Minggu, 14 Agustus 2011

KELUARGA YANG ISLAMY


 Berbicara tentang Rumah Tangga yang Islami Allah telah memberikan petunjuk bahwa istri itu bukanlah hanya sebagai ” orang rumah ” yang mengurus rumah, mengurus anak anak tetapi istri adalah teman hidup, teman curhat, yang harus disayang seperti perumpamaan yang dicontohkan Allah dalam Al-Qur’an.
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لأَنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ(2)
“Isteri-isterimu adalah (seperti) kebun bagimu, maka datangilah kebunmu itu bagaimana saja yang kamu kehendaki. Dan dahulukanlah untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan  gembirakanlah orang-orang yang beriman” ( Q.S.2/Al-Baqarah : 223 ).

Orang Arab memang sayang betul dengan kebunnya yang biasanya kebun mereka  adalah ”kebun-korma” yang tidak semua orang mempunyai kebun-korma dan korma tidak tumbuh subur disemua tempat. Pada masa Nabi kalau ada satu keluarga yang punya kebun korma kebun itu tidak akan pernah dijual sampai turun temurun dan mereka rela mati mempertahankan kebun itu. Tidak seperti di Indonesia kebun bisa bermacam macam, ada kebun kelapa, kebun cengkeh, kebun sawit dan banyak yang mau menjual kebunnya untuk merubah nasib jadi orang kaya, kalau cocok harga akan dijual kapan saja, malah ada yang menyewakan  kebunnya. Begitu tinggi rasa sayang kepada kebun maka Allah mengambil kebun sebagai perumpamaan istri yang harus dipelihara dan disayang, dicintai

a.  Tanggung jawab Menjaga Diri jangan sampai lupa diri lalu melupakan Allah

Memang tugas suami untuk memelihara keluarganya dan Allah menasihatkan supaya mendahulukan dirinya : sebab kalau kepala keluarga itu sakit, bangkrut maka keluarga akan ikut hancur. Mengurus keluarga jangan sampai lupa diri  sehingga lupa kepada Allah
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ(1)
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” ( QS. 59/ Al-Hasyar : 19 ).

       b. Memelihara diri dan keluarga dari murka Allah

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ(6)

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” ( QS.66/ Attahrim : 6 )
            Yang  dimaksud dengan keluarga ( ahli-bait ) adalah istri, anak/menantu, cucu dan siapa saja yang tinggal serumah. Nabi Muhammad menunjuk ahli-baitnya selain istrinya beliau tunjuk Fathimah, Ali Bin Abi Thalib, Hasan dan Husin, termasuk keponakannya Ibnu Abbas yang mereka tinggal bersama Rasulullah.

c. Tanggung jawab terhadap masa depan anak.

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا(9)
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” ( Q.S. 4/An-Nisaa’ : 9 ).

            Keluarga Muslim harus merasa takut kalau meninggalkan generasinya dibelakang hari orang-orang yang lemah ( bodoh dan miskin ). Tapi umumnya  umat Islam kurang peduli dengan peringatan Allah ini dengan pendidikan  anaknya tak dihiraukan terserah saja pada Guru-guru disekolahnya, katnya: “ Anakku ‘kan sudah kusekolahkan “malah tidak begitu peduli dengan pendidikan anak anaknya terserah saja pada Guru-guru yang anaknya disekolah katnya: “ Anakku ‘kan sudah kusekolahkan “. Kalau anaknya bodoh orang tua mati-matian berusaha agar anaknya naik kelas walau membayar. Yang sangat mengharukan Pemerintahpun tidak memikirkan masa depan anak bangsa, apakah sudah ada upaya agar anak anak bangsa kelak bila selesai pendidikan  tidak jadi pengangguran? Mestinya Pemerintah, Partai-partai besar di Indonesia yang memikirkan kusi DPR sudah mempersiapkan  diklat untuk melahirkan pemimpin masa depan yang berkwalitas,  Perguruan tinggi belum ada yang melahirkan sarjana ahli, yang mampu menemukan penemuan baru seperti umat Islam masa lampau yang telah melahirkan  Filosof-filosof besar seperti : Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina. Ibnu Rusydi dan beberapa Filosof lain yang tak tersebutkan. Ya gagasan  ini terlalu jauh, kita bicarakan saja secuil kehidupan dalam rumah tangga umat Islam yaitu :

d.  Mencontoh   Rumah tangga Rasulullah

Mengikut sunnah Nabi bukan hanya cukup dengan mencontoh Rasulullah  terbatas pada ibadah, bagaimana sholat Nabi, bagaimana Puasa Nabi dan bagaimana ibadah tatawwu’nya tapi juga harus mencontoh bagaimana Nabi dengan keluarganya. Al-Quran sudah membicrakan masalah ini sebagai berikut :

 وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (الروم1)

“Dan sebagian dari ayat Allah bahwa Dia telah menjadikan pasangan hidup kamu dari jenis kamu sendiri, agar dengan hidup yang berpasangan itu kamu dapat membangun rumah tangga yang sakinah. Lalu Alah menumbuhkan Mawaddah dan Rohmah dalam hati kamu, itulah ayat Allah yang ditunjukkan-Nya kepada kaum yang berpikir”.( Q.S.30/Ar-Rum 21 )

            Sebagai bukti keagungan Allah Ia telah tumbuhkan didalam hati manusia itu : CINTA DAN KASIH SAYANG ( مَوَدَّةً وَرَحْمَةً  ) dan dengan cinta dan kasih sayang itulah dua anak Adam yang berlainan jenis dapat hidup bersatu dan melahirkan generasi baru.
Mari kita perhatikan bagaimana perwujudan kasih sayang kemesraan Nabi pada keluarganya diantaranya : Ummu’l Mukminin  ‘Aisyah R.A. menuturkan :
كنت في اثناء المحيض اشرب من الاناء فيأخذه منى النبى صلي الله عليه وسلم فينظر الى موضع شفتي فيضع فيه على موضع شفتي ( رواه مسلم )
“Adalah aku sedang dapat haidh aku minum disebuah bejana maka bejanaku diambil Nabi saw, dia perhatikan pada tempat bekas bibirku maka beliaupun meletakkan bibirnya dibekas bibirku” ( H.S.Riwayat Muslim )

Dan Rasulullah sendiri bersabda :
ان اعظم الصدقة لقمة يضعها الرجل في فام زوجته ( رواه البخارى)
      “Sesungguhnya shadaqah yang paling besar nilainya bagi sang suami adalah menyuapkan makanan kemulut isterinya” ( H.S. Riwayat Bukhari )

Dari dua hadits  tadi tergambar bagaimana romantisnya Nabi dengan istrinya padahal istrinya sebanyak 9 orang yang hidup secara bersama-sama ) sementara kaum Muslimin pada umumnya punya istri seorang saja  tak sempat bermesra-mesraan karena sibuk cari makan dan pekerjaan.
Tak perlu takut dengan anak yang banyak kalau kita dapat membimbingnya menurut ajaran Al-Quran, malah banyak anak akan membahagiakan orangtua dihari tuanya. Al-Quran menjelaskan bahwa semakin banyak anak semakin nikmat hidup, karena Allah menjamin dengan ayatnya:
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ(1)
”Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa  yang kamu nafkahkan itu haruslah yang baik, hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja berupa kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya” ( QS.2/Al-Baqarah : 215 ).

Alangkah bahagianya orangtua bila anak anaknya teringat menafkahi orang tuanya  walaupun nilai yang diberikannya tidak seberapa tapi bagi orangtua rasanya sangat membahagiakan, namun kebanyakan orangtua anak-anaknya terus-terusan meminta subsidi, sementara yang sudah berumah tangga dan ekonominya mapan melupkan orangtuanya dengan alasan : ”Orangtuaku ekonominya kan masih mapan ” Kerena itu perlu diperhatikan bagaimana konsp Al-Quran tentang pendidikan anak. (bersambung)