1. Kejadian
Adam Menurut Al-Qur’an dan Hadits
Kejadian Adam ( bapak Homo Sapien ) sebagai
manusia Insan-Kamil dibumi yang jauh berbeda dari Manusia terdahulu.
Perbedaabnya manusia Homo-Sapien mempunyai dua tubuh Jasmani dan Rohani
sementara Manusia terdahulu adalah manusia hasil proses evolusi terakhir dari makhluk
Pithek. Karena Homo Sapien (
manusia modern ) memiliki dua tubuh Rohani dan Jasmani maka kita teliti dulu
bagaimana kejadiannya manusia sebagai makhluk Rohani berdasar fakta Al-Quran
atau Hadits
a.. Penjelasan Al-Hadits :
عن ابى هريرة رضى الله عنه قال ، قال
رسول الله صلعم : لما خلق الله ادم مسح ظهره فسقط من ظهره كل نسمة هو خالقها الى
يوم القيامة، وجعل بين عينى كل انسان منهم وميضا
من نور، ثم عرضهم على ادم فقال : اى رب من هؤلاء؟ قال هؤلاء ذريتك ،فرأى رجلا منهم
فاعجبه وبيص ما بين عينيه،فقال اى رب من هذا؟ قال هذا رجل من اخر الامم من ذريتك
يقال له داود فقال: رب كم جعلت
عموره؟ قال : ستين سنة ، قال اى رب زده من عمرى اربعين سنة . فلما قضى عمر ادم
جاءه ملك الموت فقال : اولم يبق من عمرى اربعين سنة ؟ قال اولم تعطها ابنك داود ؟
قال: فجحد ادم فجحدت ذريته ونسى فنسيت
ذريته وخطئ ادم فخاطئت ذريته ( اخرجه الترمذى )
“Dari
Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW
bersabda:
Ketika Allah menciptakan Adam Dia mengusap punggungnya maka jatuhlah
setiap jiwa dari punggungnya. Dialah yang menciptakannya sampai hari kiamat. Dia
menjadikan sinar cahaya diantara kedua
mata setiap manusia. Kemudian Tuhan menampakkan mereka atas Adam. Lalu Adam
bertanya: “Wahai Tuhanku, siapakah mereka?” Allah berfirman: “Mereka adalah
keturunanmu.” Adam melihat salah seorang diantara mereka yang mana Adam heran
terhadap kecemerlangan apa yang diantara kedua matanya.
Ia bertanya: “Wahai Tuhanku, siapakah ini?” Allah
berfirman: “Ini seseorang dari umat yang akhir dari keturunanmu, namanya Daud.”
Ia berkata: “Berapakah Engkau beri umur?” Allah berfirman: “Enam puluh tahun.”
Ia berkata: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah
40 tahun dari umurku.”
Ketika umur Adam telah habis, datanglah
Malakul maut (malaikat pencabut nyawa). Adam berkata: “Bukankah dari umurku
masih 40 tahun?”
Malaikat bertanya: “Bukankah kamu telah memberikannya
kepada anakmu Daud?“
Beliau bersabda: “Lalu Adam menentangnya,
maka keturunannya menentang. Adam lupa maka keturunannya jadi pelupa, dan Adam
salah maka keturunannyapun salah.” Ditakhrijkan oleh At Tirmidzi dalam
Jami’nya yang menurutnya Hadits ini
Hasan Shohih.
( Lembaga Al-Qur’an dan Hadits, Majlis
tinggi Urusan Agama Islam Mesir, alih bahasa
Muhammad Zuhri, Kelengkapan Hadits Qudsi
halaman :167 / 168)
“Yahya
bin Ja’far bercerita kepada kami, Abdur Razaq bercerita kepada kami dari Ma’mar
dari Hammam dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW bersabda:
خلق الله ادم على صورته، طوله ستون ذراعا فلما خلقه قال : اذهب،فسلم على اولئك النفرمن
الملائكة جلوس فاستمع ما يحيونك، فانها تحيتك وتحية ذريتك ،فقال ألسلام عليكم فقالوا السلام عليك ورحمة الله فزادوه ( ورحمة
الله ) فكل من يدخل الجنة على صورة ادم . فلم يزل الخلق ينقص حتى الان ( اخرجه البخارى )
“Allah menciptakan Adam atas bentuk-Nya
tingginya 60 hasta. Ketika telah diciptakan-Nya Allah berfirman: “Pergilah,
berilah salam atas kelompok Malaikat itu yang sedang duduk, dengarkanlah
penghormatan mereka kepadamu, itulah penghormatanmu dan penghormatan
keturunanmu.”
Adam berkata: “Assalamu’alaikum ( Semoga
kesejahteraan tetap atasmu ).” Mereka menjawab: “Assalamu’alaikum warahmatullah
(Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah tetap atasmu).” Mereka menambah “
Waraohmatu’llah ( dan Rahmat Allah ). Setiap orang yang masuk Surga adalah atas bentuk Adam. Penciptaan itu
senentiasa mengurangi ( diri
Adam ) hingga sekarang “ (Hadits ini ditakhrijkan oleh Al-Bukhari.)
( Lembaga Al-Qur’an dan Hadits, Majlis tinggi Urusan
Agama Islam Mesir, alih bahasa Muhammad
Zuhri, Kelengkapan Hadits Qudsi halaman
:159 ).
Dari dua Hadits yang dikutip diatas kita
mendapat penjelasan bahwa Adam mula mula diciptakan di alam Ruh tentu dalam
bentuk Makhluk-Ruhani, belum berpisik. Adam melahirkan keturunannya tidak
melalui perkawinan ( karena beliau makhluk Ruhami ) tapi dengan cara membelah
diri ( karena Adam ketika itu setara dengan Malaikat) dengan isyarat Alah bahwa
Allah menyapu belakangnya maka Ruh-ruh yang akan menjadi bibit anak-anak
Adam (umat manusia) berguguran/berhamburan
dan hidup sebagai makhluk-Ruhani dialam Ruh. Akibat keluarnya Ruh anak
cucunya itu Adam yang ketika itu tingginya lebih kurang 30 meter, tubuh
Ruhaninya itu semakin mengecil sampai kebatas ukuran normal manusia sekarang.
Sementara Adam-Ruhani masih di-alam-Ruh, Ruh-bibit manusia yang dilahirkan Adam
di alam Ruh itu sudah lebih dahulu turun kebumi memasuki kandungan ibu-ibu
hamil dibumi dari Homo-Erektus yang
otaknya sudah memenuhi syarat. ( 1200 -
1300 cc ). Beribu-ribu tahun lamanya
Homo Erektus mengembang biakkan keturunannya menjadi Homo Sapien dimana mana dipermukaan bumi ada
di Eropa, Asia, Afrika. Di Alam Ruhani,
ditempat kediaman Adam-Ruhani di alam Ruh baru berlalu beberapa hari saja ( ukuran
hari dialam ruh tidak berdasarkan rotasi bumi ), Allah mengatakan sehari
disana, sama dengan seribu tahun di bumi.
Adam mendapatkan
pasangan hidupnya dialam ruhani dari belahan dirinya sendiri seperti Netron
membelah menjadi Elekrtron dan Proton, pasangan Adam ini dikenal dengan nama Hawa, bagaimana caranya
Adam/ Hawa sampai dibumi menurut kisah selama ini sungguh sangat misteri dan bertentangan dengan hukum
akal manusia sekarang akan tetapi dalam buku ini menurut Quran & Hadits kedatangan Adam di bumi datang dengan hukum
akal yang logis karena beliau lahir dimasa lampau yang berlaku baginya sunnah/
hukum masa lampau.
............
فَهَلْ يَنْظُرُونَ
إِلا سُنَّةَ الأوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا وَلَنْ
تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلا
…….. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan
(berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu.
Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunah Allah, dan
sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu.(
Q.S.Al-Fathir : 43 )
Penulis mengutip ayat duiatas hanya sekedar menunjukkan
bahwa ada Sunnatu’l awwalin = sunnah yang berlaku bagi manusia terdahulu yang oleh
orang masa kini menganggap beda dengan sunnah
manusia sekarang. Betapa tidak, mari kita baca ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan hal ini.
b.. Penjelasan Al-Qur’an
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا
حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ
رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“Dialah Yang menciptakan kamu dari NAFS
WAHIDAH ( diri yang satu ) dan daripadanya ( diri yang satu itu ) Dia
menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu berulang ulang maka mengandunglah dengan kandungan
yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala
dia merasa berat, keduanya (suami isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya
seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna,
tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (Q.S.7/ Al-A’raf :189)
Ayat ini menjelaskan bahwa Manusia berasal dari “Diri
yang satu”. Perkatan Diri/ Nafs ( نفس ) menunjukkan bahwa Nafs-wahidah itu adalah Tubuh-Ruhani, bukan tubuh
pisik. Kalau tubuh Fisik Allah mengisyaratkan dalam Quran dengan kata :Jasad (
QS.21/ Al-Anbiya’ : 8 ), Jisim ( QS. 2/ Al-Baqarah : 247 ). Badan ( QS. 10/
Yunus : 92 ). Siapakah Diri yang satu itu ? Pastilah seorang Homosapien yang
bertubuh Rohani dan Jasmani. Umumnya
Ulama berpendapat “diri yang satu” itu adalah Adam, apakah kata kata dalam ayat
itu benar benar menunjukkan diri yang satu adalah Adam ? Bukankah perkataan زَوْجَهَا bermakna : “suaminya “. Mari kita pisahkan dhomir yang
melekat dikata Zaujaha jadi : zaujun = suami. Zaujatun =istri. Jadi kata : وَجَعَلَ مِنْهَا
زَوْجَهَا = dan (
Dia ) menciptakan dari nya ( diri yang satu ) suaminya, bukankah diri yang satu
itu sorang perempuan ?. Terjemahan yang berasal dari Kitab Tafsir adalah
terjemahan Maknawiyah yang terhanyut oleh faham sipenterjemah yang sudah
tertanam dijiwanya kisah Adam yang
diwarisi dari penafsir masa lampau. ( Pembahasan lebih mendalam kita
lanjutkan nanti difasal berikut )
Berfirman
Allah :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا
بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا
غَافِلِينَ>
“Dan ketika Tuhanmu telah
mengambil ( sumpah ) dari anak-anak Adam
(manusia ) dari sulbi keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami telah bersaksi", agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang lalai terhadap kejadian ini." ( Q.S. 7/Al-A’raf : 172).
( Catatan :
kata Sulbi diayat tersebut maksudnya bukan tulang sulbi tapi kata ganti untuk
kata Zhuhur yang makna harfiahnya : tulang
belakang, dari tengkuk sampai ke tulang ekor )
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah
telah mengambil sumpah semua anak-Adam ( manusia ) yang mereka masih di alam ruh
sebelum turun kebumi memasuki ibu-ibu hamil dibumi, disana ( dialam ruh ) mereka
telah bersyahadat bersaksi dan mengakui bahwa Tuhan Manusia adalah Allah. Tapi
setelah Ruh-ruh itu menjadi manusia berpisik maka lupalah dia bahwa pernah
bersumpah didepan Allah.
Ketika Ruh-bibit-manusia dari anak cucu Adam dilepaskan dari Nafs
Adam-ruhani mereka langsung turun kebumi dimana ada perbedaan Waktu antara alam
Gaib ( Alam Ruh dan alam Syahadah di Bumi
: 1 hari di alam ruh = 1000 tahun dibumi). Dialam Ruh waktu berlalu sehari tapi
Ruh-bibit-manusia yang sampai dibumi sudah mengalami ribuan tahun maka sempat
anak Cucu Adam berkembang biak di bumi ribuan tahun kerena ketika Ruh anak
Adam turun kebuni Adam belum lagi diturunkan. Ruh-Bibit manusia itu turun
diseluruh permukaan bumi di Eropa, Afrika dan Asia
dimana saja Homo Erektus ada berkembang biak. ( Ruh-bibit-manusia yang
dialam Ruh itu semua berpasang-pasangan, tapi sepasng bukan berarti dua orang
seperti sepasang jari bukan jumlahnya dua tapi lima, jadi Ruh yang berpasangan itu ada yang
lebih dari dua karena itulah maka disunnahkan bagi umat Islam berpoligami).
Setelah Ruh-bibit Manusia bertebar dialam Ruh dan ada yang sudah turun kebumi
maka tinggallah sepasang yaitu Adam dan Hawa) Setelah Ruh-ruh anak Adam itu
memasuki kandungan ibu-ibu hamil Homo Erektus maka barulah lahir generasi baru
yang disebut Homo Sapien makhluk sempurna ( Insan Kamil ) yang memiliki Jasmani
dan Rohani. Kerena Homo Sapien lahir diseluruh Benua itulah sebabnya Bani
Adam jadi bermacam-macam Ras, dan bermacam bahasa serta bermacam warna kulit; sebagaimana yang telah
difirmankan Allah pada ayat 30 Surat Ar-Rum yang telah dikutip diatas :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Ia telah menciptakan langit
dan bumi, bahasa kamu yang berbeda-beda dan kulit kamu yang beraneka warna. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang berilmu” (Q.S. 30 / Ar-Rum: 22).
Selanjutnya Allah berfirman ::
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا>
“Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu dan
dari diri yang satu itu Allah menciptakan pasangan hidupnya dan
berkembangbiaklah dari keduanya manusia banyak, laki-laki dan perempuan. Dan
bertaqwalah kamu kepada Allah, yang kamu saling meminta (saling membutuhkan)
dengan (berkah)-Nya dan hidup saling berkasih sayang, sesungguhnya Allah adalah
penjaga kamu.” (Q.S. An-Nisa / 4: 1)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kepada Adam sudah diberikan pasangan
hidupnya dari belahan dirinya sendiri, maksudnya setelah Adam mengeluarkan Ruh
anak cucunya berupa Ruh-bibit-Manusia yang berada dialam Ruh, yang terakhir mewujud
adalah pasangan untuknya sendiri, calon istrinya yang kita kenal dengan nama
Hawa. Bersama Hawa Adam hidup bersenang senang di Alam Ruh atau Surganya Adam yang oleh suatu kejadian Adam
harus turun dari Alam Ruh yang berdimensi tinggi ( Hight Dimensi/ D-h
kebumi ( D-3)
Selanjutnya Allah berfirman :
وَقُلْنَا يَاآدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا
مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا
مِنَ الظَّالِمِينَ >فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ
عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ، وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ
لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُم الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ >قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا
جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ>
“Dan Kami katakan ( kepada Adam ): ‘Hai Adam diamilah olehmu dan
istrimu Taman
indah ini (Jannah) dan makanilah buah-buahan dalam Jannah yang amat
menyenangkan itu apa saja yang kamu sukai dan janganlah kamu dekati ini As-
Syajarah, nanti kamu akan menjadi zalim. Keduanya (Adam dan Hawa) digelincirkan
oleh Syaitan dari larangan itu maka keluarlah keduanya dari tempat itu dimana
keduanya pernah berada, dan Kami katakan lagi: ‘Turunlah kamu! Sebahagian kamu
dengan sebahagian lainnya menjadi musuh dan bagi kamu di bumi itu tempat
menetap sampai pada waktu yang ditentukan. Kami katakan lagi: ‘Turunlah kamu
dari Jannah semuanya! Maka jika datang petunjuk-Ku kepadamu yang siapa saja
yang mengikut petunjuk-Ku itu maka tidak perlu takut dan tidaklah mereka itu
akan bersedih hati.”
(Q.S. Al-Baqarah / 2: 35, 36, 38)
فَأَكَلَا
مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ
وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى ءَادَمُ رَبَّهُ فَغَوَى . ثُمَّ
اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
“Maka keduanya
memakan buah Syajarah itu maka terlihatlah oleh keduanya aurat-auratnya dan
mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun yang ada di kebun itu, dan Adam
telah melanggar hukum (aturan) Tuhannya maka gagallah ia.”
”Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia
menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (Q.S.20/
Thaha: 121, 122)
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا
بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ
اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى
“Berfirman Allah:
‘Turunlah kamu berdua dari Jannah ini bersama-sama, ( kelak ) sebagian kamu
dengan bahagian lainnya akan saling bermusuhan…” (Q. S.20/ Thaha: 123)
Dari ayat ayat diatas dapat kita serap makna yang
tersirat :
Adam sebagai makhluk Ruhani yang waktu itu
diperintahkan tinggal di Jannah. Jannah makna dasarnya adalah Taman,
kebun, jadi Adam ketika itu bukan tinggal di Surga-Abadi-Akhirat, kerena Surga
akhirat adanya setelah kiamat dan tidak mungkin Syetan/Iblis berada dalam Surga
menggoda Adam..
Di Jannah ( Alam Ruh ) Adam dan Hawa bersenang
senang boleh memakan apa saja yang ada di Jannah hanya ada satu larangan “jangan mendekati Syajarotu’ khuldi”,
namun Adam dan Hawa terlanjur melanggar pantangan itu maka Adam dan Hawa dan
Sang-Iblis penggoda diusir dari Jannah itu.
Iblis menempati alam D-4
( alam Jin ) dan Adam menempati Bumi ( D-3 ). Adam yang tadinya berada di Jannah, semua
serba kecukupan apa yang terpikir terus mewujud maka nanti dibumi, segala apa
yang diinginkan harus dicari dengan kerja keras
itulah ciri kehidupan dunia tapi orang sangat mencintainya. (QS.20/ Thaha : 121 ). Karena kesalahan yang lebih fatal adalah pada
diriperibadi Hawa maka Hawa yang duluan turun kebumi memasuki Rahim ibu hamil
dibumi dan lahirlah sebagai seorang putri yang tercantik dibumi, bagaimana
pertemuan Adam dan Hawa di bumi ? Baca lanjutan di :Misteri Manusia XXIX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar