Rabu, 07 September 2011

JIHAD DIJALAN ALLAH



JIHAD DI JALAN ALLAH

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ(1)
    “ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga padahal belum lagi ditilik Allah orang yang berjihad diantara kamu dan diketahui benar siapa pula orang yang sabar” ( Q.S.3.Ali- Imran : 142 )

Mu’az bin Jabal menjelaskan bahwa suatu ketika Nabi bersabda kepadanya :      “ Maukah engkau bila kuberitahu kepadamu Pokok amal dan tiang tiang serta puncaknya ? Kata Mu’az : “ Ya !, mau !”  Lalu Nabi bersabda :
رأس الامر الاسلام وعموده الصلاة وذروة سنامه جهاد......   ( رواه الترمذى)
           
       “Pokok amal adalah Islam, tiang-tiangnya adalah Sholat adapun puncaknya adalah Jihad “ ( Hadits Riwayat Tirmidzi )

            Apakah pengertian jihad itu ? Dimasa Nabi Muhammad  kata jihad selalu dikaitkan kedalam pengertian “ perang ”, sebab ketika itu musuh musuh Islam selalu memerangi kaum Muslimin maka umat Islam bangkit angkat senjata lalu terjadilah peperangan. Jihad itu bukan bermakna “ memerangi” atau dengan istilah sekarang kini ” jadi teroris “,  tidak ada dianjurkan dalam  Islam agar umatnya jadi teroris bila melihat adanya kemungkaran. Kata jihad itu berasal dari Bahasa Arab dari akar kata ( جهـد ) yang bermakna “sungguh-sungguh “  jadi :  “ Jihad dijalan Allah artinya bersungguh sungguh membela Agama Allah”, kalau kaum Muslimin diperangi harus bangkit melawan, kalau ajaran Islam dirusak harus tampil memperbaiki kerusakan dan siperusak harus ditindak, kalau dinodai harus ada kesadaran untuk membersihkan noda dan sipembuat noda harus disadarkan  kalau tak mau sadar harus ditindak. Kalau disimpulkan makna Jihad adalah :                      “ Kesungguhan membela Agama Allah “
            Begitu pentingnya masalah  Jihad  sehingga Anjuran berjihad  dalam Al-Qur’an disebut sebanyak lebih 40 X.  Pemerintah kita-pun sekarang sedang berjihad  memerangi Koruptor, memerangi Teroris. Teror Nurdin M.Thubb cs kini sudah berhasil dilumpuhkan akan tetapi ada luka besar yang menganga pada batang tubuh Islam, karena orang orang yang diluar Islam, yang biasa melecehkan ajaran Islam atau orang Islam sendiri yang tak-suka pada syari’at Islam menganggap :  “ Itulah Jihad yang diajarkan Islam dengan perinsip: “Bunuhlah Orang kafir itu dimana jumpa” padahal bukan begitu yang diajarkan, itu  hanya penafsiran jihad dari segelintir orang-orang Islam. Mereka para Teroris memang ahli membuat bom hanya untuk “me-ngebom Hotel milik orang Kafir, lalu yang mati  orang orang Islam yang berkerja disitu ” Suatu peristiwa tragis yang menyedihkan, yang memalukan dan sekaligus mengecewakan.
       Pernah Rasulullah menjelaskan bahwa :
“ Sebaik baik Muslim tentang jihad  ( perjuangan ) nya adalah yang berjuang memerangi gejolak di dalam diri untuk mencari keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla”.
           Memang dalam ajaran Islam Jihad itu merupakan puncak dari perjuangan  karena didalam jihad itulah tertanam semangat untuk membela Islam dan memerangi musuh-musuh Islam dengan ketentuan bahwa mereka itu yang lebih dahulu memerangi, itupun harus dengan etika peperangan : tidak membunuh secara membabi-buta membunuhi perempuan dan anak anak.
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ(1)
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS2/ Al-Baqarah : 190 ).

           Di masa Nabi Muhammad berjuang  berperang dijalan Alah adalah bukti kesungguhan membela agama Allah dengan cara berjuang memerangi orang Kafir, karena orang-orang Kafir memerangi umat Islam dimana saja sehingga perkataan Jihad itu diartikan dengan berjuang atau berperang. Setelah beberapa abad kebangkitan Islam, perkataan jihad yang diartikan perang semakin populer sehingga setelah meletus perang Salib maka perkataan jihad fi sabilillah diartikan perang sabil. Adapun arti hakikat menurut Nabi Muhammad jihad adalah berjuang memerangi gejolak hawa nafsu, sedangkan perkataan jihad dalam arti umum ialah berjuang untuk memelihara dan memurnikan serta menghidupkan ajaran Islam yang di dalamnya terkandung semangat juang dan kesungguhan.Tanpa semangat juang, kesungguhan dan keuletan, Islam tidak akan dapat dikembangkan di tengah tengah masyarakat Islam dan tidak mungkin pula hidup di dalam jiwa umat Islam itu sendiri.
Salah satu diantara tujuan akhir yang hendak dicapai di dalam mengamalkan ajaran Islam ialah menghidupkan semangat jihad, semangat ini dapat menghidupkan api Islam agar marak bergejolak sehingga cahayanya dapat menerangi seluruh dunia. Lalu para Muharrik atau Mujahid ( pejuang ) Islam dengan semangat itu mampu mengeluarkan orang yang tenggelam dalam kegelapan  membawanya ke alam yang terang benderang     لتخرج الناس من الظلمات الى النور
( untuk mengeluarkan manusia dari alam dzulumat ( jahiliah ) kealam Nur    ( terang bnderang )
Apa yang harus dilakukan untuk membangun semangat Jihad, apakah cukup dengan adanya kegiatan mengaji antara Maghrib dan ‘Isya’ dimalam- malam tertentu dengan Ustdz yang  bergantian ?. Apa target yang mau dicapai dengan pengajian seperti itu Apakah untuk mencerdaskan umat atau untuk melahirkan kader penerus yang militan ?. Dua-duanya tidak. Kenyataan pengalaman penulis selama mengikuti pengajian pengajian di Mesjid hampir tak ada diantara Jamaah pengajian yang menjadi Ustadz sanggup menggantikan Ustdznya bila berhalangan padahal lamanya mengaji belasan tahun malah sang Ustdz yang semakin lama semakin pintar dan cerdas karena  Ustadz itu  selalu membaca dan study terus sepanjang hayatnya, takut kalau-kalau pendengar ceramahnya lebih pintar atau takut kalau ada pertanyaan yang tak terjawab.
Partai Islam, Organisasi Islam yang besar perlu Mendirikan PUSDIKLAT untuk mencetak Kader yang militan yang mampu tampil sebagai Muharrik membela, membersihkan ajaran Islam yang telah terkontaminasi dengan adat tradisi leluhur yang dianggap  luhur.

Macam-macam bentuk Jihad
1. Ber-da’wah
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” ( QS.16/ An-Nahl : 125 )           
             Ayat tersebut diatas mengandung perintah berda’wah dimana ada tiga macam pilihan sesuai dengan kondisi dan situasi dan obyek da’wahnya.. Tiga macam metode pilihan yang diajarkan Allah kepada Nabi Muhammad adalah :
1.      Da’wah bi’l Hikmah
2.      Da’wah bi’l Mau’izah Hasanah
3.      Da’wah bi’l Mujadalah Hasanah
Da’wah bi’l hikmah adalah da’wah yang dilakukan dengan penuh kebijaksanaan menggunakan pertimbangan Psikologi sosial dan psikologi politik untuk mengantarkan da’wah agar sampai mencapai tujuan yang diharapkan.
Da’wah bi’l Mau’izah Hasanah adalah  memberikan ajaran-Islam yang praktis, mudah dimengerti, dengan dalil yang tepat berdasar Al-Qur’an dan Hadits Shohih, tujuannya agar peserta Da’wah dengan mudah memahami ajaran Islam yang persis seperti yang diajarkan Nabi Muhammad. Untuk memudahkan bagi Da’i dibelakang hari Ulama masa lampau sudah meninggalkan karya besarnya berupa Ilmu Fiqhi, ilmu tauhid, ilmu tafsir ilmu Hadits yang lengkap sebagai pedoman berda’wah
Da’wah bi’l Mujadalah Hasanah adalah da’wah yang menggunakan metode dialogis, duduk bersama bertatap muka, berlaga argumentasi mencari kebenaran. Kadang kadang tidak hanya laga argumentasi tapi bisa meningkat adu fisik, adu kesaktian. Daa’i harus siap dari segala sisi keilmuan untuk mempertahankan kebenaran Islam, bertanding kekuatan pikiran berlaga argumentasi atau  bertanding kekuatan fisik kekuatan spiritual untuk mmbuktikan keyakinan. Dizaman Nabi untuk mempertahankan kebenaran Islam itu malah  ada yang harus menghadapi lawan tanding dengan “perang-tanding” dan siap mati syahid.

       Sistem Da’wah Na
Dalam kesempatan ini penulis sajikan cuplikan metode da’wah Nabi yang tertera pada peta Allah yang telah depedomani oleh Nabi Muhammad dalam berjuang dan berdakwah.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(1)
Hendaklah ada diantara kamu umat yang bertugas menyeru      ( berdakwah ) kepada kebaikan dan ( sebagian yang lain ) melaksanakan yang Ma’ruf dan sebagian lainnya menjadi Pelaksana Nahi Mungkar, mereka itulah orang orang yang akan memperoleh kemenangan” ( Q.S/3;Ali Imran : 104)
Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa dalam menjalankan da’wah harus berpedoman pada “ Dakwah terpadu” sebagaimana makna yang tersirat dari ayat diatas, yang dapat disistimatiskan sebagai berikut :
Hendaklah ada  diantara umat :
  1. Sebagiannya harus ada sebagai pendakwah ( Daa’i) : Mubaligh / Ustazd / Guru yang bertugas membimbing dan mengarahkan umat kepada cara hidup yang baik menurut sunnah dan menjalankan Agama dengan baik menurut sunnah.
  2. Sebagian yang lain adalah kelompok Amar Ma’ruf yaitu kelompok orang orang  yang berkarya dengan karya yang Ma’ruf, atau yang mampu memerintahkan  berbuat Ma’ruf atau yang terpanggil untuk memusyawarahkan  agar masyarakat menjadi ma’ruf ( terkenal dan dikenali ). Kata ya’muruna ( يأمرون  ) diambil dari kata : amara   امر ) ) yang mengandung tiga makna yang terpadu yaitu , perintah, kerja dan musyawarah. Sementara kata Ma’ruf diambil dari akar kata عرف yang mengandung makna “ terkenal, tersohor, yang mengagumkan. Jadi makna Amar- ma’ruf :
    1. Berkarya dengan karya yang terkenal / tersohor
    2. Memerintahkan orang agar berbuat dengan perbuatan yang sangat mengagumkan
    3. Memusyawaratkan agar terwujud masyarakat yang baik yang dikenal orang identitas Islamnya

( Bukan amar m’ruf nahi mungkar itu bermakna “dengan emosi marah- marah mengamuk mengobrak abrik tempat ma’siat” itu hanya penafsiran segelintir umat )
3.      Sebagian yang lain adalah golongan umat yang sanggup membendung kemungkaran dengan kekuatan fisik  ( sesuai dengan data : Q.S.8 : 65 ), atau dengan kekuatan ekonomi yang dapat meringankan beban ekonomi dan belenggu kemiskinan   ( data Q.S.7 : 157 ), atau dengan kekuatan Iman /mental spiritual       ( data Q.S.3 : 110 )
Untuk membumikan makna tersirat dari ayat diatas semestinya umat Islam sejak lama sudah punya kegiatan :
    1. Mendirikan Sanggar Seni/ bela diri untuk menyalurkan bakat dan pembinaan fisik / mental remaja Islam
    2. Mendirikan Islamic-centre, Work Shop sebagai sarana menempa remaja Islam untuk meraih keterampilan, agar mandiri dan mampu menciptakan lapangan kerja, bukan remaja pencari kerja.
    3. Mendirikan Biro Konsultasi dan pembinaan Mental Remaja, yang merupakan upaya prefentif mencegah kenakalan remaja

2.     Jihad Membumikan Ajaran Allah
Di dalam ajaran Islam semangat pembangunan itu terpadu dengan semangat jihad itulah sebabnya setiap perjuangan ( jihad ) selalu diiringi dengan kata :            “ Amwal “ dan “ Anfus “ ( harta dan diri ). Firman Allah dalam surat At-Taubah :
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ(0(
            “Orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri, mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dan itulah orang orang yang mendapat kemenangan “     ( Q.S.9.At-Taubah : 20 )

           Dengan perkataan “bi amwalikum “ yang berarti dengan hartamu yang dapat kita ambil pengertiannya bahwa berjuang membangun Agama Allah itu harus dengan modal materi, bukan dengan do’a dan dzikir yang penuh dengan harapan dan tangis. Ini berarti manusia Muslim harus bertanggung jawab atas pembangunan Islam. Dengan perkataan “wa anfusikum “ yang artinya dengan dirimu, itu maksudnya membangun Islam harus dengan sumber daya yang ada didalam diri berupa ilmu dan keterampilan.
          Dari pengertian tersebut dapat pula kita ambil essensi makna   “ membangun”  adalah “membangun manusia seutuhnya”. Bila manusia seutuhnya itu dapat dilahirkan oleh Islam, maka dunia akan makmur, sebab manusia yang bertaqwa itu adalah manusia yang cerdas, terampil, berbudi dan berkepribadian-mulia, memiliki semangat juang dan semangat pembangunan. Kita dapat mengambil pelajaran dari wahyu yang diterima oleh Nabi Shalih ketika ia membina sikap mental kaumnya. Kaum Tsamud  yang dinasehati Nabi Shaleh dalam ayat ini bukan hanya sekedar cerita masa lalu tetapi juga ditujukan kepada umat Muhammad untuk dipedomi:
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ(1)
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya).”    ( Q.S./11.Hud:61 )

          Memakmurkan bumi maksudnya membangun peradaban dibumi secara Islami sehingga umat manusia dapat hidup aman, tenteram, makmur dan bahagia. Membangun manusia dengan peradabannya tidak dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli dengan satu macam keahlian, tetapi harus oleh Pemerintah yang mengerahkan beribu tenaga ahli yang terpadu dengan seluruh keahlian manusianya. Pembangunan seperti inilah yang disebut “ Membangun manusia seutuhnya”.
Selain itu kita diperintahkan Allah untuk menjelajahi bumi, mengadakan penelitian ilmiah, riset membuktikan dan mencari sebab kenapa dan mengapa bangsa bangsa yang pernah memiliki peradaban tinggi itu mengalami petaka kehancuran, sebagaimana yang diinformasikan Allah :

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَءَاثَارًا فِي الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ(1)
    “Apakah mereka tidak mengadakan ekspedisi di muka bumi untuk melihat, menyelidiki betapa akibat orang orang yang hidup sebelum mereka, padahal mereka itu adalah orang yang hebat kemampuannya dari mereka ( yang sekarang ) dan bekas karya mereka ( yang dulu ) bertebar di atas bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa dosa mereka dan tidak ada bagi mereka mempunyai seorang pelindung dari azab Allah “ ( Q.S.40.Al-Mukmin : 21)
            Peradaban /kebudayaan tinggi yang pernah dicapai bangsa bangsa dimasa lampau “hancur “ karena peradaban itu dibangun tidak atas pondasi ketaqwaan kepada Allah. Hal ini harus menjadi cermin perbandingan kepada Pemimpin dinegeri  Islam, bila dalam membangun diri sendiri, umat dan bangsa tidak diatas dasar taqwa, samalah artinya kita membangun di tepi tebing yang akan runtuh seperti firman Allah ini :

أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ(1)
“ Apakah orang orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaannya itu adalah berupa kebaikan atau apakah yang membangun di tepi jurang yang runtuh lalu bangunan itu jatuh bersama sama dengan orang yang membangunnya ke dalam jurang Neraka jahanam? Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang zhalim itu”    ( Q.S.9.At-Taubah : 109 )

2.1.        Membangun Pendidikan         
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ(1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah kan memberitahukan apa yang kamu kerjakan” Q.S.59/Al-Hasyar : 18 ).
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ(1)
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” ( QS. 59/ Al-Hasyar : 19 ).

Salah satu yang harus dipikirkan oleh umat untuk hari esoknya adalah :        “ Masa depan anak anak yang tidak bertular AID  ( Anak Islam yang Dungu ), maka perlu dibangun Pendidikan menurut konsep AL-Qur’an, tidak harus mencontoh Pendidikan dari bangsa yang dianggap sudah maju peradabannya

Rasulullah bersabda :
كل مولود يولد على الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه اويمجسانه    ( رواه الطبراني والبيهقي )
“Setiap anak yang lahir ia dilahirkan dengan fithrah (sifat bawaan) maka orangtuanyalah yang me-yahudikannya atau me-nashranikannya atau me-majusikannya” ( Hadits Riwayat At-Thabarani dan Al-Baihaqi )

     Apakah Fithrah
          “ Fithrah “ artinya  sifat bawaan sejak lahir ( Qamus Al- Munawwir hal :1142 ) Kalau  binatang sifat yang dibawanya dari lahir adalah al-gharizah ( insting ), kalau manusia yang dibawanya dari alam-ruh  adalah "kecerdasan"  ( intelegensi ),
           Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Abu Dawud disebutkan bahwa Nabi besabda :   ما خلق الله القـلم "   ان اول "    ( Sesungguhnya yang mula-mula sekali dijadikan Allah adalah Al-Qolam )
                   Di Hadits yang lain ada dikatakan  “     اول ما خلق الله العقـل. ( Yang mula mula  sekali dijadikan Allah adalah “Aqal )

            Kata Al-Qolam atau Al-‘Aqlu : adalah dua kata dengan satu makna yang maksudnya adalah kecerdasan
            Sejak anak lahir dia sudah dibekali dengan kecerdasan ( Intelegensi ). Kecerdasan itu tersimpan didalam inti Sel anak tersebut yang disebut Gen yang didalamnya merupakan Cetak biru,  peta perjalanan hidup anak manusia.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ(1)
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia itu dari Sulalati’m-min-thin. “   ( QS. 23/ Al- Mukmin: 12 )

Perkataan “Sulalah (سُلَالَةٍ  ), bermakna : keturunan, silsilah, anak cucu           ( Qamus  Al-Munawwir hal : 699 ), akan tetapi kerena informasi ilmiah ini belum sampai dipikiran para ulama masa lampau maka kata Sulalah itu diterjemahkan :     “ sari-pati tanah “ Jadi informasi Allah tentang Gen sudah ada dalam Al-Quran sejak lama   yang setelah diteliti :          
  1. Tentang GEN
Gen merupakan inti sel yang menyimpan banyak informasi dan instruksi yang memberi sinyal yang kadang kadang sinyal itu bernyala dan kadang kadang padam, dalam Gen itu tersimpan lebih- kurang 3.000.000.000.( tiga miliar huruf huruf-kimia) Huruf yang kita gunakan sekarang hanya sebanyak 26 atau 30 tapi informasi yang sudah ditulis manusia berjuta perpustakaan. Atom DNA yang terdapat dalam GEN itu merupakan Cetak Biru, gambar kehidupan manusia, disitulah tertulis Qadho dan Qadar. GEN dan DNA tidak hancur  dan tidak pernah menjadi tua, walaupun Sel tempatnya sudah mati, keadaannya tetap tidak berubah. Gen manusia ketika masih anak anak, setelah dewasa dan kemudian tua tetap tidak berubah hanya nyala sinyalnya yang beda, ketika muda bernyala sesudah tua ada yang padam atau sebaliknya.

            2.   Mengubah Nasib.
.......إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ(1)

“…….....Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka itu merubah sendiri apa (penyebab) yang ada dalam diri mereka  sendiri ................(Q.S. 13/Ar-Ra’du: 11).


Faktor Nasib bukan merupakan ketetapan tapi dapat diubah oleh manusia dengan cara mengubah potensi dirinya sendiri untuk itu perlu diwujudkan Sarana : Pendidikan dan Pengajaran untuk mencerdaskan anak yang dengan kecerdasan itu mereka dapat mengubah nasibnya

            Malah yang merupakan Qadho Allah, ketetapan Allah yang didalam diri masih diberi Allah peluang mengubahnya dengan kekuatan doa sebagaimana yang pernah disabdakan Nabi Muhammad .
قال ص م : لا يرد القضاء الا الدعاء ولا يزيد العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه (رواه الترمذي وبن حبان )
“Tidak ada yang mampu menolak ketentuannya ( Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan baik , dan sesungguhnya seseorang manusia diharamkan baginya rizki dengan dosa yang menimpanya”. ( H.R Tarmizi dn IbnuHibban ).
            Apakah Nasib dapat diubah dengan bacaan Do’a?. Nabi tidak katakan dengan membaca do’a tapi dengn berdo’a. Jauh sekali bedanya antara orang yang  membaca do’a dengan orang yang berdo’a
             Bagaimana caranya agar do’a bisa mustajab, bisa merubah nasib? Apakah harus dengan kata-kata  yang tersusun kalimat-kalimat puitis berbahasa Arab, atau do’a yang dibaca beramai-ramai, atau doa yang dibaca orang yang dianggap wara’ atau karena dibaca pada tempat-tempat tertentu ( dikuburan wali ?).
            Bukan demikian, doa yang mustajab adalah doa yang keluar dari inti jiwa yang ikhlas, yang memancarkan energi bergelombang pendek sehingga doa itu  berisi energi ke ilahian sehingga energinya dapat merubah qadha ketetapan Allah yaitu “ketetapan hukum Allah” yang disebut “sunnatullah”. Seperti sunnatullah “laut” yang tak mungkin dapat dibelah, tetapi Musa telah membelahnya. “Api” panas yang membakar, menghanguskan tapi bagi Ibrahim terasa dingin dengan doanya. Jadi do’a itu mengandung kekuatan, bukan hanya bunyi bacaan berbahasa Arab. Maka kalau anda memiliki kekuatan spiritual,  berdo’alah dengan kekuatan spiritual, kalau tidak punya kekuatan spiritual pakailah kekuatan  intelektual, kecerdasan dengan cara mencari jalan-keluar melalui kajian-ilmiah atau menggunakan kekuatan teknologi canggih. seperti ”Musa dapat membelah laut dengan kekutan spiritual ( mukjizat ) sekarang orang membelah laut dengan membuat kapal”. Kalau kita menginginkan terwujudnya sebuah masyarakat Islam yang beradab yang ekonominya mapan  ( masyarakat madani ) lalu kita berdo’a beramai ramai setiap malam Jum’at, masyarakat dambaan itu tidak akan muncul dengan sendirinya tapi lengkapi do’a itu dengan do’a (seruan ) membangun kekuatan pisik, mental dan spiritual dengan kerja keras mengumpul dana lalu dengan kecerdasan membangun perekonomian dan membangun ukhuwah maka mayarakat madani itu akan terwujud. Sekarang ini orang orang berdo’a caranya seperti membaca puisi bahasa Arab yang panjang sampai sampai situkang do’a tak sempat memahami apa yang dimintanya dalam do’a itu. Itu sama saja dengan yang difirmankan Allah dalam Surat Ar-Ra’du sebagai berikut ini
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ(4)
Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) do`a yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya air sampai  ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do`a orang-orang yang engkar itu, hanyalah sia-sia belaka.           ( QS.13 / Ar-Ra’du : 14 )
                Karena adanya  dua  faktor yang  tersebut diatas (a) faktor anugerah Allah berupa kecerdasan yang harus diasah, (b), faktor  nasib  yang harus diubah sendiri,  maka anak-anak Muslim harus tau cara mengubah potensi dirinya itu maka anak-anak generasi penerus itu perlu melengkapi dirinya dengan ilmu dan keterampilan supaya ia dapat merubah nasibnya dan mengantarkan dirinya pada harapan orang tuanya dan cita cita hidupnya, maka wajib hukumnya membangun tempat anak anak melatih kecerdasannya yaitu  sarana ”tempat belajar” apakah itu namanya Sekolah, Madrasah, Ma’had, Pesantren atau apa saja istilah yang pantas untuk itu.

2.2.   Mendidik anak

Anak anak itu terbentuk melalui pendidikan yang kemungkinannya ada tiga macam bentuk pendidikan yang mempengarui hidup si anak :

a.       Pendidikan Formal ( disekolah )
b.      Pendidikan Rumah tangga
c.       Pendidikan Lingkungan hidup/ lingkungan pergaulan

          Menurut Filsafat Pendidikan :

1.      Bila anak-anak dibesarkan dengan celaan ia akan belajar memaki, karena perasaan sakit   dicela itu tersimpan didalam alam bawah-sadarnya dan keluar ketika Egonya berkuasa.
2.      Bila anak-anak dibesarkan dengan permusuhan ia akan belajar berkelahi, karena kebencian yang terpendam itu akan menimbulkan sifat permusuhan..
3.      Bila anak-anak dibesarkan dengan cemoohan ia akan jadi orang rendah diri, karena cemoohan akan menyebabkan orang merasa kecil dimata orang
4.      Bila anak-anak dibesarkan dengan penghinaan ia akan hidup menyesali diri, karena endapan penghinaan itu membuat ia merasa tidak berguna atau ia akan jadi pendendam, pembenci.
5.      Bila anak-anak dibesarkan dengan dorongan dan toleransi ia akan menjadi manusia   percaya diri dan mampu menahan emosi.
         6.  Bila anak-anak dibesarkan dengan sebaik baik perlakuan ia akan mengenal kebenaran dan keadilan
7.  Bila anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan maka ia akan menemukan cinta dalam kehidupan
8.  Bila anak dibesarkan dengan ilmu tanpa keterampilan maka ia akan menjadi orang yang banyak bicara yang tak berbuat apa- apa
9. Bila anak dibesarkan dengan moral, kasih-sayang, ilmu dan keterampilan maka ia akan dapat membangun penghidupan dan kehidupan
10.     Bila anak dibesarkan dengan ajaran al-Quran dan Sunnah ia akan menjadi pewaris Nabi Muhammad.

Mestinya para Ulama dan Pakar Islam telah merencanakan Kurikulum Pendidikan Islam yang besumber dari Al-Quran yang dapat diterapkan              setidak tidaknya  pada Perguruan Islam. Pernah Sayid Muhammad Qutub menulis buku Rencana Undang undang Republik Islam Mesir berdasarkan Al-Qur’an di tahun 1965, beliau mendapat hadiah dari Presiden Gamal Abde’n  Naser dengan     “ Hadiah Penjara dan Hukuman mati tahun 1966. Negeri yang mayoritas Islam tidak suka mengambil rujukan pada Al-Quran, bagaimana di negeri kita ? Di Indonesia masih dilindungi kebebasan berpendapat, jadi tidak salah menurut Undang-Undang kalau Pesantren, Ma’had  membuat kurikulumnya sendiri, akan tetapi kalau bidang studinya tidak sama dengan Program Pemerintah nanti anak anak tidak mendapatkan Ijazah negeri, kalau anak-anak tidak mendapatkan ijazah negeri mau kemana anak itu melanjutkan Pendidikan formalnya?. Kalau begitu Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an itu diterapkan diluar jam sekolah yang formal bila Sekolah memakai kurikulum Mendikbud
Tentulah yang kita harapkan “adalah  pendidikan terpadu” yang memadukan cara : N0. 5, 6, 8 dan 9 yaitu :
*  Anak dididik dengan dorongan dan toleransi supaya ia menjadi manusia   percaya diri dan mampu menahan emosi.
      *   Anak dididik dengan sebaik baik perlakuan supaya ia  mengenali kebenaran dan keadilan
*  Anak dididik dengan kasih sayang dan persahabatan supaya ia  menemukan cinta dalam kehidupan
*   Anak dididik dengan moral,  ilmu dan keterampilan supaya ia kelak dapat membangun penghidupan dan kehidupan
         *   Anak dididik dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah agar dapat menjadi pewariis Nabi


2.3. Pendidikan Islam Modern tidak harus mencontoh Pendidkan Gaya Barat karena dianggap Bangsa berperadaban tinggi padahal mereka mengengkari  Allah

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ(1)
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” ( QS. 59/ Al-Hasyar : 19 )

            Bila anak anak bangsa dibesarkan dan dididik dengan cemoohan karena anak anak tak patuh pada peraturan  / disiplin Sekolah, tak patuh sama orang tua, dididik dengan persaingan dan permusuhan, saling melecehkan karena status ekonomi orangtua, saling menghina karena merasa dirinya lebih; mereka diberi ilmu  tidak dilatih terampil. Kemalasan dan kebodohan tidak menjadi perhatian Guru dan orangtua maka anak anak itu akan berubah karakter  menjadi  “ Manusia jadi-jadian “, tubuhnya manusia pri-nya hewan jadi : “ Manusia yang berperihewan”:
Diantaranya disebutkan Allah :

    1. Ke-Serakah-an yang pelakunya tidak pernah merasa puas sehingga sifatnya berubah menjadi “Sifat Anjing-lapar”, sebagaimana yang telah di Firmankan Allah:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ      >
“Jika Kami menghendaki, Kami akan tinggikan kedudukannya dengan ajaran ayat-ayat itu akan tetapi dia lebih cendrung kepada dunawi lalu menurutkan hawa-nafsunya, maka perumpamaan orang ini seperti anjing yang kalau engkau bawa kepada anjing itu sesuatu, terjulurlah lidahnya dan kalau ditinggalkan, lidahnya terjulur juga “ (Q.S. Al-A’raf/7 : 176).
2. Hanya memikirkan kesenangan sendiri, makan enak, uang banyak tidak perduli halal atau haram, tidak tahu malu, seperti monyet yang maunya bergayut diatas dahan memetik daun-daun muda tidak mau turun kebawah. Itu kelakuan monyet bagaimana kalau manusia ? Kalau manusia  sudah diatas jadi pemimpin tak mau turun, mau diatas terus enggan menjadi rakyat biasa, mau memimpin terus walau  tak mampu dan rakyat sudah tak suka. Ada manusia yang mencontoh babi yang menyerodok kesana kesini nyerodok proyek agar dapat komisi atau upeti yang penting untung banyak perut kenyang dan hati senang.  Allah  berfirman :
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيل>
“Katakanlah ! “ apakah Aku akan beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasan yang diterimanya dari (orang-orang fasik) disisi Allah, dan telah menjadikan mereka monyet dan babi serta menjadi hamba thaghut mereka itu lebih buruk tempatnya dan sangat sesat dari jalan yang lurus” (Q.S. Al-Maidah/5 :60).
3. Ada yang patuh fanatik kepada atasan padahal dirinya hanyalah sapi perahan, mata hatinya tertutup  tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, punya kuping tidak dapat lagi mendengarkan ajaran Allah. Orang yang seperti ini mudah dikomandokan, diajak mengkultuskan seseorang mau/fanatic diajak demontrasi mau, diajak menjarah  mau, diajak demo sambil membakar perkantoran, merobohkan pagar mau, diajak kehutan jadi teroris juga mau, pokoknya apa kata komandanlah maka si-komandanpun mengambil kesempatan  sengaja memakai simbol-simbol Islam dengan menggunakan “seruan-jihad” untuk meyakinkan mereka agar mau diajak jadi teroris malah kalau mati dijanjikan sorga dengan bidadari cantik lalu merekapun rela jadi pengantin-kematian. Mereka ini hanyalah merupakan “binatang ternak” yang di beri makan supaya gemuk setelah gemuk lalu dijual atau disembelih.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ(1)
“Dan sesungguhnya kami jadikan isi Neraka Jahannam kebanyakan dari golongan Jin dan manusia yang mereka punya hati tapi tidak dapat memahami, punya mata tapi tidak bisa melihat dan punya kuping tidak dapat mendengar, mereka hanya seperti binatang ternak, bahkan lebih parah dari itu lagi, mereka adalah orang-orang yang lalai”(Q.S. Al-A’raf/7 : 179)
4. Sebahagian yang lain hanyalah orang-orang yang hidupnya untuk makan, membiak kemudian mati tanpa ada cita-cita dan tujuan hidup. Mereka hanyalah seumpama nyamuk-nyamuk, yang berjuta lahir dan berjuta pula mati ada yang mati malah belum pernah merasakan makanan.
إنَّ اللَّهَ لا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu” ( Q.S. Al- Baqarah : 26).

Nyamuk hanya hidup dua atau tiga hari, hanya sekali makan kemudian mati. Beribu nyamuk mati tak meninggalkan bekas dan tak berbau. Kalau manusia bila ia hidup 60 tahun berkesempatan makan 66.000 X , berkesempatan punya anak 1 sampai 10 orang itupun yang dilahirkan lebih banyak yang menjadi setan. Makin banyak anak dilahirkan semakin banyak kejahatan bertambah seperti Geng-Motor anak anak remaja. Tapi Remaja Mesjid tidak ada yang berani jadi Muharrik           ( pejuang ) anti Makshiyat. Sudah dianggap hebat kalau remaja Masjid memiliki kelompok kesenian Nasyid yang keterampilannya hanya menabuh rebana, lalu menyanyikan lagu berbahasa Arab yang iramanyapun tak pasti entah Arab entah Indonesia. Belum kelihatan ada kegiatan remaja Mesjid pada keterampilan teknik yang mampu berbuat karya-karya bemanfaat dan menciptakan alat untuk kemaslahatan umat. Remaja yang keluar dari sebuah Perguruan yang menggondol ijazah hanya ingin jadi pegawai ( makan gaji ) tidak ada terpikir untuk mandiri menciptakan lapangan kerja yang dapat memberikan pekerjaan pada orang lain. Maka berduyun duyunlah anak bangsa jadi pegawai negeri atau swasta dan orang asing /pendatang yang menciptakan lapangan kerja sehingga karyawan rendah hanya menjadi kambing dan yang punya perusahaan jadi singa lalu keadaan ini meluas yang pemimpin mejadi singa dan rakyat mejadi kambing dan Negeri Islam pun menjadi Kebun Binatang sebagaimana sabda Nabi :
سيأتى زمان علي امتي سلاطينهم كالاسد ووزراءهم كالذئب وقضئهم كالكلب وسائر الناس كالاغنام فكيف يعيش الغنام من الاسد والذئب والكلب ؟
“Akan datang suatu masa kepada umatku, Kepala negaranya seperti singa, menteri-menterinya seperti serigala, penegak hukumnya seperti anjing dan rakyat hanya seperti kambing. Bagaimanalah hidup seekor kambing bila ia berada ditengah-tengah singa,serigala dan anjing ?”
       5.   Sementara orang Kafir seperti Al-Angkabut :
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ(4)
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling rumit ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui” ( Q.S. 29/ Al-Angkabut : 41 )
   Labah labah membuat rumahnya sendiri tanpa bantuan kawan-kawannya, dia ciptakan benang halus dari getah bening dalam dirinya yang setelah kena oksigen menjadi benang yang kokoh kuat. Dengan benang itu laba-laba ber-akrobat membuat jaringnya, setelah jaringnya siap maka setiap benang diberinya getah, tapi ada benang benang yang tidak bergetah untuk jalan yang akan ditempuhnya bila ingin menangkap mangsa yang terjaring. Sungguh menakjubkan laba-laba tak pernah terkena getah buatannya itu. Cerdik sekali  laba laba itu, begitulah cerdiknya politik orang kafir sebagaiman yang dingatkan Allah      
a.       Mereka ingin memadamkan cahaya Allah ( ajaran Islam )
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ(2)
      “Mereka berkehendak memadamkan cahaya ajaran Allah dengan mulut mereka dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukainya”  (Q.S.9/At-Taubah : 32)

      b.  Orang-orang kafir selalu ingin memerangi dan mengalahkan Islam, dengan kekuatan politik atau kalau ada kesempatan dengan invasi.

وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ        اسْتَطَاعُوا.........                 
“……….. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari Agama kamu  (kembali menjadi kafir), sekiranya mereka sanggup….” (Q.S.2 / Al-Baqarah : 217)

       c.  Mereka berupaya menghancurkan Islam dengan kekuatan Moneter.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ(3)
      “Sesungguhnya orang kafir itu membelanjakan hartanya untuk menghalangi orang beriman dari jalan Allah. Mereka akan membelanjakan hartanya itu kemudian nanti akan menjadi penyesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan. Dan kedalam neraka jahannamlah orang-orang kafir itu di kumpulkan. (Q.S. 8/Al-Anfal : 36

d.      Setidak tidaknya umat Islam terpesona dengan peradaban dan kebudayaan mereka
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ
          “Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti kebiasaan hidup mereka (adat, kebudayaan dan ideologinya). Katakanlah sesungguhnya petunjuk Allah itu petunjuk yang benar. Jika  kamu mau mengikuti kemauan mereka setelah datang kepadamu pengetahuan, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong kamu. (Q.S. 2 / Al-Baqarah : 120).

Maka sekarang ini kebudayan Barat dianggap orang budaya yang paling tinggi yang menjadi pola anutan. Malah tokoh Islam jadi ikut-ikutan, kalau mau jadi orang terkenal yang dianggap pintar berpikir maju mereka mengambil titel kebanggaan ( Doktor dalam bidang Filsafat ) kuliahnya ke Amerika. Mau jadi orang hebat dalam teknologi ilmunya dicari di Jerman. Kenapa Saudi Arabia yang kaya raya tak mampu membangun Perguruan Tinggi yang bisa mencetak Sarjana ahli Nuklir ahli pertambangan mencetak para Arsitektur, para Ekonom dan Dokter ahli ? Bukankah dengan uang yang banyak tenaga pengajar dapar dibayar dari mana saja ? Tapi mereka tak  berani, tak mau, takut dimurkai “ Tuan Amir”  ( Amerika )
            Kalaupun ada Negara Islam yang mau berbuat demikian pastilah Amerika dan sekutunya menghambat dengan segala macam cara sehingga Negeri Islam tetap menjadi negeri  yang terkesampingkan dan umat Islam menjadi umat yang terkebelakang, padahal bukan tidak ada orang Islam sekarang yang cerdas
     
             Negeri Islam Pakistan pernah melahirkan Ulama dan  Sarjana Fisika yang memenangkan “ Smith’s Prize di Universitas Cambridge 1950 , pemenang hadiah Nobel 1979, beliau adalah Prof Dr Abdu’s Salam Mph yang ahli membuat senjata Nuklir. Karya ilmiahnya ada sebanyak 200 buku yang sudah diterbitkan, tapi ilmunya yang banyak dan hebat itu tidak bermanfaat bagi perkembangan dunia Islam karena beliau tidak menyumbangkan ilmu itu untuk umat Islam atau Agama Islam, beliau lebih suka dikontrak Amerika menjadi Dosen dengan gaji tinggi.  Untung masih ada Republik Islam Iran yang berani berpacu dalam Teknologi Nuklir walau selalu dihambat Amerika dan sekutunya

 3. Membangun Masyarakat Madany

              Masyarakat Madany adalah masyarakat yang beradab berilmu dan hidup dalam kehidupan yang mapan. Sebelum Masyarakat Madani dilahirkan terlebih dahulu diprioritaskan adalah membangun “Madinah” Istilah Madani atau Madinah  dalam tulisan ini mengambil nama tempat pembangunan masyarakat Islam dimasa nabi Muhammad. Beliau memilih sebuah desa yang bernama Yatsrib sebagai tempat pengkaderan umat  yang kemudian menjadi Puisat Pendidikan, pusat penyebaran Islam, pusat Pemerintahan dan Peradaban Islam. Desa Yatsrib kemudian disebut dengan nama Madinah karena didalamnya berkumpul  masyarakat yang beradab, bermoral dan bependidikan  kemudian “ Madinah” menjadi istilah untuk ibu-kota Daulat Islam yang pada masa itu disebut Madinatu’l Munawwarah. Oleh karena itulah pantas nama Madinah diambil menjadi tempat pembentukan kader Muslim yang militan, yang diharapkan akan melahirkan Masyarakat Madany ( Masyarakat beradab ). Setiap pembangunan memerlukan perencanaan dan modal pembangunan, tanpa perencanaan dan modal, pembangunan tidak akan berhasil baik. Walau perencanaan sudah mantap tapi modalnya  kurang, pembangunan juga tidak akan berhasil. Membangun Madinah dimulai dari pembangunan mayarakat Madani yang dalam  pembangunan Masyarakat Madani itu Allah telah merencanakannya dan memberi modal dasar kepada umat Islam yaitu :

a. SUMBER DAYA ALAM (SDA) yang sangat kaya,
b. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) berupa kecerdasan / keterampilan dan
c. SUMBER DAYA HIDAYAH (SDH) sebagai petunjuk dan pedoman hidup yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

a.          Sumber Daya Alam
                Modal dasar pertama anugerah Allah kepada manusia khususnya orang-orang yang beriman adalah Sumber Daya Alam yang berlimpah ruah, ada di langit dan di bumi, sebagaimana yang telah difirmankan-Nya.
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي ْألاَرْضِ وَأَسْبَغَ عـَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عـِلْمٍ وَلا هُدًى وَلاَ كِتَابٍ مُنِيرٍ(0)
      “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kamu apa saja yang ada di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmatnya baik yang zhahir maupun yang bathin, dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah karena tidak berilmu, tidak mendapat hidayah dan tidak ada kitab yang memberi penerangan” (Q.S. Luqman/ 31 : 20).                               
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالا َرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون )
       “Jikalau sekiranya penduduk sebuah negeri, mereka itu beriman dan bertaqwa, Kami akan bukakan untuk mereka itu pintu berkah dari langit (COSMOSFERA) dan bumi (GEOSFERA) akan tetapi mereka itu membohongi (dirinya) maka Kami cabut lagi berkah itu dari apa yang pernah mereka usahakan” (Q.S. 7 Al-A’raf : 96).

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا ءَامِنِينَ(1)
    “Dan Kami jadikan di antara mereka (umat) dan di antara suatu negeri dengan negeri lain yang Kami telah limpahkan berkah padanya, negeri yang benar-benar mewujud sebagai suatu negeri makmur yang telah Kami tetapkan harus ada hubungan (jalan) untuk transportasi antara negeri itu tempuhlah oleh kamu jalan itu dengan rasa aman baik malam maupun siang” (Q.S.34/As-Saba': 18).
   
Tiga ayat yang dikutip diatas menjelaskan kepada kita bahwa ada  Sumber Daya Alam anugerah Allah di langit dan ada dilingkungan bumi dan ada  diperoleh dari antara satu negeri dengan negeri lain. Tiga macam bentuk Sumber Daya Alam  itu, bila diganti istilahnya dengan istilah ilmiah : SDA COSMOSFERA (Sumber Daya yang ada dalam liputan alam semesta), SDA GEOSFERA (Sumber daya yang ada meliputi langit dan bumi) , SDA EKOSFERA (Sumber Daya dari lingkungan semua materi yang bermanfaat dan dapat dimanfaatkan yang didapati antar negeri).Tiga macam sumber daya di negeri kita ini cukup berlimpah namun karena SDM-nya rendah dan lemah maka SDA yang berlimpah itu dimanfaatkan oleh orang luar (non Muslim) dan kaum Muslimin hanya mendapatkan sisanya, itupun kadang kadang sisa yang hanya tinggal limbah, maka umat yang mengutip rizki dari limbah itu derajatnya hanyalah setingkat pemulung. Maka Al-Qur’an selalu mengingatkan tentang pentingnya pembangunan Sumber Daya Manusia yang potensinya cukup besar, ada didalam diri, yang harus dikembangkan sesuai dengan lingkungan hidup dimana manusia itu hidup.  Firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ .....
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apapun keadaan pada diri suatu kaum sebelum mereka mau merobah apa apa yang ada didalam dirinya (SDM nya) "(Q.S. ar-Ra'ad [13]:  11)

             Mengubah apa yang ada didalam diri itu adalah mengubah kelemahan yang ada dalam diri dengan cara mengubah cara bepikir dengan  memperbanyak pengalaman, mempertajam daya akal, memperbesar kemauan dan memacu semangat melalui pelatihan pelatihan agar maju berpacu dengan perkembangan peradaban manusia yang sekarang sedang menggelinding kearah gelobalisai. Apakah umat Islam sudah siap ikut berapacu di era globalisasi ini?
       b.  Sumber Daya Manusia
            Untuk membicarakan Sumber daya Manusia (SDM) kita memulai dasar kajiannya dengan perbandingan dunia atom, supaya pembahasannya mempuyai acuan. Teori atom yang sudah diteliti oleh pakar Pisika merupakan hukum dasar Sunnatullah, dan hukum ini menjadi dasar proses menjadinya alam semesta ciptaan Allah.
            Kalau suatu materi dihancurkan ia akan menjadi tepung dan bila tepung itu dihancurkan lagi akan menjadi molekul. Kalau molekul ini dihancurkan pula maka ia akan menjadi materi yang takterbagi disebut atom.
            Jadi atom adalah bagian materi yang terkecil sehingga tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Kalau atom ini dilebur maka hilanglah sifat materinya dan ia berubah menjadi energi. Jadi atom pada hakikatnya adalah merupakan padatan energi yang bermuatan listrik positif, negatif dan netral. Yang psotif disebut proton, yang negatif disebut elektron dan yang netral disebut neutron. Proton dan neutron adalah merupakan inti-atom sedangkan elektronnya itu dinamakan kulit-atom.  Elektron itu mengorbit mengelilingi inti atom, ada yang satu orbit, dua, tiga, empat, lima enam dan maksimal tujuh orbit.
            Selain dari proton dan neutron di dalam inti atom itu masih ada jenis lain yaitu positron yang merupakan elektron tapi ia tidak menjadi kulit karena masih ada sifat positifnya ada lagi Meson yaitu jenis inti yang bermuatan netral .
            Sekarang kita sudah mengenal lima macam bahagian atom yaitu : Proton, neutron, elektron, positron dan meson.
            Bila jiwa manusia diumpamakan Atom maka kita temukan juga keadaan seperti itu didalam jiwa manusia. Yang semisal proton-atom adalah hawa  nafsu, karena itu sifat hawa nafsu  sama dengan sifat proton yaitu memiliki energi pendorong. Yang semisal elektron adalah akal pikir yang berisi energi negatif bersifat menarik Karena itu akal sifatnya menarik sesuatu ke dalam pikiran sehingga dengan akal pikir kita dapat mengenal sesuatu dan akal pikir itu merupakan kulit jiwa. Sementara yang netral di dalam jiwa itu adalah hati (qalbu) yang di dalamnya terkandung sifat akal dan sifat hawa nafsu, karena itu hati dapat ditarik oleh hawa nafsu sehingga tunduk kepada kemauan atau kehendak, atau tertarik kepada akal sehingga akal mendapat bantuan berpikir intuitif.
            Dari celah inti jiwa ini meluaplah satu jenis inti jiwa yang dinamakan emosi yang terkadang dipengaruhi hawa nafsu menjadi emosi yang agresif, kadangkala dipengaruhi perasaan halus, menjadi emosi menyusut menimbulkan rasa terluka, tersinggung atau sakit hati. Dari celah hati dan akal pikir meluap lagi bagian inti jiwa yang disebut akal-cipta, akal intuisi, dimana insfirasi,  keluar meluap dari sini. Lima macam yang tersebut tadi adalah merupakan sumber daya  ( SDM ) dalam diri manusia yang seharusnya dibentuk, dibina dan dikembangkan dalam satu wadah yang bernama MA’HAD ( Pesantren ) setidaknya berupa Diklat. Tidak cukup da’wah Islam hanya dangan metode Ceramah dengan komunikasi satu arah saja tanpa pendidkan dan pelatihan. Apalagi metode Ceramah itu sengaja diringankan sekedar “ santapan-rohani” yang isinya lebih banyak hiburan dan senda gurau . Maka akibat sistim Da’wah tersebut mental umat Islampun jadi ringan seperti buih laut dan hiduplah umat Islam itu hanya sekedar main-main dan senda gurau baik dalam menghadapi kehidupan hari esok maupun manghadapi hari kematian.
c.   Sumber Daya Hidayah

            Sumber daya manusia ( SDM ) memang sudah ada tersimpan di dalam diri manusia akan tetapi SDM itu tidak akan bangkit kalau tidak ada daya pembangkit. Kekuatan daya pembangkit itu adalah Sumber Daya ketiga yaitu Hidayah ( SDH) yang dijelaskan Allah di dalam Al-Qur’an Surat Al-Hadid, sebagai berikut :
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ(2)
“Sesungguhnya kami telah mengutus Rasul-rasul dengan bukti-bukti yang jelas, dan kami turunkan bersama kedatangan Rasul-Rasul itu : Al-Kitab dan Al-Mizan supaya mereka (dengan Al-Kitab dan Al-Mizan) dapat membangun keadilan ditengah tengah masyarakat manusia ; kemudian Kami turunkan Al-Hadid yang padanya terkandung kekuatan yang hebat dan manfaat yang besar bagi manusia, semua itu untuk dinilai Allah siapa yang benar-benar mau menolong agama-Nya dan Rasul-Nya dengan secara taknyata (pertolongan bersifat moril), sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (Q.S 57/ Al-Hadid : 25).                 .
            AL-KITAB = dari akar kata ka-ta-ba (كتب ) artinya menulis.  Kitab               ( (كتاب  artinya Kumpulan tulisan baik yang tertulis didalam hati maupun  tertulis diatas suatu media ( batu, daun, kulit, kertas ). Jadi  Al-Kitab itu merupakan kumpulan wahyu Allah maka terjemahan Al-Kitab yang lebih tepat adalah : TAP-TAP ALLAH ( Ketetapan-ketetapan Allah = Al-Qur’an ) itulah yang merupakan Sumber Daya Hidayah ( SDH )
            AL-MIZAN = dari akar kata wa-za-na = menimbang. Al-Mizan = Timbangan, maksudnya bukan timbangan yang biasa dipakai oleh pedagang tapi Mizan itu adalah “ kecerdasan/intelegensi" yang diberikan Allah kepada manusia supaya manusia mampu menimbang mana yang  benar dan mana yang salah, mana yang bermanfaat atau yang mudharat, mana bid’ah dan mana yang Sunnah yang didapati ditengah tengah kehidupan masyarakat. Jadi Mizan merupakan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang harus dilatih supaya tajam. .
                                 AL-HADID =  yang tajam (Qamus Al-Munawwir hal. 262). Biasanya  yang tajam itu adalah senjata ( pedang, pisau ). Istilah yang tajam dapat juga bermakna perkakas yang terbuat dari besi, karena itu “besi”  dalam  bahasa Arab disebut : “Al-Hadid”.  Al Hadid mewakili semua peralatan yang dibuat manusia ( barang-barang teknik ) yang dengan perkakas itulah manusia dapat meraih  anugerah Allah dalam Alam merupakan Sumber Daya Alam yang sangat banyak manfaatnya.
                                           Al-Hadid dimasa kita sekarang bukan hanya bahannya besi, malah ada senjata  nuklir yang bahannya uranium, dan perkakas harianpun sudah serba elektronik jadi bukan hanya terbuat dari besi. Karena itu makna AL-HADID yang lebih umum adalah :

Perkakas apa saja dan dari bahan apa saja yang dapat digunakan untuk membela diri dan memerangi musuh, serta semua perkakas yang digunakan dalam kehidupan dan yang digunakan untuk meraih SDA”.

            Jadi kutipan Surat Al Hadid ayat 25 yang tertera diatas menjelaskan bahwa Allah mengutus Rasul-Nya dengan membawa modal untuk pembangunan umat yaitu: Al-Kitab, Al-Mizan dan Al-Hadid. Menurut sunnahnya setiap pembangunan harus ada modal.  Modal pertama adalah Kitab yang merupakan Sumber Daya Hidayah (SDH) Yang kedua Mizan, intelegensi, kecerdasan untuk melakukan kesetimbangan didalam kehidupan ini yaitu Sumber daya Manusia (SDM) dan yang ketiga adalah bahan (SDA) dalam bentuk materi ( besi ) ataupun bahan lainnya yang dapat diolah menjadi perkakas, senjata, pokoknya yang merupakan benda benda teknologi. Sekarang ini bahan bahan SDA  yang diberikan Allah cukup banyak yang ditemukan malah berlimpah-ruah, ada migas, ada timah, emas, tembaga, perak ada uranium yang dapat dijadikan senjata pemungkas atau yang lebih bermanfaat lagi untuk pembangkit tenaga Listrik dan kemaslahatan lainnya. Dapat disimpulkan bahwa  “dengan kecerdasan manusia  membuat perkakas dengan perkakas itu manusia mengolah Sumber daya Alam yang berlimpah lalu dijadikan modal pembangunan manusia seutuhnya, yaitu Madinah yang didalamnya berkumpul Masyarakat Madani”. Masyarakat madani adalah masyarakat lingkungan dalam Madinah yang disebut Nabi dengan sebutan  Masyarakat Munawwarah yang diluar lingkungan itu adalah Masyarakat Zhulumat
               Kemanakah digiring umat lingkungan luar yang masih ber-Budaya Zhulumat itu? Mereka harus dibawa ke dalam Masyarakat baru, Madinah yang Madany masyarakat yang beradab yang mendapat cahaya Iman Islam, hidup dalam curahan karunia  Ilahi yang  terang benderang sebagimana firman-nya :
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ( 1)
"Inilah Al Kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu yang mengeluarkan manusia dari Zhulumat ( budaya yang gelap ) kepada budaya yang terang benderang dengan izin Tuhanmu kearah Jalan yang Maha Perkasa dan Maha terpuji ( Q.S.  14 /Ibrahim : 1  

3.1. Bentuk Masyarakat Madani  menurut  konsep Al-Qur’an
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْن عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(4)
         “Hendaklah ada diantara kamu Umat,yang membimbing kearah kebaikan,dan yang memerintah/ memusyawaratkan mengerjakan pekerjaan yang masyhur,dan mencegah kemungkaran, mereka itulah orang orang  yang beruntung” (Q.S. 3/Ali Imran : 104)
            Membangun Masyarakat Madani ( masyarakat beradab ) yang adil di negeri sendiri merupakan kewajiban umat kecuali memang tidak ada lagi pemimpin di tengah tengah umat Islam, atau yang ada hanya orang lemah, bodoh dan miskin/melarat, atau masyarakat Islam semuanya orang orang Islam Munafiq. Di bumi Indonesia yang umat Islamnya mayoritas, akan menjadi kesalahan besar kalau Masyarakat Madani tak dapat diwujudkan. Kalaupun tidak secara Nasional, setidak setidaknya dapat terwujud dalam kehidupan  secara kelompok tingkat Desa. Sampai tulisan ini diturunkan belum ada penulis mendengar ada sebuah Organisasi Islam atau Partai Islam yang kuat dan besar  mengajak anggotanya untuk membangun Perkampungan Muslim yang disana diwujudkan Masyarakat-madany yang benar benar menjalankan Sunnah Nabi
            Sebagaimana yang sudah dibicarakan diatas bahwa untuk membangun masyarakat Madani itu, Allah telah memberikan modal dasar kepada Umat Islam yaitu  SUMBER DAYA ALAM  (SDA) yang berlimpah dibumi dan dilangitnya , SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) berupa kecerdasan, keterampilan yang dapat dilatih dan  SUMBER DAYA HIDAYAH  ( SDH) yaitu Kitab Allah ( Al-Qur’an ) dan Sunnah Rasul-Nya ( Al-Hadits ), warisan yang telah ditinggalkan Nabi Muhammad Saw.
            Dengan menggunakan sumber daya ini umat Islam akan menempati tempat ditengah tengah pusat peradaban, bukan  dibahagian pinggirannya. Firman Allah
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikianlah Allah telah menjadikan kamu umat tengah ( yang menempati tengah tengah masyarakat bukan pinggiran) karena kamu harus menjadi saksi kepada manusia dan adalah Rasul dia juga sebagai saksi kebenaran kepada kamu……. “        ( Q.S./ Al Baqarah : 143 )
           Supaya umat dapat menempati tempat yang ditengah-tengah bukan dipinggiran Al-Qur’an telah menawarkan suatu sistem masyarakat yang membagi tugas para   tokoh     tokoh masyarakat kedalam tiga kelompok. Tiga kelompok inilah yang bekerja sama dan sama sama bekerja “Membangun Madinah dan Masyarakat Madani” yang dicita-citakan, seperti  difirmankan Allah yang telah dikutip diatas:
 “Hendaklah diantara kamu ada Umat yang membimbing kearah kebaikan, dan yang memerintah/ memusyawaratkan mengerjakan pekerjaan yang masyhur,dan mencegah kemungkaran, mereka itulah orang orng  yang beruntung” ( QS.3/ Ali Imran : 104 )
Jadi dalam tatanan Masyarakat itu harus ada :
-          Kelompok Ad-Du’aah, yaitu para Da’i. Para Da’i itu bukan  hanya muballigh, ustaz tetapi siapa saja yang memiliki keahlian membentuk pribadi umat menjadi orang baik, apakah dia ustaz, psikolog, dokter, manajer perusahaan, konglomerat   ( Aghniya’ ) dan lain-lain.
-          Kelompok Umaraa'. Umaraa’ umumnya diartikan orang dengan pemerintah karena telah diserahi jabatan sebagai Ulil Amri. Kata Umaraa’ adalah bentuk jamak dari kata “Amir”. Kata Amir dibentuk dari kata kerja : Amara. Dari kata Amara ini  terbentuk  kata “Amrun-Awamiru” yang artinya perintah. “Amrun-amura”  bermakna pekerjaan. Bila diambil dari kata Amaara bermakna  musyawarat. Jadi dalam kelompok Umaraa' itu adalah para tokoh yang memiliki wawasan pemikiran yang luas, para pejabat, para ahli berbagai bidang keterampilan menjalankan aturan (eksekutif)
-          Kelompok An-Nahiyin adalah kelompok orang-orang yang mampu mengatasi, mengantisipasi, melenyapkan para pelaku kejahatan dari segala macam jenis dan tingkat kejahatan. Maka disini harus ada ahli kanuragan, konselor, psikolog, Dokter, Pengacara, Ekonom dan para teknisi yang bekerja sama dengan jajaran Yudikatif.
               Dengan pengabdian masyarakat diatas dan berpedoman kepada sumber daya yang dianugerahkan Allah baik SDM dan SDA-nya maka dengan  demikian akan terbentuk STRUKTUR MASYARAKAT MADANI  yang diharapkan yang gambarannya sebagi berikut.
a)      Kelompok AD-DU’AAH adalah kelompok orang-orang yang memiliki SDM tentang ilmu-ilmu ketuhanan yang benar-benar menguasai ilmu Al-Kitab, memiliki Al-Mizan dan Al-Hadid tapi keahlian khususnya pada bidang Al-Kitab  sehingga dari kelompok ini lahir AHLI HIKMAH. Karena itu dalam masyarakat Madani yang akan diwujudkan mesti ada sejenis Lembaga Legislatif yang disebut Majlis Tahkim merupakan lembaga tempat beraktifitas para ahli Hikmah. Sebahagian yang lain dari kelompok Ad-Du’aah ada yang keahliannya pada penelitian alam (geosfera), mereka adalah pakar ilmu, para ilmuan yang ahli di bidang masing masing  yang Al-Qur’an menyebutnya Ulu’l Al-Baab. Untuk beraktifitasnya para Ulu’l Al-Baab itu harus ada Lembaga penelitian /pengembangan dan pendidikan.
b)      Kelompok AL-UMARAA’ adalah kelompok orang-orang yang memiliki SDM tentang ilmu-ilmu ketuhanan yang mengkhususkan diri dalam AL-MIZAN sehingga mereka memiliki keahlian khusus untuk menata, mengatur masyarakat menjalankan tugas Eksekutif yang dipikulnya. Untuk itu mesti ada dalam masyarakat Madani itu Lembaga Tanfiziah                                    (  pelaksana/eksekutif ) yang dijalankan oleh para Uli’l Amri. Sebagian lain dari para Umaraa’ ini ada yang kekhususannya dalam pemanfaatan sesuatu yang bermanfaat di lingkungan bumi (geosfera) dan mereka adalah pakar perekonomian dan perteknologian, maka harus ada Lembaga Perteknologian Dan Ekonomi.
c)      Kelompok AN-NAAHIYIN adalah kelompok orang-orang yang ahli memakai dan menggunakan Al-Hadid mereka adalah orang-orang terampil dalam bela diri yang menjadi mitra penegak hukum menumpas kejahiliahan dan kemungkaran. Mereka itu dapat berperan sebagai Instruktur Bela diri, ahli Hukum ( Hakim dan Pengacara ), Para Konselor, Psikilog dan lain-lain. Untuk itu perlu ada wadah Lembaga Bantuan / kemaslahatan Umat,  Selain itu Naahiyin yang khusus bidang kealaman dan kehidupan adalah para Pekerja Sosial dan Pencinta Lingkungan Hidup yang mereka sangat peduli terhadap kerusakan dan pencemaran Alam sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. 30 : 41 bahwa “Munculnya pencemaran di daratan maupun di lautan adalah sebab tangan manusia sendiri.....”.
Maka dalam masyarakat Madani itu harus ada Lembaga Sosial dan Lingkungan hidup
Inilah gambaran Masyarakat Madani yang berdasar konsep Al-Qur’an, yang sebenarnya dapat ditumbuhkan dimana saja walau sekedar bibit berdaun dua belum merupakan batang yang besar tapi sudah ada niat memulai  untuk mengamalkan Hijrah.  









                                                                                        






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar