan bukan Negeri Islam mereka penyembah matahari kenapa dikatakan Allah negerinya adalah Negeri makmur yang mendapat ampunan Alah ?”. Ya benar Negeri Saba’ itu Negeri Kafir dimasa pemerintahan Ratu Balqis penyembah matahari tapi kemudian Ratu Balqis dipersunting oleh Nabi Sulaiman dan sejak itulah  Saba’ menjadi  makmur dan mendapat ampunan  Allah karena diperintah seorang kepala Negara yang juga seorang Nabi.
            Renungilah firman Allah ini :

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ(1)

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni`mat-ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”       ( QS.16/ An-Nahl : 112 ).

Dimasa Nabi Muhammad menerima wahyu, Allah memperkenalkan Saba’ sebagai negeri yang paling makmur, dimasa Tabi’in Negeri yang kaya dan makmur itu adalah Nusantara Indonesia karena itulah para saudagar Arab, Parsi dan India datng ke bumi nusantara untuk membeli rempah rempah sekaligus menyebarkan Islam. Indonesia yang subur dengan hutannya yang lebat dengan barang tambangnya yang berlimpah tapi yang menikmatinya orang luar bukan anak bangsa, padahal kalau Pemerintah pandai bersyukur dengan cara  berbagi nikmat dengan rakyat, peduli rakyat, Allah berjanji akan menambah lagi nikmat itu.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ(7
Dan (ingatlah ), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

             Ternyata informasi Allah telah terbukti dinegeri paling makmur ini banyak yang kufur nikmat, rakyatpun jadi miskin dan kelaparan maka prahara krisis-moneter-pun melanda umat bukan hanya sekedar Krismon malah berlanjut pada krisis yang lain. Ada tujuh macam bentuk krisisis yang melanda Negeri kita  : (1) Krispin = krisis kepemimpinan, umat sudah tak percaya lagi dengan pemimpinnya.Walau banyak  calon Pemimpin yang tampil tapi orang sudah tidak peduli lagi dengan kampanye kepemimpinan, kecuali umat yang sudah mentalnya terkena virus AID ( Anak Islam yang Dungu ) yang mengkultuskan pimpinannya seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Rakyat sudah jenuh, bosan dengan janji-janji pemimpinnya nyatanya pemimpin belum sanggup merobah nasih rakyat padahal Allah berpesan :
 “....Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka itu merubah sendiri apa (penyebab) yang ada dalam diri mereka sendiri ................(Q.S. 13/Ar-Ra’du: 11)
karena pemimpin tak mampu merobah nasib rakyat  maka muncullah  (2)  Krismon = krisis moneter, ekonomi Negara semakin memburuk, hutang luar Negeri menumpuk, rakyat miskin  49% yang nasibnya semakin terpuruk malah banyak yang mengalami gizi buruk, maka muncul (3) Kristal = krisis mental, orang yang tidak lagi peduli dengan harga diri ( memang sudah lama diri anakbangsa tak berharga, sudah bodoh, moralnya jelek ) tak ada lagi rasa malu ( urat malunya sudah putus dan sengaja dioperasi, dibuang supaya kalau berbuat dosa tak malu lagi ), walau sudah ketahuan  jadi koruptor masih tersenyum didepan kamera. Sementara umat Islam yang jumlahnya banyak sudah kehilangan percaya diri kehilangan pegangan sehingga jadi (3) Krisman = krisis iman, kehilangan iman, kehilangan pedoman sudah tak yakin dengan ajaran Allah mereka lebih percaya pada ajaran leluhur dari pada sunnah Allah dan Rasul. Mereka menganggap ajaran Allah itu adalah tradisi Arab maka daripada meniru tradisi Arab lebih baik mewarisi tradisi leluhur begitu kata hatinya yang sudah gelap dengan kebodohan. Sementara anak bangsa, Remaja penerus perjuangan mereka lebih memilih jadi pereman daripada mengikut jejak pejuang, mereka jadi (4) Krismor = krisis moral, lebih memilih jadi pereman  maka muncul peremanisme, Geng-Motor, mahasiswa senior berlaku sadis terhadap juniornya. Dikalangan elit-politik muncul (5) Krispol = krisis politik, pemilukadapun rusuh, terjadi demo-protes ketidak adilan KPU seperti mereka yang lebih tahu. Pada generasi penerus pewaris bangsa terjadi (6) Krisdik = krisis pendidikan, tujuan sekolah hanya meraih ijazah bukan meraih kecerdasan dan keterampilan, maka setelah tamat sekolah hanya mampu mencari kerja mau jadi pegawai negeri tidak mampu membuat lapangan kerja maka pengangguran bertambah sementara umat yang sudah agak matang  pengetahuan Agamanya malah jadi : (7) Krisukh = krisis ukhuwah, persaudaraan tidak lagi melekat kuat tidak ada Tafahum ( saling memahami ), Ta’aruf       ( saling mengenal ),  Takaful ( saling meringankan beban ) dan  Tajarrud   ( keterus-terangan ). Virus Wahan yang masuk ke dalam hati manusia ini akan bertambah parah kalau tidak segera diantisipasi, dicarikan anti-virusnya, malah penyakit tersebut akan membuat perubahan sikap dan tingkah laku anak bangsa yang lebih parah

6.                Kesiapan

            Kesiapan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kesuksesan. Kadang kadang ada manusia yang baginya  hampir semua akar kehidupannya dimilikinya kecuali “siap”.  Baginya ada Modal hidup, punya rasa Cinta , orangnya Amanah, Shabar, Sehat lahir batin, pribadinya bertanggung jawab dan mampu dan hidupnya mapan, tapi dia belum siap untuk kawin maka perkawinan tidak akan terwujud.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(2)
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan jadi orang-shabarlah dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”                  ( QS.3/Ali Imran : 200 ).
Kenapa seorang pribadi Muslim tidak siap menjalin kehidupan berumah tangga padahal Nikah itu “sunah” tentu ada sesuatu yang mengganjal dipikiran atau dijiwanya yang dia sendiri tidak mau berbagi perasaan dengan orang lain dengan sahabatnya apakah ganjalan itu faktor biologis atau fsikis ?!

          7.  ‘Afiah

Kesehatan termasuk akar kehidupan, sehat lahir  ( semua organ tubuh ) dan sehat bathin ( tidak stress/zulzil ), sebab kalau jiwa tergoncang ( zulzil ) Surga-pun sulit dicapai apalagi kebahagiaan dunia
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ(1)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” ( QS.2/ Al-Baqarah : 214 ).

8.                Fathonah

Fathonah artinya cerdas. Kecerdasan adalah milik semua makhluk tapi untuk manusia Allah menganugerahkan kecerdasan itu berlimpah- limpah. Sekarang ini dengan kecerdasan manusia telah berlari keabad teknologi, abad globalisasi. Orang bisa berkomunikasi jarak jauh dengan Telefon atau Handfoon, orang dapat melihat/ men dengar berita jarak jauh melalui TV, Radio, orang bisa memasak menggunakan listrik tidak lagi menggunakan kayu bakar. Orang bisa mencapai tempat tujuan dengan  pesawat terbang dan lain lain lagi. Malah kecerdasan telah membuat mesin pembunuh yang dapat membunuh manusia berjuta juta seakali-gus. Maka suami istri harus punya kecerdasan setidak tidaknya kecerdasan yang duperlukan oleh kedua pasang anak manusia itu dalam membangun rumah-tangganya sendiri. Allah berfirman :
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلًا(4)

“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut syakilahnya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa dia yang jalannya mendapat hidayah ”                      ( QS.17/Al-Isra’ : 84).

Syakilah itu pengertian umumnya “ Talenta ” Kecerdasan istri biasanya adalah kecerdasan yang berhubungan dengan rumah tangga, memasak, merawat rumah, halaman rumah, mengurus anak, menjaga / mendidik anak, apalagi kalau ada kecerdasan yang sifatnya membantu suami dalam mencari nafkah, itu alhamdulillah.

9.   Silatu’rrahmi

Allah berfirman ( Hadits Qudsy ) :
 ما من ذنب احرى ان يعجل الله عقوبته فى الدنيا مع ما يدخر لصاحبه فى الاخرة من البغى وقطيعة الرحم ( رواه احمد )
Tidak ada dosa yang lebih pantas disegerakan akibat balanya didunia serta disimpan bagi pelakunya di akhirat dari pada kezaliman dan memutuskan tali- persaudaraan”   ( HR Ahmad )

            Maka untuk menyambung dan mengikat tali persaudaraan itu haruslah dirajut :

a.  Ta’aruf ( Saling mengenal ) dengan cara saling berkunjung diantara sahabat, mengunjungi keluarga masing masing baik yang dekat maupun yang jauh
b.  Tafahum ( Saling memahami ). Demikian banyaknya sahabat, keluarga tentu banyak pula bentuk karakteristik keperibdian kerena itu haruslah saling memahami
c.  Ta’awun ( Saling tolong-menolong ). Karena hidup melewati tantangan besar maupun kecil kadang-kadang diantara keluarga itu ada yang tertimpa tantangan berat maka perlu tolong menolong.
d.      Takaful ( Saling meringankan beban ). Kadang kadang ada keluarga atau sahabat dalam keadaan memikul beban yang berat, maka perlu Takaful supaya ringan beban yang ditanggung  saudara yang keberatan beban itu.
e.       Tajarrud ( Saling keterbukaan ). Diperlukan hati yang telanjang tidak malu apa adanya dengan demikian kita akan ridho menerima keadaan pemberian Allah dan tidak malu tentang kekurangan kita dalam hubungan persaudaraan atau persahabatan.

Kalau kesembilan akar ini tertanam dalam dan tidak ada bagian akar yang rusak     (  busuk ) maka kehidupan akan kuat seperti pohon yang kokoh kuat tapi kalau akar-akar  kehidupan itu tidak dapat diwujudkan dalam rumah tangga maka kehidupan akan tumbang seperti pohon yang akarnya terbongkar dari tanah:

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ(2)
”Dan perumpamaan kehidupan yang buruk seperti pohon yang buruk, yang  tercabut akar-akarnya dari tanah; karena tidak ada lagi kekuatan.” ( QS. 14/ Ibrahim :26 ).

Bila  semua akar kehidupan ini dapat berfungsi dengan baik mudah mudahan semua usaha, perjuangan akan sukses sebagaimana yang sudah dijanjikan Allah :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(2)
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan jadi orang-shabarlah dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”                  ( QS.3/Ali Imran : 200 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar